"Lho, ini kenapa, A?" tanya Langit melihat sikut suaminya luka. Meski darahnya tidak mengalir, tetap saja bahaya jika tidak diobati.
Langit mengambil kotak P3K lalu membersihkan luka Biru dengan revanol. Pria itu mengaduh. "Di kampus saja sok jagoan. Semua mahasiswa dikerjai. Giliran dibersihkan luka malah mengaduh," omel Langit.
Biru terkekeh. "Kan kalau bully orang, akunya nggak berdarah," alasan Biru.
"Terus ini kenapa?" tanya Langit lagi.
"Itu, ada jambret yang ngambil tas perempuan. Aku seret ke kantor. Di tengah jalan sempat mau melawan, jadi sikutku kena tembok. Untungnya cuman lecet sedikit," jawab Biru.
Langit ber-oh. "Aa hebat, nih. Sudah bisa nangkap jambret, tapi harus hati-hati, ya. Kita nikah baru sebentar, Langit masih muda dan Minara masih bayi," celetuk Langit.
"Maksudnya aku jangan mati dulu gitu?" terka Biru. Langit mengangguk. "Istriku ini ada-ada saja."
Selesai dibersihkan, luka Biru langsung diberi salep untuk luka. Lagi-lagi Biru mengaduh dibuatnya. "Sudah selesai! Sana pakai kaos! Nggak kuat Langit lihat perut Aa yang kotak-kotak."
Biru menghadap ke samping menatap istrinya. "Eh cie ... yang sudah ngasih kode mau nambah anak," goda Biru.
Langit menepuk punggung suaminya. "Ara belum tidur! Nanti saja nunggu tidur. Kalau dia nangis tiba-tiba pasti nanti ibu ngetuk pintu. Kita bisa kerepotan pakai baju," saran Langit.
"Terus kayak waktu itu lagi, kamu pakai celana boxer aku," kelakarnya.
"Aa lebih malu-maluin, daster Ila dipake!" Langit tak mau kalah.
Ara berguling ke kanan dan kiri. Sesekali ia tertawa. "Lagi apa anak papa ini?" tanya Biru. Ia menggendong Ara lalu mengayunnya pelan. "Tidur, donk. Ini sudah jam sepuluh," pinta Biru.
Ara mengemut jempolnya. Sedang tangan satunya meraih pipi Biru lalu diremas-remas gemas. "Pa ... pa ...," ucap Ara.
"Iya, ini papa." Biru mengecup pipi putrinya.
"Aa istirahat saja. Biar Ara sama Langit diayunnya. Sambil minum susu juga pasti nggak lama tidur." Langit mengambil Ara dari gendongan Biru.
Lekas Biru naik ke atas tempat tidur dan berbaring. Ia tatap istrinya yang memakai daster tidur lalu tersenyum. "Apa?" tanya Langit yang salah tingkah akibat ditatap suaminya.
"Kamu cantik," puji Biru.
"Apanya? Orang pakai daster gini, mana rambut dicepol. Dandan saja nggak," protes Langit.
"Masa sih, aku lihat kamu saja kayak bidadari. Nggak pernah luntur cantiknya. Meski sudah menua sekali pun. Kamu cantik kalau lagi masak, lagi gendong Minara. Apalagi pas lagi kasih dia susu kayak sekarang," celetuknya.
Langit mengambil bantal lalu melemparnya pada Biru. "Memang dasar otak mesum!" umpat Langit.
"Jangan salah, aku mesumnya sama kamu saja. Sama yang lain nggak. Tadi saja perempuan yang aku tolong sudah ada sinyal-sinyal cinta, tapi aku tolak!" tegas Biru.
"Tahu dari mana?"
"Dia minta aku temani ke kantor polisi. Kubilang aku bukan pengasuhnya. Kelihatannya juga dia masih seumuran kita, tapi sikapnya bikin geleng-geleng kepala," cerit Biru.
"Kenapa?"
"Dia ngerokok di depan umum kayak bapak-bapak saja." Biru bergidik. Langit mengangkat sebelah alis. "Padahal dari pakaian terlihat mahal dan juga terpelajar, tapi sikapnya benar-benar bikin syok."
"Kenapa nggak ceramahin saja?"
Biru menggeleng. "Nggak mau, nanti dia pikir aku perhatian padanya lagi," tolak Biru.
Minara melepas sedotan susunya. Ia menepuk-nepuk gunung Langit. Wanita itu menatap Minara yang menarik kerah daster Langit. "Apa? Harus ditutup?" tanya Langit.
"Puh!" seru Minara.
"Takut papah mau, ya?" tanya Langit sambil tertawa.
Biru mendengus. "Ara pelit, nggak bagi-bagi sama papa. Itu punya papa loh asalnya," canda Biru.
Lagi, Langit memukul Biru dengan bantal. "Tidur sana! Besok kuliah bangun kesiangan lagi!"
Biru mengangguk. "Padahal kakek menawarkan aku lulus lebih cepat. Kenapa malah aku tolak, ya? Menyesal," keluh Biru.
Langit mengambil baju seragam Biru yang masih tergeletak di meja belajar. "Aa ini kebiasaan. Kalau baju kotor itu sekalian mandi bawa ke kamar mandi, simpan di keranjang cucian!" omel Langit.
Tak lama ia tercengang. "Kok namanya jadi Firman?" tanya Langit bingung.
"Ouh itu, tukeran sama Pak Firman. Habis banyak nasabah baru datang ke bank cuman nanyain satpam namanya Biru," timpal Biru.
🌱🌱🌱
KAMU SEDANG MEMBACA
Bride Of The Heir (Mr. Tajir Jatuh Cinta)
RomansaIa harus bekerja keras untuk membantu ekonomi keluarga. Hingga suatu hari seorang peramal mengatakan, ia akan menjadi seorang ratu setelah melewati kematiannya sendiri. Nyatanya, ia bertemu dengan putra kedua pimpinan Bamantara Grouph, Biru Bamantar...