43. Sutra Senja (Chairil & Farah)

2.6K 469 280
                                    

Haloo. Assalamualaikum.

Pakabar nih semuanya?

Sebelum mulai baca, kirimkan doa untuk Sodancho Supriyadi. Karena tepat di hari ini, beliau menghilang demi memerdekakan Indonesia. Bukan seperti sekarang yang sibuk mengurus masalah percintaan.

 Bukan seperti sekarang yang sibuk mengurus masalah percintaan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Oke deh, seperti biasa jangan lupa vote dan spam komen.

Salam merdeka🇮🇩

Penulis part: dhiladhsan

***

Farah memandang piring yang menyisakan sebutir nasi goreng buatan Mimi dan Lili. Ternyata, rasa masakan mereka gak bikin emosi, sebaliknya malah bikin nagih.

Tapi ya, mereka tetep aja nyebelin. Bayangin, deh. Tiga minggu Sutan Syahrir menyuruh Farah istirahat di rumahnya, dengan tiga anaknya yang jadi penjaga.

Semenjak kejadian berdarah itu, Farah yang pingsan lalu mimisan, Syahrir jadi bertindak posesif. Farah tidak boleh ke luar rumah, no debat. Tiga anaknya, entah apa yang ditawarkan oleh Sutan Syahrir sehingga jadi terlalu semangat ikut mengurung Farah.

Totalitas banget lagi jagainya. Sampe-sampe nih ya, suara sesedikit apapun dari luar membuat mereka mengecek dengan gerakan super kilat.

Farah jadi berpikir, apakah telinga mereka bisa mendadak jadi sepeka pasukan khusus kayak di novel-novel itu, ya?

Semoga saja tidak begitu karena Farah ingin bebas. Cuma, bagaimana caranya?

Akses buat kabur ditutup rapat. Tiga anak Syahrir yang punya kuncinya. Tapi, tidak ada yang pro bahkan termasuk Ali yang kadang baik.

"Harus pake cara apa biar bisa keluar, ya? Ventilasi? Langit-langit ruangan?" Farah memainkan sendok. Matanya menatap ke atas dengan otak yang berputar mencari akal supaya dapat keluar dari penjara Syahrir yang membuat dia karatan saking gabutnya.

Bermain dengan Mimi, Lili dan Ali bisa sedikit mengurangi gabutnya, sih. Kadang-kadang, kalo lagi baik, mereka mengajari Farah memasak sambil menggali informasi tentang dunia kejurnalisan dari sudut pandang Farah.

Juga, tentang pelajaran yang diajarkan Syahrir. Kayak matematika aljabar, kalkulus, ah, memikirkannya saja, sudah membuat Farah mengantuk. Mana pinter lagi mereka, kan, Farah jadi insekiur dengan otaknya yang jenius ini.

Gadis itu beranjak mencuci piring lantas meletakkan di tempat yang seharusnya.

"Gue rajin, kan? O iya dong. Gabut sih." Mulutnya mengoceh sembari melangkah ke kamar. Tangannya menyambar sebuah buku dari dalam tas, melangkah ke ruang tamu lalu duduk di atas sofa. Mengambil posisi ternyaman untuk membaca buku karya salah satu penulis faforitnya, Bintang Senja

BataviLoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang