73b. Anak Jahil

745 160 3
                                    

Nila tak memakan sarapannya. Ia masih memandang Minara dengan kesal. Bagaimana tidak, foto saat pelantikan Biru viral hingga tersebar di internet. Sungguh malu ia dibuatnya. Apalagi di foto itu sangat jelas adegan ia tengah berteriak dengan rambut acak-acakan.

Nila sudah meminta orang-orang kepercayaannya menghapus artikel itu di internet. Sayangnya foto dan videonya terus menyebar. Tentu Biru dan David pelaku utama penyebaran itu.

"Aku yakin pasti setan kecil ini pelakunya," batin Nila.

Biru sendiri masih fokus dengan sarapan. Ia sedikit mengantuk akibat semalam tak bisa tidur. Biru terlambat menangisi kepergian papanya. "Sudahlah, sekarang yang penting bagaimana aku bisa menemukan benda itu dari nenek sihir yang kini duduk di hadapanku," batin Biru.

Tangan Biru meremas sendok di tangan. Minara masih menyendok makanannya dan memakan daging dan sayur dengan lahap. Ia sangat mandiri soal makan. Mungkin karena dari bayi sering terbiasa makan sambil duduk.

Sesekali mata Minara menatap ke arah Nila. Tatapan keduanya bertabrakan. Ia tak gentar. Dipelototi ibu tirinya, justru Minara balas memelototi. Tak lama mendadak Minara tersenyum. Ia turun dari tempat duduknya lalu berjalan mendekati Nila.

Melihat Minara mendekat, Nila mendadak terkejut. Perempuan itu paranoid sendiri. "Ngapain kamu?" tanya Nila dengan suara sedikit membentak.

Minara memperlihatkan senyuman termanisnya. Ia merogoh saku lalu memberikan sebungkus permen pada Nila. "Buat Bibi. Makan!" ucapnya.

Nila menerima permen itu. Sedang Minara kembali ke kursi makannya. Biru masih memperhatikan pergerakan putrinya.

"Tumben kamu manis sekali padaku," sindir Nila. Ia sebenarnya agak curiga dengan sikap Minara, hanya anak itu masih terlihat santai.

"Aku manis, cantik juga!" Minara menekan kedua pipinya dengan telunjuk sambil memiringkan wajah.

Nila mendengkus. Ia simpan permennya di atas meja. Melihat itu Minara merengut. "Napa nggak makan?" tegur Ara.

"Aku tahu ya kamu pasti mau jahilin aku lagi." Kecut sudah suara Nila.

Biru melepar sendok ke atas meja. "Kamu ini memang nggak punya hati. Dia sudah baik, kamu sendiri nggak mau hargai. Memang kamu nggak pantas jadi seorang ibu!" sindir Biru.

Ia sudahi sarapannya lalu menggendong Minara keluar ruang makan. "Mau mana, Pa?" tanya Minara.

"Kamu main di rumah Nenek saja, ya? Ada Tante Mega juga terus sama dedek Ayu," saran Biru.

Minara terdengar senang karena itu. Ia ingin bertemu nenek yang biasa ia temui hanya melalui telpon saja.

"Telus Papa sana juga?"

Biru menggeleng. "Papa mau kerja. Nanti pulang kerja jemput Minara ke sana," jelas Biru.

Keduanya berjalan masuk ke mobil. Bu Aini sekalian membawakan keperluan Minara selama di rumah Neneknya. Biru berencana pindah rumah, ia hanya menunggu waktu Nila kesal dan meminta berpisah sendiri. Sayang, Biru masih butuh Nila karena dukungan koleganya di kantor.

Mobil itu melaju meninggalkan rumah keluarga Bamantara. Nila masih melipat tangan di dada menatap permen yang ada di atas meja.

"Sial! Hanya karena permen ini aku harus bertengkar dengan Biru. Kalau begini kapan dia jadi milikku!"

Nila mengambil permen itu, ia membuka bungkusnya lalu memakannya. Baru mengunyah permen itu, Nila merasa perutnya mual. Ia lekas pergi mencari  wastafel terdekat lalu memuntahkan isi perutnya.

"Permen apa ini? Kenapa rasanya menjijikan?" pekik Nila.

Sekadar informasi. Itu adalah permen merk Bean B00zled. Permen itu memiliki rasa unik karena terdiri dari rasa kentut, kaos kaki, popok bayi, rumput hingga makanan busuk. Kalau niat beli ada di toko online terdekat. Tentu Biru yang membelikan untuk Minara.

Bride Of The Heir (Mr. Tajir Jatuh Cinta)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang