"Ini rumah kamu?" tanya Sarah begitu sampai di rumah kecil yang berada di barisan sisi gang kecil di sebuah kampung. Langit terus memperhatikan wajah Sarah. Namun, sama sekali wanita itu tak memperlihatkan rasa jijik.
"Enak, ya. Kalau keluar gak perlu jauh-jauh," komentar Sarah.
Langit merasa lega. Sarah kalau sudah di kamar, malas keluar karena harus melewati lorong, turun tangga dan melewati entrance baru sampai teras.
Langit membuka pintu rumah. Ada tetangga yang biasa ia minta untuk menitipkan ibunya tengah duduk di sofa bersama ibu Langit.
"Ibu gimana kabarnya?" tanya Langit. Ia harus mengandalkan orang lain untuk menjaga ibunya. Kakak Langit dipecat dari pekerjaan. Kalau ada siang, ia tidur. Kalau malam kelayapan gak tahu ke mana.
"Baik," jawab ibu Langit. Ia melirik melihat wanita dengan dress yang terlihat mahal berdiri di belakang Langit. "Siapa itu, Nak?" tanya Fitri, ibu Langit.
"Ini Nona Sarah, teman Langit di kampus," Langit memperkenalkan Sarah pada ibunya.
Sarah menunduk lalu meraih tangan Fitri untuk memberi salam. "Cantik sekali," puji Fitri melihat betapa ayu dan bersihnya wajah Sarah.
Mendengar pujian itu, Sarah tersenyum malu. "Masih jomlo, tante. Nanti cariin calon, ya?" kelakarnya membuat Fitri tertawa.
Tetangga Langit meminta izin pulang. Seperti biasa, Langit memberikan uang dua puluh ribu sebagai upah. Ia tahu akan lebih baik menjaga ibunya sendiri. Hanya siapa yang akan cari uang untuk makan sehari-hari.
Malam semakin larut. Sarah ikut mandi di rumah Langit dan mengenakan baju tidur Langit yang bergambar keropi. Sarah sempat tertawa karena katanya, Langit sangat kekanak-kanakan sekali.
"Ibu kamu sakit apa?" tanya Sarah penasaran. Fitri sudah tertidur di kamar sebelah. Sementara Langit dan Sarah tidur di tempat tidur Langit yang hanya seukuran kasur no 3. Untung sama-sama langsing, jadi masih muat.
"Sebelum ayah Langit meninggal, ibu kerja di rumah orang kaya. Langit gak tahu tepatnya di mana. Yang jelas gajinya lumayan banyak. Sampai ibu jatuh dari tangga dan masuk rumah sakit. Ada pendarahan di otak hingga menyebabkan ada masalah di area motorik. Jadi, ibu gak bisa bergerak cepat seperti orang kebanyakan. Malha kalau buru-buru bisa jatuh dan ibu bahaya," jelas Langit.
"Jatuh gimana? Kamu gak curiga ibu kamu disiksa?" tanya Sarah membuat Langit kembali memikirkan anggapan itu meski sudah dia ikhlaskan.
"Langit juga gak tahu. Yang jelas karena keadaan ibu, ayah sampai harus kerja keras. Akhirnya ayah yang sakit-sakitan dan meninggal. Sampai Langit SMA, keluarga itu masih kirim uang pertanggung jawaban. Sekarang gak, jadi Langit harus kerja," jelasnya.
Sarah jadi bingung di sini posisinya. "Kalau mereka merasa gak salah, gak akan tanggung jawab. Terus juga kenapa nanggung? Kan ibu kamu belum sembuh?" Rasanya itu terlalu aneh.
Langit menggeleng. "Biar saja, aku sudah ikhlas. Mungkin memang sudah begini nasibku," ucap Langit sambil tersenyum.
Sarah menatap langit-langit kamar yang dipasangi enternit putih dengan motif bunga-bunga. "Mudah-mudah Biru lekas sadar dan bisa jagain kamu. Paling gak, kalau kalian nikah gak akan nyusahin," ucap Sarah.
Langit terkekeh. Iya, dia tahu Biru sangat polos hingga tak tahu banyak hal. "Boleh Langit tanya?"
"Apa?"
"Kenapa Sarah mau tunangan sama Tuan Muda Biru kalau tahu sikapnya begitu?" tanya Langit.
Sarah tertawa sambil memegang perutnya. "Biar kalau mau batalin gampang. Aku tahu Biru gak akan tertarik sama aku. Buktinya saja dia janji batalin pertunangan kami. Walau aku gak tahu gimana caranya. Papahnya Biru itu jahat," jawab Sarah.
Langit melihat ke samping kanan di mana Sarah terbaring. "Ini rahasia kita berdua, hanya saja dia itu terlihat menakutkan. Aku bahkan pernah lihat Tuan Angga menampar Biru saat masih kecil. Kalau sekarang wajar karena dia memang menyebalkan dan nakal. Waktu kecil Biru lain. Dia bahkan selalu juara kelas. Hanya Tuan Angga tak pernah sekalipun datang membawa raportnya," jawab Sarah.
Langit meneguk ludahnya. Sungguh rumit masalah keluarga Biru.
🌱🌱🌱
KAMU SEDANG MEMBACA
Bride Of The Heir (Mr. Tajir Jatuh Cinta)
RomanceIa harus bekerja keras untuk membantu ekonomi keluarga. Hingga suatu hari seorang peramal mengatakan, ia akan menjadi seorang ratu setelah melewati kematiannya sendiri. Nyatanya, ia bertemu dengan putra kedua pimpinan Bamantara Grouph, Biru Bamantar...