28. Guruku A+ (Farah)

3.1K 516 213
                                    

Haloo, gaes! Assalamualaikum.

Apa kabar apa kabar?

Masih setia nungguin?

Udah siap ngeramein dengan vote dan komen?

Siap, gaes?

Mana suaranya, nih!

Wkwk. Boleh tahu gak, kalian yang baca pada dari mana aja?

Salam merdeka!🇮🇩

Penulis part: dhiladhsan

***

Pagi itu, Farah gabut banget. Matanya yang terlalu rajin bikin Farah susah tidur lagi. Padahal, dia sudah menyusun rencana buat tidur seharian, yang harus tertunda karena matanya gak mau kelem. Jadilah, dia melamun sendirian di kursi ruang tamu. Ruangan yang hening banget, bikin dia tambah tenggelam ke dalam lamunan yang dia sendiri bingung ngelamunin apa.

Mendadak, wajah ibunya melintas, disusul wajah empat adiknya yang super super ngeselin tapi ngangenin. Lalu, keriuhan pagi hari di rumahnya yang Farah yakini suaranya kedengeran sampe ke rumah tetangga saking rempongnya adik-adiknya.

"Kangen suara Mama teriak-teriak dari dapur. Kangen lihat Mama masak. Kangen sarapan nasi goreng mwantul huwaa!!! Mama! Farah nyasar jauh banget nih gara-gara undangan dari kak Warta yang gak bertanggungjawab. Pokoknya, ya, awas aja kalo ketemu, kak Warta. Gue dendeng elo. Tapi kalo dia duluan yang jadiin gue dendeng, gimana? Mana pengen makan dendeng lagi gue," lamunan Farah makin ngalor ngidul.

"Apa gue kualat ya, gara-gara nyuri mobil sejarawan? Jangan-jangan, dia nyumpahin gue lagi terus ngasih mantra-mantra? Hiii!" Farah bergidik sendiri. "Lah, gue lawannya pake mantra ap--"

"Kau sedang apa di sini?" Suara Sutan Syahrir menginterupsi lamunan tak berfaedah Farah.

"Duduk, lah. Elo kira ngapain? Motong bawang?" Farah menyahut ketus, merasa terganggu. Ingatkan Farah bahwa dia sedang berbicara dengan pahlawan bangsa.

Sutan Syahrir tertawa melihat Farah terusik.

"Pindah, Nona. Aku ingin duduk."

Farah meletot, menggeleng keras-keras.

"Kagak. Udah pw." Farah amat malas jika harus berdiri lagi.

"Geser, Nona Farah. Ini rumahku kalau Nona lupa." tekan Sutan Syahrir ngajak ribut.

"Tapi gue dari tadi di sini, Sutan Syahrir. Elo kan bisa cari tempat lain! Tuh, tuh di sana, di sana, di sana." oceh Farah, tangannya menunjuk-nunjuk tempat koson dengan ekspresi galak.

Sutan Syahrir menggeleng. "Tidak mau aku, Nona. Aku biasa membaca buku di sini, kau main rebut-rebut saja."

"Lah, tapi gue yang duluan di sini, Pak Syahrir!" Farah menimpali geregetan. Emosinya terpancing akibat Sutan Syahrir yang menganggu pagi-pagi.

"Tidak bisa. Kau mengalah saja lah, Nona. Duduk di luar enak juga." Sutan Syahrir tidak mau mengalah. Sekarang, dia malah coba membujuk Farah.

Kadang Farah heran, mengapa Sutan Syahrir menyebalkan sekali kepada dia dan teman-temannya.

"Heh! Yang harusnya ngalah itu Anda, Pak. Saya itu tamu di sini. Tamu itu Raja. Lagian, cowok itu kudunya ngalah!" Cerocos Farah panjang lebar.

Sutan Syahrir mengernyit. "Teori dari mana itu?"

Farah mendesis kesal. Perutnya yang dangdutan mengalihkan perhatiannya.

Sutan Syahrir mengejar Farah yang sudah galfok kalau lapar. "Kenapa diam, Nona?"

BataviLoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang