Rumah keluarga Marga hari itu gempar. Biru datang ke sana berteriak memanggil nama Nila. Haris dan Nike turun ke bawah untuk menemui pria itu. Mereka memberi hormat meski dengan wajah pucat.
"Ada yang perlu saya bantu, Tuan Muda?" tanya Haris.
"Mana putrimu? Suruh dia turun ke mari dan menghadapiku!" bentak Biru.
"Nila sedang ada urusan di luar, dia belum kembali. Nanti kalau dia sudah kembali, pasti saya sampaikan," jawab Nike.
Sudut kiri bibir Biru terangkat ke atas. Ia tunjuk wajah Nike. "Kalau sampai aku tahu kamu bohong, kamu yang akan menjadi bulan-bulanan amarahku! Camkan itu!"
Biru menatap ke lantai atas. Ia sudah merasa curiga dengan bayangan yang tercipta akibat pantulan lampu kristal di lantai marmer. Bergegas Biru berlari naik. Ia menepis penjaga berpakaian hitam yang menghalanginya. Benar saja, begitu Biru tiba di ujung tangga, ia melihat Nila berlari ke dalam.
Biru mempercepat larinya. Hanya beberapa detik, ia bisa menangkap Nila dan menarik kerah kemeja putih yang sedang Nila pakai.
"Sini kamu!" bentak Biru. Ia menyeret Nila turun ke bawah.
Nike memegang lengan suaminya. Ia meminta pertolongan untuk melepaskan Nila dari cengkraman Biru.
"Lepaskan aku!" tegas Nila sambil menarik tangan Biru, tapi pria itu terus menarik Nila turun ke bawah. Begitu tiba di depan kedua orang tuanya, Biru mendorong Nila hingga terjungkal.
"Ingat perkataanku ini! Aku masih sabar kamu menggangguku, tapi kalau sampai kamu berani menganggu istriku ... kupastikan hidupmu tak akan tenang dan lebih memilih mati," tegas Biru.
Nila bangkit dibantu orang tuanya. "Kamu itu buta apa gimana, sih? Jelas-jelas lebih cantik aku ke mana-mana! Kapan kamu bisa mandang aku dan mencintaiku?"
Nila memegang bahu Biru. Namun, Biru kembali mendorongnya. "Sakit jiwa kamu!"
"Tuan Muda maafkan putriku. Aku janji akan menasehatinya." Nike menarik lengan Nila dengan maksud memisahkan. Haris hanya diam saja melihat itu semua. Ia sesekali memijiti kening.
Tangan Nila meraih lengan Biru dan kembali Biru tepis. Di saat itu Nila merasa begitu sakit. "Aku pastikan kamu nggak akan hidup bahagia dengan dia. Kamu akan jadi milik aku Biru!" Nila histeris.
"Itu tak akan pernah terjadi walau dalam mimpi kamu sekali pun. Sekali kamu dekati istriku, aku akan membuat kamu menderita sepuluh kali lipat!" ancam Biru.
Nila menggeleng. "Istri kamu cuman wanita miskin yang murahan!" hina Nila.
Seketika wanita itu mematung. Tamparan Biru mendarat di pipinya. "Cukup! Ini sudah cukup! Kamu menyatakan perang denganku!"
Nike memandang Biru dengan wajah ketakutan. Biru berbalik dan berjalan meninggalkan rumah itu. Tangannya mengepal.
Sementara Nila masih menatap Biru yang menjauh darinya. "Aku nggak terima ini! Aku nggak akan berhenti sebelum dia menjadi milikku!"
"Dia akan jadi milikmu, diam saja. Berapa kali Papa tekankan untuk jaga emosi. Kamu lihat itu, apa yang kamu lakukan justru malah membuat jalan kita semakin panjang!" omel Haris.
"Aku ingin dia, Pa! Papa sudah berjanji menjadikanku Ratu untuknya," ucap Nila histeris.
"Diam kamu! Bersikaplah selayaknya orang kelas atas! Untuk apa Papa menyekolahkanmu di luar negeri?"
Barulah Nila diam. Nike memeluk putrinya.
"Bersabar sedikit. Tak akan lama lagi dia akan jadi milikmu. Tak perlu khawatirkan perempuan itu. Dia akan lenyap dalam hitungan hari dan hanya kamu yang akan menjadi Ratu di keluarga Bamantara!" tegas Haris.
Ucapan Haris itu sampai di telinga Nindy dari salah satu pelayannya. Nindy yang sedang menikmati segelas wine di balkon kamarnya memutar pelan gelas itu. Ia tersenyum sinis.
"Bukalah jalan kebodohanmu, Pa. Di sini aku yang akan menikmati perjuanganmu," ucap Nindy.
Surya yang duduk di kursi santai menatap Nindy yang duduk di railing balkon. "Apa aku harus memperingatkan Biru?" tanya Surya.
Nindy menggeleng. "Jangan. Biarkan saja Papaku datang dengan kebodohannya. Biarkan kita manfaatkan dia jadi musuh utama Biru. Kamu tahu, mengalahkan musuh tak perlu dengan kekuatan sendiri."
Surya tertawa. "Istriku memang lain. Tidak salah aku memilihmu."
🌱🌱🌱
KAMU SEDANG MEMBACA
Bride Of The Heir (Mr. Tajir Jatuh Cinta)
RomansaIa harus bekerja keras untuk membantu ekonomi keluarga. Hingga suatu hari seorang peramal mengatakan, ia akan menjadi seorang ratu setelah melewati kematiannya sendiri. Nyatanya, ia bertemu dengan putra kedua pimpinan Bamantara Grouph, Biru Bamantar...