54. Dokoritsu Zyumbi Coosakai

2.9K 430 221
                                    

Sebelum baca, biasakan VOTE dulu sebelum baca. Yang sider, modal comment doang, sadar diri ya, gak dibales berarti kamu belom vote. Kalau emang udah VOTE tapi kami gak bales, itu tandanya kami kelupaan atau adminnya dah keluar dari akun wp srikandi. Okedoki, paham?

Happy reading & MERDEKA🇮🇩

°°°

Seraut wajah di hadapannya memaksa Farah melangkah mundur. Ekspresi gadis itu berubah datar. Orang itu sadar, Farah enggan dengan kedatangannya.

"Lo ngapain ke sini?"

Tanya Farah lirih, begitu berdampak besar baginya. Gadisnya telah membuat jarak.

"Nona Farah, aku ..."

"Mau cari Syahrir?" Farah memotong cepat. "Tunggu bentar. Gue panggilin."

"Tidak, Nona! Aku ingin bertemu denganmu," kalimat Chairil menghentikan pergerakan Farah.

"Ketemu sama gue? Mbak Miratnya gimana, dong? Lo tinggalin?"

"Aku sudah lama ..."

"Lama boongin mbak Mirat, hah?" Netra Farah menatap Chairil tajam.

"Kau salah paham, Nona," lirih Chairil.

"Kenapa kalian berdiri di depan pintu begitu?" Suara Syahrir menginterupsi mereka.

"Itu," mereka berucap kompak setelahnya tersadar.

Syahrir tertawa.

"Ayo masuk dulu, Chairil," ajak Sutan Syahrir ramah.

Cowok itu mengangguk, kemudian melangkah masuk. Farah dibuat cengo dengan sikap Syahrir. "Kenapa dia berubah banget?"

"Hari ini, kau pergi bersama dia ya, Farah," kalimat yang dilontar Syahrir bikin Farah mengernyit.

"Pergi? Ngapain? Lo ikut juga, kan?"

Gelengan Sutan Syahrir, untuk pertama kalinya tidak diharapkan Farah.

"Kenapa?"

"Itu acara Nippon. Yah, kamu tahulah."

"Tapi waktu nonton filem kenapa lo ikut?" Tanya Farah, pasalnya aneh kenapa untuk acara yang satu itu Syahrir mau ikut.

"Untuk yang itu, kasusnya berbeda, Farah. Hari ini juga aku harus pergi. Kita berbeda cara, tapi sama-sama memperjuangkan sesuatu yang sama."

"Terus, gue ngapain hari ini?" Farah bertanya pada hal inti. Jiwa jurnalisnya sedang tidur.

"Entah lah, tapi yang jelas banyak orang akan berkumpul, termasuk para temanmu. Kau dan teman-temanmu seperti biasa wajib hadir di setiap kegiatan apapun yang diadakan Nippon. Jadi ya, harus."

Farah mengangguk. Biarlah. Yang penting, bertemu ketiga temannya. Juga, menjadi saksi sejarah langsung bagaimana BPUPKI dapat terbentuk.

***

Farah dan Chairil saling diam di atas becak yang melaju tenang. Suara kayuhan becak menjadi pengisi yang menemani perjalanan mereka.

Farah yang biasanya tidak tahan diam berlama-lama, kini berubah. Sejak becak itu melaju, gadisnya sama sekali tak membuka suara. Padahal, Chairil merindukan ocehannya. Rindu cerita-ceritanya. Kalimat-kalimat anehnya.

Ke mana itu semua?

"Maafkan aku, Nona," Chairil bergumam pelan. "Aku ingin mendengar ceritamu lagi, Nona. IndoApril. Nadendra. Bintang Senja. Nama-nama asing yang kau bilang penulis buku yang ku yakini belum pernah kudengar."

BataviLoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang