75. Akhir Kisah (The End)

2.8K 462 314
                                    

Haiii... Gak kerasa, udah end aja ya! Oke lah, seperti biasa jangan lupa Vote & Comment. Sama satu lagi, putar lagu yang sudah kami sediakan di mulmed.

Happy reading❤🤍

°°°

1 Oktober 1945.

Pipit dan Vee saling memandang rumah Belanda di depannya. Sudah lama mereka tak mendatangi rumah Belanda ini, terlebih setelah tahu fakta bahwa mereka pulang dalam waktu yang masih lama. Namun, entah di masa depan atau masa lalu, waktu berjalan begitu cepat, sekarang sudah waktunya mereka kembali ke pangkuan ibu.

"Udah mau pulang aja kita. Perasaan baru kemaren kita dateng."

Pipit dan Vee menoleh bersamaan ke kanan dimana Nafla berada, wanita itu baru saja datang lalu berdiri bersebelahan dengan Vee sambil memandang rumah Belanda yang tertutup rapat.

Matahari di ubun-ubun kepala pun turut menjadi saksi untuk ketiga wanita itu yang tak akan pernah kembali lagi ke Jakarta masa lalu.

"Langkah kaki gue rasanya berat banget," lirih Vee yang didengar oleh Nafla dan Pipit.

Pipit merangkul pundak Vee, "Tenang aja, nanti gue bikin lo meninggoy disini kalo lo emang ngerasa berat buat ngelangkah." Pipit tersenyum manis.

Nafla di sebelah Vee pun ikut serta merangkul Vee, "Berat ya, Vee? Gue tambahin mau?"

Perasaan Vee seketika tidak enak karena ulah kedua temannya ini, "Kagak-kagak! Langkah kaki gue udah ringan seketika. Jauh-jauh lo pada dari gue!" Vee menyingkirkan kedua tangan temannya dari pundaknya.

"Ehm!"

"ASTAGFIRULLAH!" Mereka bertiga terkejut dengan kehadiran kakek tua yang pernah mereka jumpai sewaktu itu. Kakek tua yang memberikan mereka minuman hingga membuat mereka pingsan dan setelah sadar mereka terdampar di era Indonesia sebelum merdeka .

"Mengkaget gue," Pipit mengusap dadanya yang masih berdebar kencang, yang jelas bukan karena jatuh cinta.

"Welkom terug, dames, (Selamat datang kembali, Nona-nona,)" Sambut Kakek tua itu sambil tersenyum yang terlihat menyeramkan di mata ketiga wanita itu.

"H-hai juga,"

Pipit dan Nafla menatap tajam Vee yang melambaikan tangannya ragu pada Kakek tua itu.

"Kom binnen! (Mari masuk!)"

Yang membuat aneh, Kakek tua itu muncul darimana? Pintu rumah Belanda saja masih tertutup dan sekarang baru dibuka oleh Kakek tua itu.

Saat pintu terbuka dan ketiga wanita itu masuk, mereka disambut alunan musik yang berasal dari gramofon.

Toen wij repatrieerden uit de gordel van smaragd
(Saat kami kembali dari sabuk zamrut)

Dat Nederland zo koud was hadden wij toch nooit gedacht
(Kami tidak pernah membayangkan bahwa Belanda begitu dingin)

Maar 't ergste was 't eten
(Tapi yang terburuk adalah makanannya)

Nog erger dan op reis
(Bahkan lebih buruk daripada berpergian)

Aardapp'len, vless en groenten en suiker op de rijst
(Kentang, daging dan sayur serta gula di atas nasi)

"Lagu ini," ucap Nafla pelan kala mengingat alunan musik yang tengah diputar ini.

"Duduklah, saya tahu kalian kelelahan setelah melewati petualangan yang menguras tenaga serta pikiran." Kakek tua itu menatap satu persatu wanita yang kini sudah duduk berdampingan.

BataviLoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang