Biru menatap luasnya langit di atas sana. Ia duduk di saung sambil mendudukan Minara di pangkuan. Bayi itu membasahi lengan papanya dengan air ludah lalu mengusap-ngusapkan sambil tertawa.
Merasa ada sesuatu yang dingin menyentuh kulit, Biru menunduk dan mendapati jika putri kecilnya pelaku utama kejadian itu.
Merasa ditatap papanya, Minara mendongak. Ia membuka mulutnya dengan lebar dan matanya terbelalak. "Ala mainin ludah lagi?" tegur Biru.
Ara menunduk. Ia usap-usap lagi ludah itu. Tujuannya ingin membuat lengan papanya kering, sayang dari mulut malah kembali menetes. Kembali Ara mendongak dan menatap Biru.
"Namanya juga bayi," keluh Biru. Ia mengambil tissue basah dari celananya dan mengusap mulut Minara dan lengannya sendiri.
"Bu! Bu!" panggil Minara yang melihat Langit berjalan dari kejauhan. Biru berpaling melihat ke arah Minara menunjuk.
Langit berjalan di atas pematang sawah sambil membawa rantang berisi makanan. Rantang seng berwarna hijau itu diisi sayur di bagian bawah, nasi, ikan asin, dan sambal.
"Makan dulu, A!" Langit duduk di sisi saung. Ia buka rantangnya lalu menatap di bagian tengah alas saung. Lekas Biru mengangkat kaki dan duduk bersila. Ia dudukan Minara di sisi saung yang memiliki pembatas agar Ara bisa duduk bersandar.
Bayi itu menepuk-nepukan tangannya. Langit dan Biru melihat hal itu. "Pok ame ame, mulung muncang kaparangge," lagu Biru.
"Aa, salah itu mah lagu cang ucang angge!" ralat Langit.
"Terus lagu pok ame ame yang mana?"
"Pok ame-ame. Belalang kupu-kupu. Siang makan nasi, kalau malam minum susu!" Selesai Langit bernyanyi, Ara menepukan tangannya ke mulut seolah menirukan gerakan minum susu. Bayi itu tertawa.
"Belalang kalau ketemu kupu-kupu, berantem. Mereka nggak mau bagi lahan. Apalagi kalau makan nasi barengan. Terus juga, dapat susu dari mana? Kan nggak ada sapi disebut," protes Biru.
"Nggak tahu, ah! Aa kalau ngomong memang nggak ada nyambungnya!" protes Langit.
"Bu ... bu ...." Ara mengusap kakinya.
"Sekarang lagu sur ser?" tanya Langit. Ara menggeleng. Ia buka telapak tangan dan ditepuk-tepuk dari atas dengan tangan satunya.
"Itu Ara minta jengkol," celetuk Biru.
Langit mengambil tutup rantang lalu dipukulkan ke lengan suaminya. "Sakit, Ila. Aku lagi sedih malah dipukul begini!" protesnya.
"Aa itu lagi sedih saja masih sempetnya ngebanyol. Kalau gini jadinya kakek di sana bahagia banget. Senang kakek jauh dari cucu yang kelakuannya aneh," omel Langit.
Biru menunduk. "Kakek," panggilnya lirih.
Melihat suaminya kembali sedih, Langit merasa bersalah. "Ila minta maaf, A. Nggak sengaja nyebut nama kakek," ucap Langit.
Biru mengangkat kepalanya. "Jangan galak-galak sama Ilu lagi ya, janji!" Pria itu mengulurkan kelingking dan langsung dibalas Langit.
"Makan dulu, ini ada sayur asem," tawar Langit.
Ia membagi dua nasinya dengan Biru di rantang yang masih kosong. Nasi itu ia berikan pada Biru. Pria itu punya teknik sendiri makan sayur asem. Iya siram sayur ke atas nasi, diberi dua sendok sambal lalu dikocek-kocek. Menu itu enak ditemani ikan asin empe. (Ikan pari yang diasinkan)
Ara memperhatikan kedua orang tuanya makan. Bayi itu menatap Biru dan Langit bergantian.
"La, besok aku keluar kampus. Kata Bang Roni, kakek kasih aku ijazah. Tetap saja rasanya aneh keluar kuliah nggak bikin skripsi," keluh Biru.
Langit menunduk. Ia masih ingat peringatan Angga agar mereka pergi jauh. "A, nggak kepikiran nyari kerja di luar kota? Di Bandung lapangan kerja sudah menipis," saran Langit.
Biru mengangguk. "Mungkin memang baiknya begitu," jawab Biru.
"Langit mau berhenti kuliah saja. Kasihan Ara nggak ada yang ngasuh. Langit merasa bersalah." Langit melirik Ara dan mendadak terkejut. "Ya ampun, anak Bunda kenapa makan ikan asin?"
Biru malah tertawa dibuatnya. Tak tahu kapan Minara mengambil makanan itu. Yang jelas tiba-tiba saja rantang berisi ikan asin sudah ada dekat kakinya.
Langit membersihkan tangan Minara dengan tissue basah. "Nanti pasti nenek marah, nih. Bunda kasih makan cucunya pakai ikan asin."
"Aku bilangin ibu, ah!" jahil Biru.
🌱🌱
KAMU SEDANG MEMBACA
Bride Of The Heir (Mr. Tajir Jatuh Cinta)
RomanceIa harus bekerja keras untuk membantu ekonomi keluarga. Hingga suatu hari seorang peramal mengatakan, ia akan menjadi seorang ratu setelah melewati kematiannya sendiri. Nyatanya, ia bertemu dengan putra kedua pimpinan Bamantara Grouph, Biru Bamantar...