20. Romusha (Hatta & Nafla)

3.9K 561 100
                                    

Haiii, Nafla kembaliii! Hufftt, aku sudah selesai liburan gaes! Banyak banget aku dapet DM IG maupun Wattpad nyuruh aku cepet² update part BataviLove. Ada juga yang minta update part Nafla dan Hatta war di kolom komentar. Tau aje ye lu tong. Padahal udah dikasih tau jangan rindu. Jadinya karena itu, pas lagi liburan saya sempat-sempatkan ngetik part ini. Lagi dalam keadaan capek dan mabuk perjalanan itu loh. Demi kalian readers tercintaahh.

Makanya, VOTE & SPAM COMMENT yok! Hargai penulis dengan dukungan berupa Vote & Comment. Gak susah kok saya rasa kalo vote dan comment doang. Ini juga bacanya grastis gak bayar. Hehehe😁

Semisal masih ada typo, mohon dimaafkan karena manusia tidak luput dari kesalahan. Happy reading guys. MERDEKA🇮🇩

Penulis part: Nafla080803

°°°

Hening menyelimuti perjalanan Nafla dan Hatta selama di dalam mobil. Sejak kejadian Hatta menarik paksa tangan Nafla yang memeluk seorang penggerak PETA di rumah Soekarno, pria itu tidak bicara apapun. Hanya diam dengan pandangan lurus menatap jalanan di depan. Nafla yang duduk di sebelah, hanya bisa menatap takut-takut pria itu.

"Yang tadi itu memalukan. Tidak seharusnya kamu memeluk pria asing." celetuk Hatta, akhirnya pria itu bicara juga. Tapi tatapan pria itu sama sekali tidak mengarah ke Nafla, selaku orang yang ia ajak bicara.

"Dia bukan pria asing, dia Jendral Ahmad Yani!" ralat Nafla tegas, dan diralat lagi pula oleh Hatta setelahnya.

"Dia hanya seorang Sodancho PETA!"

"Hatta tidak tahu, jadi diam saja!" timpal Nafla jengah. Cepat-cepat Nafla menyudahi perdebatan mereka. Nafla malas beradu mulut dengan Hatta.

Kira-kira hening beberapa saat, Hatta kembali membuka suara. Intonasi suara Hatta agak tenang dari sebelumnya, namun masih tersisip nada dingin.

"Terlepas dia Jendral sekalipun, kamu tetap tidak boleh memeluk pria sembarangan."

Tidak ada balasan dari Nafla. Wanita itu diam saja, seolah tidak mendengar ucapan Hatta. Kepalanya pun mengarah ke samping, membuang muka. Hatta yang menyadari ucapannya diabaikan, kembali melanjutkan.

"Bagaimana kalau ternyata dia sudah punya istri? Kamu bisa menyakiti perasaan istrinya."

Nafla berdecak. Dia menoleh, menatap Hatta jengah. "Jendral Ahmad Yani belum menikah dengan Bu Yayu tahun ini!"

"Macam sudah tahu saja kamu tentang pria itu." cibir Hatta, tersenyum remeh.

"Saya tahu semuanya," gumam Nafla yang masih bisa Hatta dengar sayup-sayup.

Hatta melirik Nafla yang setelah bicara seperti tadi, tatapannya mengarah lurus ke depan. Hatta ingin menimpali ucapan Nafla tadi, tapi setelah dipikir-pikir itu tidak perlu. Membahas ucapan Nafla tadi hanya akan menimbulkan perdebatan panjang. Oleh karena itu, Hatta putuskan tutup mulut. Anggap mengalah saja dengan Nafla.

Mobil terus bergerak maju membawa mereka ke tujuan. Sampai di suatu ketika, mobil Hatta melewati banyak orang yang pergerakannya di awasi Tentara Nippon. Orang-orang itu dirantai. Tubuhnya kurus-kurus. Kebanyakan sekelompok orang itu adalah pria tua renta.

"Berhenti," pinta Nafla singkat, menahan lengah Hatta yang mengatur mesin kemudi. Sontak saja Hatta jadi menginjak rem.

Hatta menoleh ke samping, di mana ia melihat Nafla tengah menoleh menatap pergerakan orang-orang yang sedang dirantai. Hatta tahu apa yang ada di pikiran Nafla.

"Mereka para pekerja Romusha. Itu mereka sedang digiring ke tempat kerja oleh pihak Nippon." beri tahu Hatta.

Spontan Nafla menoleh jadi menatap pria itu. "Tapi kenapa mereka mesti dirantai?"

BataviLoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang