"Ran, terima kasih kamu sudah menolong Sarah. Oom gak tahu bagaimana nasib putri Oom jika kamu tak ada," ucap Fandi.
Sarah masih tertidur pulas di atas tempat tidur apartemen itu. Baik Randy dan ayahnya tak tega membangunkan Sarah. Mereka hanya memanggil dokter, takutnya Sarah dicekoki hal yang aneh-aneh. Karena gadis itu tak sadar meski tak bau alkohol.
"Aku akan tuntut. Beraninya dia menjebak Sarah dengan memberi obat tidur!" Fandi berkacak pinggang sambil bolak-balik seperti setrikaan.
Sementara Randy duduk di sisi tempat tidur. "Aku akan bantu Oom. Aku juga gak bisa biarin dia lolos. Orang tuanya pengusaha, ini mungkin akan sedikit lebih sulit. Kita sama-sama usaha."
Fandi berhenti. Matanya kini berpaling pada Randy. "Kamu memang sahabat terbaik untuk Sarah. Dari dia kecil, kamu selalu menjaganya."
Randy menunduk ia melihat lantai apartemen yang dingin. Setelah mengumpulkan tekad, ia mendongak. "Karena Randy sayang sama Sarah. Bukan hanya karena dia sahabatku. Aku sayang padanya sebagai seorang wanita," ungkap Randy.
Di sana Fandi mengedip-ngedip. Tercengan ia mendengar apa yang Randy ungkap. Hanya wajah Randy menyiratkan sekali ketulusan dan keyakinan.
"Randy ingin menikahi Sarah, Oom. Selama ini Randy merasa tak enak karena perusahaan Oom jauh lebih besar dari milik papah. Randy merasa tak pantas. Hanya melihat kejadian ini, Randy merasa bukan karena kasta. Paling penting adalah ketulusan. Paling penting Randy berniat menjaganya."
Lagi Fandi tertegun. "Sejak kapan kamu punya perasaan pada putriku?"
"Sebelum Oom menjodohkanny dengan Biru dulu, aku sudah mencintai Sarah. Aku hanya menahan perasaan karena kupikir, aku gak pantas untuk Sarah."
Fandi tertawa. "Terus kalau kamu tahu, kenapa sekarang berani mengatakan ini?" tegur Fandi.
Randy melirik Sarah sejenak lalu kembali melihat ke arah Fandi. "Karena aku tahu, tak ada pria yang bisa menjaganya seperti diriku," tegas Randy.
"Aku memang CEO dari perusahaan besar, tapi aku tetap seorang ayah. Aku ingin pria terbaik untuk putriku, bukan pria terkaya. Menurutku, kamu pria terbaik itu," jawab Fandi.
Randy tertegun. Selama ini menahan rasa, ia selalu takut akan penolakan orang tua Sarah. Kali ini Randy tersenyum, ingin memaki dirinya sendiri. Menunggu terlalu lama ternyata rasa takutnya tak beralasan.
"Tunggu, bukannya kamu sedang dijodohkan?" Fandi masih ingat dengan rencana Adnan mencarikan jodoh untuk Randy.
Dengan yakin Randy menggeleng. "Papah tak memaksa. Dia hanya bilang kalau aku suka jalani, kalau tidak dan mau menolak tak apa. Aku sudah nyoba dan tak bisa. Dia lain dengan Sarah, tingkah manjanya, lugunya, cerewetnya. Rasanya jika dengan Sarah, hidup Randy merasa berwarna," jawab Randy.
Fandi menepuk pundak Randy. "Kalau begitu, suruh papahmu datang ke rumah. Kalau mau lamar anak perempuan itu harus bawa juga orang tuamu," saran Fandi.
Randy mengangguk-angguk. "Iya Oom, nanti pasti Randy bilang pada papah. Dia mungkin akan kaget. Hanya Randy pikir gak mau nunggu lama. Randy takut kejadian seperti ini terulang lagi. Pria-pria itu pasti akan melakukan banyak cara untuk mendapatkan Sarah."
Fandi mengangguk. "Pria tadi juga bermaksud seperti itu. Aku yakin inu bukan masalah perasaan, ada motif usaha dibalik itu. Tentu harus kita selidiki."
Kembali Randy menengok Sarah. Gadis itu hampir menggeser selimutnya dan lekas Randy perbaiki. Fandi tersenyum melihat tingkah Randy. Benar, ia tak salah memilih menantu.
"Kamu bagaimana bisa ketemu Sarah tadi?" tanya Fandi lagi.
"Randy habis dari masjid ikut kajian. Kebanyakan gaul bersama Biru jadi ikut-ikutan. Pas pulang karena searah, Randy lihat pria itu bawa Sarah ke dalam mobil. Hanya memang Randy merasa aneh melihat Sarah yang berjalan tertatih-tatih. Randy kenal dia dan tahu Sarah gak akan minum alkohol akibat alerginya," jelas Randy.
Fandi lagi-lagi tertawa. "Kamu ikut kajian agama? Benar-benar sudah ada niatan menikah ini. Mudah-mudah setelah Oom menyetujui kamu, kamu gak berhenti belajar agama," nasehat Fandi.
"Tentu, Oom. Belajar agama itu kata Biru bukan karena teman kamu, bukan karena harta juga pasangan, tapi panggilan jiwa," celetuk Randy.
"Sepertinya sudah insaf juga anak nakal itu. Rindu juga dengannya. Biasanya setiap pagi di kantor Tuan Angga akan marah-marah karena kelakuannya. Mantan calon suamu putriku itu memang lain."
Kini giliran Randy yang tertawa. "Bagaimana juga kami bertiga sering main di rumah, Oom. Tentu saja kalau hilang satu pasti terasa aneh."
🌱🌱🌱
Doakan Biru gak keselek.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bride Of The Heir (Mr. Tajir Jatuh Cinta)
RomanceIa harus bekerja keras untuk membantu ekonomi keluarga. Hingga suatu hari seorang peramal mengatakan, ia akan menjadi seorang ratu setelah melewati kematiannya sendiri. Nyatanya, ia bertemu dengan putra kedua pimpinan Bamantara Grouph, Biru Bamantar...