Angga sudah bersiap meninggalkan ruangan untuk memenuhi undangan salah satu pejabat daerah. Lobi harus selalu dilakukan karena bisnis tak akan mampu berjalan tanpa adanya izin usaha. Apalagi mengingat Bamantara memiliki aset perusahaan di beberapa sektor kritis negara ini.
Baru selangkah ia hampir naik ke lift, Burhan memberitahukan sesuatu yang sangat menganggunya. "Apa?" tanya Angga. Ia tergesa-gesa dan merasa kesal karena harus menghadapi jeda.
"Tuan Muda Biru memanggil anda melalui panggilan video," jawab Burhan.
Angga mengibaskan tangannya tanda penolakan. "Biarkan saja. Itu tak penting. Paling ia hanya ingin meminta uang," ucapnya dengan sepele.
Ketika mereka berada di lift, Burhan lagi-lagi terganggu akibat banyaknya panggilan dan pesan spam yang ia terima di ponsel apel milik atasannya. Saat itu memang hanya kalangan tertentu yang punya ponsel pintar yang memiliki video call dengan kualitas terbaik. Ponsel biasa seperti milik nok*a dan sony ericss*n sudah punya fitur ini. Hanya biaya panggilannya mahal.
"Tuan, tolong baca ini." Burhan menunjukkan pesan yang Biru kirim. Angga langsung terbelalak. Ia meraih ponselnya dan membaca dengan seksama chat yang Biru kirim.
Kalau tak angkat, aku tak yakin bisnismu akan baik-baik saja-
Begitu isi chat anacaman dari Biru ditambah dengan sebuah foto dokumen di depan gedung Polrestabes Bandung. Angga lekas menelpon Biru melalui panggilan video skyp*. "Biru!" bentaknya. Para staff lekas membuka pintu lift. Mereka mengamankan area hingga sepuluh meter ke depan agar tak terdengar perang antara ayah dan anak itu.
Bukannya menunjukkan wajah, Biru malah memperlihatkan halaman-halaman berkas milik perusahaan yang sebenarnya bermasalah. Banyak tender proyek perusahaan yang dimenangkan dengan cara curang juga penggunaan dananya yang tidak wajar.
Angga jelas semakin murka. Tak tahu bagaimana anak itu bisa mendapatkan berkasnya. Hanya saja jika sampai pada polisi, jelas itu akan diusut oleh pemerintah. "Pulang kamu! Sampai kapan akan bersikap durhaka begitu! Kamu ingin kartu kreditmu aku sita lagi?" ancam Angga.
Barulah Biru mengalihkan kamera ke arahnya. Ia tertawa puas. "Wah, akhirnya papah takut padaku juga!" ucap Biru sambil tertawa jahil.
Angga melotot, tapi sama sekali tak membuat Biru ketakutan. Malah putra keduanya itu tertawa melihat wajah resah Angga. "Apa yang kamu inginkan sekarang?" tanya Angga menyerah dengan sikap anaknya.
Masalah di sini, Biru benar-benar sudah berdiri di depan kantor polisi dan dalam beberapa detik saja ia sudah bisa masuk ke sana untuk membuat laporan. Apalagi dokumen itu tak perlu diragukan lagi keasliannya. Itu dokumen yang menunjukkan perhitungan asli proyek jalan raya. Sementara yang dibuat pelaporan tentu laporan yang sudah diada-adakan.
Biru pura-pura berpikir. Ia sudah berusaha bangun pagi untuk mencuri dokumen itu dan pergi ke kantor polisi. Sungguh sayang jika tidak menikmati wajah kesal ayahnya. "Biar aku mikir dulu. Kapan lagi bikin Angga Bamantara ketakutan?" canda Biru.
Raut wajah Angga semakin menegang. "Aku tak ada waktu meladenimu! Cepat katakan! Jangan bertele-tele!" tekan Angga.
Mata Biru menyipit. "Iya-iya, galak sekali kau ini! Ingin mati karena darah tinggi?" protes Biru.
Ia memutar-mutar dokumen itu. "Apapun, ya?" tanyanya lagi memastikan.
"Katakan! Dasar kau ini anak kurang aj*r. Makin besar malah semakin melunjak!" omel Angga.
"Umumkan pembatalan pertunanganku dengan Sarah Handana," tekan Biru.
Angga menarik napas dan mengembuskan dengan berat. Emosinya sudah sampai hingga di ubun-ubun. "Apa kamu gila? Kamu pikir membatalkan pertunangan itu bisa dengan mudah. Ini akan berdampak pada bisnis kita!"
Biru menggerak-gerakkan dokumen di tangannya di depan kamera. "Memang ini tak berpengaruh pada bisnismu?" ancamnya.
Berhasil, Angga menyerah jika menyangkut dokumen itu. Kalau sampai diusut maka banyak petinggi perusahaan yang akan terseret kasus. "Baik! Aku akan turuti apa yang kau mau, tapi ingat! Pertunangan ini juga kemauan kakekmu. Apa kamu bisa bertanggung jawab jika sampai sesuatu buruk terjadi padanya?"
"Karena itu, kau yang harus memikirkan cara agar kakek tak tahu!" Biru tak mau mengalah.
Angga mengusap wajah. "Kenapa aku harus punya anak sepertikau? Apa yang kau perbuat hanya kekacauan! Contoh kakakmu! Masih muda dia sudah jadi petinggi dan mengurus bisnis. Sementara kamu hanya mempermalukan keluarga!"
Omelan Angga hanya ditanggapi dengan menggaruk hidung oleh Biru. "Kau punya anak yang mengurus bisnis. Kenapa aku harus ikut-ikutan juga? Kan sudah ada wakilnya, Surya," ucapnya enteng.
"Bawa pulang dokumen itu!" tegas Angga.
"Sebelum pengumuman pembatalan pertunangan, aku tidak akan mengembalikannya padamu!" tegasnya lalu mematikan panggilan.
"Anak Mbe rengsek!" pekik Angga lalu melempar ponsel ke lantai saking kesalnya. "Hubungi Fandi dan konfirmasi tentang pembatalan pertunangan Biru. Anak itu tak akan mudah ditaklukan. Hubungi juga orang kepercayaan papah dan pastikan berita ini tidak sampai ke telinga ayahku. Katakan saja keadaan sebenarnya," jelas Angga.
🌱🌱🌱
KAMU SEDANG MEMBACA
Bride Of The Heir (Mr. Tajir Jatuh Cinta)
RomanceIa harus bekerja keras untuk membantu ekonomi keluarga. Hingga suatu hari seorang peramal mengatakan, ia akan menjadi seorang ratu setelah melewati kematiannya sendiri. Nyatanya, ia bertemu dengan putra kedua pimpinan Bamantara Grouph, Biru Bamantar...