35b. Tes

901 218 14
                                    

Hari itu Langit penasaran bukan main. Ia sampai tak bisa tidur meski Biru menepuk-nepuk tubuhnya dengan lembut. Matanya terus menatap wajah suaminya yang sudah memejamkan mata.

Mereka baru kenal dua bulan lebih. Langit tak mengenal Biru seutuhnya. Ia hanya tahu, Tuan Muda Bamantara ini mencintainya hingga meninggalkan kehidupan mewah. Ia sangat polos dan baik hati. Meski begitu, ia sangat bertanggung jawab pada Langit. Sekadar itu.

Namun, beberapa hari ini Biru memperlihatkan sikap lain. Dia yang mendapat cap be-o-de-oh dari teman-temannya memiliki kemampuan di atas rata-rata orang lain. Sepintar apapun Langit dengan IPKnya yang tak pernah kurang dari 3,8, jujur tak bisa melakukan hal seperti Biru lakukan.

Keesokan harinya ...

"Kami juga kaget dengan sikap Biru di kelas. Kamu tahu gak, dia bisa ngalahin dosen waktu debat soal materi kuliah. Dia gak pernah masuk dari awal kuliah, tapi semua materi awal kuliah dia kuasai. Maksudku, apa dia gak masuk karena ikut bimbingan di rumah?" pikir Miki.

Langit, Miki dan Sarah berbincang di koridor depan kelas Langit. Karena resah, Langit sengaja bertanya pada sahabat Biru yang sekelas dengan suaminya itu.

Sarah mengusap punggung Langit. "Jangan bingung. Biru sedari kecil memang penuh kejutan. Aku ingat waktu kelinciku hampir mati, dia berikan CPR lalu dibawa ke rumah sakit dan sembuh. Dia itu gila dan gak bisa ditebak sejauh apa gilanya," jelas Sarah, sahabat Langit yang dulu pernah jadi mantan tunangan Biru.

"Memang dia beneran benerin hape itu?" Miki masih belum percaya.

"Pagi tadi dia nitipin alat-alat untuk memperbaiki elektronik gitu. Makanya mau gak percaya juga ada buktinya. Soldernya baru ada sisa timah di ujungnya, artinya memang sempat ia gunakan, kan?" Langit sampai mengeluarkan benda-benda itu dari keresek di tasnya.

Kali ini Miki dan Sarah benar-benar tertegun. "Dia sempat baca catatanku beberapa hari lalu dan nemenin aku ngerangkum. Gak lama catatan itu hilang, dia diktekan isi catatannya. Aku cek ke buku paket di perpus asal rangkuman catatannya. Benar, semua teori dan tokoh juga penjabarannya benar."

"Jadi selama ini Biru itu pura-pura bodoh?" tebak Sarah.

Miki menggeleng. "Menurutku sih enggak. Lebih ke dia gak tahu dia pintar. Begini saja, kenapa kita anggap dia bodoh? Karena dia tak mengerti hal-hal kecil yang sering dilakukan pelayan untuknya. Dia jarang bergaul dengan orang dan keluar dari zona orang kaya. Dia juga gak pernah masuk sekolah dan kuliah. Jadi dia sendiri gak sadar punya potensi akibat tak pernah menggunakannya." Miki mencoba menelaah jalan pikiran Biru.

"Dia waktu SD sering dapat peringkat satu, kan?" Sarah mencoba mengingat-ingat.

Miki dan Sarah sudah berteman dengan Biru sejak TK. "Iya, sampai kelas empat seingatku. Habis itu, dia sering bolos dan prestasinya turun. Dia gak pernah masuk kalau ujian." Miki mencoba mengingat.

"La, kamu pernah tanya sama Biru kenapa dia gak mau kuliah yang serius?" tanya Sarah.

Langit mengingat perbincangan dengan Biru saat mereka masih pacaran. "Katanya dia gak mau nulis. Ribet dan malas."

Miki mengusap dagunya yang bersih tanpa brewok. "Pantesan. Waktu kuis kemarin, dia nolak nulis jawaban. Lebih baik dia diuji dengan wawancara. Bayangin ya, kalau orang normal mendingan ujian tulis, masih bisa nyontek."

Pembicaraan dengan Miki dan Sarah tak membuat rasa penasaran Langit hilang. Dia bukannya kecewa atau marah dengan Biru. Ia hanya ingin suaminya menyadari potensi diri agar lebih menghargai dirinya sendiri.

Selama ini Biru sering rendah diri dan direndahkan papahnya. Jujur sebagai istri Langit kasihan mendengar ayah mertuanya sering menjelekkan Biru dan membandingkan dengan Surya.

Malam itu, Langit sengaja membeli buku latihan ujian nasional. Meski itu terkesan tega, ia ingin tahu sejauh apa kemampuan suaminya.

"Apa itu, La?" tanya Biru setelah selesai mandi. Ia melihat sebuah buku tebal ada di atas meja. Bagian yang membuat salah fokus adalah tulisan paket kisi-kisi ujian nasional di atasnya.

"Buku latihan ujian punya anak tetangga. Dia minta Langit ngerjain, lumayan dapat dua ratus ribu, tapi Langit capek," keluh Langit sampai pura-pura memijiti lengannya dan memperlihatkan wajah memelas.

"Ilu mau bantuin Langit gak? Paling gak kerjain dua puluh soal gitu, tapi pakai penyelesaiannya yang lengkap biar anaknya ngerti," pinta Langit.

"Tugas sendiri kenapa malah nyuruh orang, itu anak," protes Biru.

"Dia cuman mau mempelajari gimana cara menyelesaikan tipe-tipe soal. Tahu sendiri contoh di buku gak sejelas kalau sama guru privat," jelas Langit.

Biru mengangguk. Ia lekas duduk di kursi belajar. "Tulisin cara penyelesaiannya, ya?" pinta Langit.

"Kamu tahu aku gak suka nulis," keluh Biru.

"Demi aku sayang. Aku tahu kamu gak suka nulis, tapi kamu suka aku senang, kan?" goda Langit sambil memeluk leher suaminya dan mengecup pipi Biru dari belakang. Mendapat itu, batin Biru lemah. Ia mengambil pulpen dan bersiap menulis jawaban.

🌱🌱🌱

Bride Of The Heir (Mr. Tajir Jatuh Cinta)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang