Biru dengan lapang dada sudah siap menumbalkan dirinya. Ini bukan bercanda. Ia menyetir mobilnya ke rumah milik keluarga Handana. Sudah bulat keputusannya untuk mengakhiri hubungan ini agar ia bisa bersama Langit dan Sarah bisa mengejar cinta Randy.
Mobil Biru menepi di teras rumah itu. Kedatangannya membuat para pelayan bersiap mengambil posisi dan berbaris di depan pintu untuk memberi sambutan. Biru tak perlu gimik macam itu, ia ingin langsung pada tujuannya.
Seorang kepala pelayan mengantarnya ke ruang tamu keluarga. Rupanya tak butuh waktu lama, Fandi langsung menemui Biru. Meski anak itu tak dipedulikan ayahnya, ia masih dihormati akibat keberadaan kakeknya.
"Saya merasa terhormat karena Tuan Muda datang ke sini," sapa Fandi.
Biru melirik seisi ruangan. "Sama sekali gak ada yang berubah, ya? Apa gak bosan?" komentarnya, kurang ajar seperti biasa.
Fandi hanya tersenyum miris akibat tak bisa membalas dengan kejam ucapan Biru. "Bukannya anda pergi dengan Sarah?" tanya Fandi yang tak melihat keberadaan putrinya.
"Dia ada. Nginep di rumah temannya. Lagipula dia bukan anak TK lagi, kan?" jawab Biru.
Fandi mengepalkan tangan saking tak tahan untuk menyimpan emosi menghadapi Biru. "Pantas ayahnya saja kesal padanya," batin Fandi.
"Aku langsung saja. Ke inti dari masalah ini." Biru melepas cincin pertunangan di jarinya lalu ia simpan di atas meja. "Aku ingin mengakhiri pertunangan ini," tegas Biru.
Wajah Fandi membeku. "Yah, mau gimana lagi. Anak Oom sama sekali gak menarik. Terlalu kaku," alasan Biru.
Fandi menarik napas panjang. "Tuan Muda tentu tak bisa mengambil keputusan itu begitu saja. Ini ikatan yang secara resmi dibentuk oleh dua keluarga. Jika ingin memutuskan, tentu dua keluarga harus bertemu."
Biru melipat tangan di depan dada. "Gini saja, Oom. Jangan mikirin keluarga segala. Selama ini aku bahkan tak dianggap papah sama sekali. Oom gak perlu pura-pura tak tahu. Aku juga gak bisa jadi suami yang baik untuk Sarah. Daripada masa depan Sarah suram karena aku, lebih baik hubungan ini sudahi saja," ucap Biru dengan gampangnya.
"Saya mungkin bisa memahami, hanya bagaimana dengan Tuan Angga dan Tuan Besar?" Fandi memberikan pertanyaan menohok.
Biru memajukan tubuhnya dan sorot matanya menatap Fandi dengan tajam. "Begini saja, Oom ucap saja persetujuan atas keinginanku. Sisanya biar aku yang urus. Pokonya Oom pikirkan saja nasib Sarah," tekan Biru.
Fandi menggeleng. Ia terlalu tahu anak itu sejak kecil hingga tahu seberapa besar kekacauan yang seribg ia buat. Tak tahu kali ini apa yang akan dilakukan Biru. "Pokoknya, kalau sampai mereka tanya apa Oom ingin memutuskan hubungan ini, Oom harus bilang iya. Nanti aku kasih permen, deh!" Biru mengangkan kakinya lalu ia topangkan di kaki satunya lagi.
"Begini, apa Tuan Muda tahu apa efek dari batalnya pertunangan ini? Keluarga Handana dan Bamantara tak jadi menyatu hingga hanya terikat hubungan bisnis semata. Kemungkinan nilai saha juga anjlok dan dana investasi sulit masuk," jelas Fandi.
"Aku gak tahu urusan itu. Urusanku hanya ingin membatalkan pertunangan ini. Kalau Oom gak mau bantu aku, jangan kaget melihat usahaku untuk membatalkan hubungan ini!" tegas Biru.
Tak tahu lagi bagaimana Fandi harus mengahadapi Biru. Ia juga sudah meminta bantuan Angga agar memutuskan pertunangan. Hanya saja karena itu keinginan Bagas - kakek Biru - ia jadi tak punya kekuatan.
Fandi berpikir sejenak. Memang akan bermasalah baginya memutuskan hubungan ini. Namun, jika Biru yang memulai maka namanya akan selamat.
"Lakukan apa yang bisa anda lakukan. Kita lihat ke depannya akan bagaimana," tantang Fandi.
Biru tersenyum licik. "Main denganku tak akan rugi, Oom. Aku senang main dan jadi pemenang," tekannya.
🌱🌱🌱
KAMU SEDANG MEMBACA
Bride Of The Heir (Mr. Tajir Jatuh Cinta)
RomantizmIa harus bekerja keras untuk membantu ekonomi keluarga. Hingga suatu hari seorang peramal mengatakan, ia akan menjadi seorang ratu setelah melewati kematiannya sendiri. Nyatanya, ia bertemu dengan putra kedua pimpinan Bamantara Grouph, Biru Bamantar...