69. Perkara Bahasa (Chairil & Farah)

2.6K 421 124
                                    

Haloo! Assalamu'alaikum.

Sebelum baca, yok vote dulu!

Makin deket sama perpisahan, gaes.

Happy reading.

Penulis part: dhiladhsan

***

Setelah sebulan menjalankan ibadah wajib puasa Ramadhan, akhirnya hari kemenangan itu tiba. Bagi rakyat Indonesia, lebaran itu berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. Pasalnya, lebaran kali ini dilaksanakan setelah proklamasi kemerdekaan.

Secara umum, hari raya 'Idul Fitri jatuh pada tanggal 8 September. Namun, saat itu terjadi perbedaan pendapat antara Muhammadiyah dan Gunseikanbu bagian Syuumubu (semacam kantor urusan agama jaman Jepang).

Gunseikanbu melaksanakan 'Idul Fitri pada tanggal 8, sementara Muhammadiyah melaksanakan lebaran pada tanggal 7.

Farah dan ketiga temannya melaksanakan malam takbir di rumah Soekarno. Mereka menginap di sana. Pipit, bu Fatma dibantu Farah, Nafla dan Vee membuat ketupat dan berbagai macam hidangan, mines nastar dan teman-temannya.

Paginya, mereka bersiap menuju lapangan Gambir untuk melaksanakan salat ied bersama. Meski sebelumnya, keempat cewek itu harus rempong dulu buat dandan yang kurang afdol jika tak pakai kegaduhan.

Seruan kencang Nafla yang meneriaki tiga teman rasa adik lengkap dengan sapu di tangan, Pipit yang bingung milih baju, teriakan frustrasi milik Farah akibat berulang kali tertusuk jarum saat memasang hijab, dan kepanikan Vee yang hampir ditinggal pasal bangun kesiangan. Jadinya, dia dandan kilat sambil berharap semoga hasilnya tetap cantik.

Lapangan Gambir diramaikan rakyat dengan pakaian bagus yang mereka punya.

Rombongan rumah Soekarno sampai di tempat itu disambut senandung takbir Idul Fitri yang menggetarkan hati. Ini lebaran kedua bagi keempat gadis itu di Jakarta jaman dulu, tanpa keluarga. Tapi, setidaknya, di sini mereka mendapat keluarga yang juga tak kalah hangat.

Salat ied dimulai tak lama kemudian. Lebih siang dari tahun lalu yang pelaksanaanya setelah subuh sebelum matahari terbit. Kebijakan Nippon karena mereka harus melaksanakan upacara Seikerei yaitu membungkukkan badan ke arah matahari terbit di lapangan yang sama.

Farah tak lupa mengabadikan kegiatan langka itu. Kapann lagi dia bisa meliput langsung salat It tahun 45? Najwa Syihab saja kalah.

Sementara Vee mendokumentasikan dengan kamera mahalnya. Potret sana, potret sini. Mungkin dia juga akan menjadikan momen itu sebagai konten.

Nafla dan Pipit rusuh, hampir jambak-jambakan kalau saja imam pagi itu tak menginterupsi dengan kalimat penanda akan dimulainya salat.

Lalu, yang terdengar adalah takbir 7 kali diikuti gumam yang sama dari seluruh lapangan.

Surah Al-Fatihah disusul surah Al-Insyirah berhasil membuat netra Farah mencetak bendungan saat sampai di ayat lima dan enam.

Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan, Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan (QS. Al-Insyirah: 5-6.

Janji pasti tuhan bagi hamba juga bangsanya.

Seusai salat, bendungan di netra Farah tumpah sudah. Tiga temannya juga ikut menangis. Mereka berpelukan. Mengucap tulus maaf untuk banyak kesalahan. Untuk pertengkaran yang pernah berujung saling menyakiti, juga perkataan yang mungkin saling melukai.

Pada Soekarno, bu Fatma, bi Sarinah, Hatta, Des, Mimi, Lili dan Ali pun mereka mohon maaf.

Sayangnya, Syahrir tak ada bersama mereka. Padahal, Farah punya dosa banyak dengan Bung Kecil itu.

BataviLoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang