"Ala!" panggil Biru. Bayi kecil itu kini sudah bisa duduk. Kadang Biru sering memegang tangan dan mengangkatnya pelan lalu merebahkannya beberapa kali untuk mengajak bayi itu bercanda.
Persis seperti namanya, tawa Minara setiap kali diajak bercanda oleh Biru sering memancing tetangga lain untuk datang dan ikut mengasuh. Kadang ia sering diajak ke warung untuk jajan. Mendadak Minara jadi bayi ibu-ibu kampung itu.
"Alanya dudukin, A. Mau Langit suapin," ucap Langit.
Biru mengangguk. Ia dudukan Minara di kursi makan. "Kenapa nggak sambil diajak makan sambil jalan-jalan, La. Kayak ibu-ibu lain. Digendong pakai samping terus diajak keliling kampung sambil makan. Minara pasti senang," saran Biru.
"Kalau nanti sudah besar dia makan harus disuapin dan sambil lari-lari, jangan marahin Minara," timpal Langit.
"Lha kok?"
"Kedisiplinan itu bukan diterapkan atau ditegakkan, tapi dibiasakan. Sejak bayi makan dan menyusu sambil duduk, setelah besar dia jadi terbiasa. Hasilnya bunda nggak perlu kejar-kejar Minara kalau makan. Iya kan Ala?" ucap Langit sambil menyuapi Minara. Ia juga sengaja memberikan Minara sendok dan mangkuk kosong.
"Habis makan, terus mandi terus jalan-jalan sama papa ke sawah ya. Cari matahari buat jemur kamu biar jadi kerupuk jengkol," celetuk Biru.
Jelas ia mendapat cubitan keras dari istrinya. "Enak saja kerupuk jengkol! Terus kamu apanya? Cilok pasar gitu?"
Biru terkekeh. "Makan cilok pasar sama kerupuk jengkol enak, La. Apalagi kalau bumbunya diolesin di atas kerupuk."
Langit hanya menggeleng. Tiba-tiba Biru berdiri. "Aku ke pasar dulu nyari cilok sama kerupuk jengkol!" serunya kemudian keluar rumah.
"Aa! Jangan lupa beliin sereh!" teriak Langit dari dalam rumah.
"Iya Esperanza! Louis Gustavo siap jalankan tugas!" timpal Biru.
Minara menepuk-nepuk meja makannya. "Alah ... alah ...," celoteh bayi itu.
"Papah Biru suka makan cilok," ucap Langit. Ara memiringkan wajahnya sambil mengedip manja. "Aduh, princess Ara semakin hari makin gemoy!" puji Langit.
Ara tertawa ia angkat tangannya dan menyentuh pipi Langit. Ara sudah seminggu ini belajar makan. Ia diberikan bubur lumat dan makannya lahap.
"Bu!" panggil Ara.
"Bunda!" ulang Langit
"Bu ... bu ...," Ara mengikuti ucapan Bundanya meski tak tahu makna dari kata yang sebenarnya. Ia hanya senang mengeluarkan ocehan-ocehan sebagai awal belajar bahasa.
Selesai makan, Ara langsung dimandikan Langit. Ia dikenakan kaos dan celana yang nyaman. Mungkin akan cantik pakai gaun, hanya kenyamanan paling utama. Apalagi kulit bayi paling sensitif. Kaosnya Ara bergambar minnie mouse.
Jika sedang didandani begini, Ara paling senang menggelinding-gelindingkan botol bedak dan minyak telon.
"Ara sudah mandi?" tanya Fitri dari pintu kamar.
"Sudah nenek, ini mau diajak papa jalan-jalan ke nyari matahari pagi, kan?" tanya Langit sambil menyisir rambut Ara yang sudah lebat.
Ara itu menuruni rambut dari Biru, lebat dan tebal. Sejak lahir saja sudah lebat, dibotaki dan beberapa hari sudah muncul rambut halus. Sekarang rambutnya bahkan bisa dipasangkan jepitan rambut. Langit tak pernah memasangkan jempitan, itu kelakuan Biru kalau sedang gabut.
Selesai berdandan Ara digendong Langit keluar kamar. Fitri mencium gemas bayi itu. Dicium di pipi beberapa kali membuat Ara mendelik. Langit sampai tertawa melihat ekspresi putrinya itu.
"Ila! Ini pesenan!" seru Biru sambil masuk ke rumah. Ia simpan belanjaan di atas meja tamu lalu menggendong Minara.
"Makan cilok nanti saja. Mumpung mataharinya masih hangat, belum panas kayak kakakku, aku mau ajak Minaraku berjemur," seru Biru.
Ia gendong putrinya keluar rumah. Minara tersenyum. Ia sangat menempel dengan Biru. Kalau papanya kuliah dan kerja, Minara sering tiba-tiba merengek dan baru diam setelah Langit menelpon Biru.
Sepeninggal Ara dan Biru, Langit membawa keresek ke dapur. Ia pindahkan cilok ke wadah juga kerupuk jengkol ke toples. Saat membuka keresek satunya lagi, Langit mendengus kesal.
"Disuruh beli sereh malah datang daun sirih! Dia mau makan pindang ikan mas apa mau nyeupah?" omel Langit.
🌱🌱🌱
KAMU SEDANG MEMBACA
Bride Of The Heir (Mr. Tajir Jatuh Cinta)
RomanceIa harus bekerja keras untuk membantu ekonomi keluarga. Hingga suatu hari seorang peramal mengatakan, ia akan menjadi seorang ratu setelah melewati kematiannya sendiri. Nyatanya, ia bertemu dengan putra kedua pimpinan Bamantara Grouph, Biru Bamantar...