Chapter 13a. Langit dan Sarah

1.6K 383 12
                                    

"Langit!" panggil suara wanita di lorong setelah Langit meninggalkan kelas. Gadis itu berbalik dan melihat Sarah di sana. Langit agak heran juga. Padahal Sarah sangat kaku, ia jarang bicara pada siapapun. Bisa dibilang malah tak ada teman yang dekat di kampus dengannya.

"Bicara, yuk!" ajaknya sambil menarik lengan Langit ke kantin. Tentu keberadaan mereka berdua lagi-lagi menjadi pusat perhatian. Apalagi mengingat status Sarah juga rumor tentang Langit dan Biru yang begitu cepat menyebar.

Suara bisikan-bisikan orang yang bergunjing semakin banyak terdengar begitu mereka ada di kantin. Langit jadi sedikit merasa tak nyaman. Ia resah saat Sarah membawanya ke stan es krim.

"Sarah, orang lain kelihatannya tak suka lihat aku denganmu."

Sarah menepuk pundak Langit. "Tak perlu pedulikan. Kamu mau beli es krim apa? Aku traktir," tawar Saras.

Langit menggeleng. "Gak perlu, aku gak enak," tolak Langit.

Sarah mendelik. "Rasa coklat dua, Pak. Antar di meja itu," pesan Sarah lalu menarik Langit ke meja yang tidak jauh dari stan.

"Aku sudah pesan dan gak mungkin makan dua gelas es krim, jadi harus kamu makan," paksanya.

Langit mengangguk pasrah. Ia duduk di kursi yang berhadapan dengan Sarah. Meski dalam pikirannya masih bingung. Apa Sarah membencinya karena Biru? Sarah sering dibicarakan dan dianggap beruntung karena menjadi tunangan Biru. Sekarang Langit yang berada di pembicaraan nomor satu di forum kampus.

Lagu walau habis terang yang dinyanyikan peterpan mengalun di kantin. "Kamu suka Ariel?" tanya Sarah membuka topik.

Langit berpikir lumayan lama. "Ariel itu siapa?" tanyanya.

Sarah tertawa terbahak-bahak. "Kamu sama Biru itu cocok ternyata. Sama-sama gak nyambung kalau ditanya. Masa gak tahu Ariel, ini loh! Yang nyanyi lagu ini," jelas Sarah.

Langit mengangguk-angguk. "Ouh, Ariel artis? Iya aku suka, tapi lebih suka Pasha Ungu," jawab Langit.

"MP4 kamu pasti isinya lagi Ungu semua," tebak Sarah.

Langit menggeleng. "Aku gak punya MP4, cuman dengar di radio sama televisi. Di acara eMTV sama acara lagu kalau pagi," jawabnya.

"Ouh, kamu nonton eMTV juga? Kamu suka VJ Daniel, donk?"

Kali ini tebakan Sarah tepat karena Langit langsung mengangguk. Ia sudah mengikuti VJ acara TV itu dari sejak Arie Untung yang memenangkan kontesnya.

"Aku suka Peterpan loh. Sayangnya tahun ini mungkin gak akan bisa nonton konsernya lagi karena grupnya lagi gak aktif." Sarah terlihat sedih karena kasus vokalisnya, grub band itu harus hiatus.

Sempat ada jeda di antara keduanya karena pelayan stan es krim mengantarkan pesanan. "Makan, La!" seru Sarah. Langit mengangguk.

"Kamu sama Biru sudah pacaran?" tanya Sarah. Hampir saja Langit keselek karena pertanyaan itu. "Belum?" tebak Sarah.

Langit menggeleng. "Tuan Muda Biru hanya baik padaku. Itu saja. Walau aku juga gak tahu kenapa dia baik," jelas Langit.

Sarah hampir memuntahkan es krim di mulutnya akibat ingin tertawa. " Biru itu memang payah. Masa deketin wanita saja gak bisa. Dia bodoh dalam segala aspek," ledeknya. Ia menarik napas dan mencoba untuk tak tertawa lagi.

"Dia suka kamu tahu. Suka ... cinta maksudnya. Perasaan laki-laki ke perempuan. Begitu, lah!" jelas Sarah.

Langit tertegun. Ia mencoba menampik anggapan Sarah. Namun, kelihatannya memang begitu. Biru tak pernah mendekati wanita kecuali dirinya, bahkan Sarah yang sudah bertunangan dengannya saja tidak dekat. "Memang Sarah gak marah?" tanya Langit bingung.

Lagi-lagi seperti digelitik perut Sarah mendengar itu. "Aku tuh heran dengan perempuan semua di kampus ini. Makanya gak suka mereka. Kebanyakan mereka suka sama Biru karena dia ganteng. Padahal ganteng gak jamin bikin kita hidup bahagia setelah menikah."

Langit mengerutkan dahinya. Ternyata Sarah itu orang yang kelewat realistis. "Aku sejak kecil tak suka dia. Sombong, sok, manja dan seenak kepalanya! Dia juga gak bisa apa-apa. Kamu tahu rumor yang bilang dia pakai kemeja saja dipakaikan pelayannya, itu benar."

Langit menggaruk kepala meski tak gatal. "Keluarganya memanjakan dia sekali, ya?" tanya Langit.

Sarah menggeleng. "Lebih tepatnya tak peduli. Papahnya itu, selalu menuruti apa yang dia mau asal Biru tak membuat masalah karena tak ingin pekerjaannya terganggu. Kamu tahu Bamantara Grouph punya banyak sektor usaha. Banyak pekerja dan uang berseliweran di sana, tentu lebih berharga daripada anak bandel kayak dia," jelas Sarah.

Langit menurunkan pandangan. "Keluarga itu segalanya. Lebih dari uang. Buktinya aku lebih senang saat ayahku ada."

Sarah terdiam sambil menatap Langit. Wajah Langit terlihat sekali sangat sedih. "Kamu jangan kasihan sama Biru. Itu salahnya sendiri. Yang pasti, jadi tunangannya bukan hal yang menyenangkan. Apalagi mengingat kalau jadi istrinya nanti harus serba mengurusnya, ngeri!" Sarah bergidik.

"Tapi kalian sudah tunangan, kan? Tentu nanti menikah."

Sarah menarik napas. Ia tatap Langit dengan mantap. "Karena itu, aku bersyukur kamu di sini. Biru akan selalu menuruti papahnya asal dapat kartu kredit. Termasuk mau tunangan dan menikah denganku. Namun, sekarang kamu ada. Aku yakin dia akan gila-gilaan memutuskan pertunangan kami. Aku dukung hubungan kalian!" Sarah sampai mengepalkan tinju di udara saking semangat membayangkan nasibnya yang akan selamat.

Sementara Langit mengedip-ngedip heran. Mata Sarah tanpa sengaja melirik ke arah pintu. Ada Biru, Rolan, Randy dan Miki di sana. Gerombolan itu pasti akan mengerjai orang atau meminta Biru traktiran. "Aku suka sama seseorang, meski dia gak pernah peka," keluh Sarah sambil memalingkan pandangan ke gelas es krimnya.

🌱🌱🌱

Bride Of The Heir (Mr. Tajir Jatuh Cinta)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang