88. Beginikah Akhirnya? (Extra Chapter Farah)

1.6K 285 183
                                    

Halooo!

Assalamu'alaikuuum!

Ketemu lagi.

Ramein kuy, gaes!

Kalau masih ada tipo, mohon dimaafin, yak.

Happy reading.

Penulis part: dhiladhsan

***

"Kenapa liputanmu tuntas semua kecuali punya saya? Wah sayang banget, Far," ucap bu Bunga di pagi kedua seusai semua liputannya tersetorkan.

"Maaf, Bu, Dokternya kabur. Saya gak bisa ngejar soalnya gak ada mobil," alibi Farah asal. Aslinya sih, kalau dia mau, mobil sembarang orang bisa dicolongnya lagi.

Bunga mengangguk-angguk. "Ya, ya. Saya paham. Media lain juga gak ada yang bisa ngejar Dokter Nafla."

"Jadi, karena saya gak puas dengan liputanmu ..." Bunga menggantung ucapannya. Farah menunggu tak terlalu berminat mendengar kelanjutan ucapan si redaktur seleb itu.

"Saya ingin kamu tetap di sini dan meliput kasus Dokter itu sampai tuntas."

Bukannya senang, kalimat Bunga malah membuat Farah makin tak berminat.

"Dan karena liputanmu yang lain sangat memuaskan, selamat. Kamu bisa lebih lama di Nesi. Tapi, redaktur tetapmu bukan saya lagi." Warta buka suara bersama senyum aneh di bibirnya.

Melihat senyum itu, Farah langsung merasa ada yang tidak beres.

"Diganti siapa, Kak?" Tanya Farah, diam-diam berharap Kiara yang disebut Warta.

Atau, Rani juga lumayan, lah. Meski sebenarnya, redaktur itu lebih cocok disandingkan dengan reporter se-departemennya, kak Berlian. Mereka sama-sama terlalu serius, terlalu anggun dan terlalu lainnya.

Yang penting kalau untuk sekarang ini, jangan Bu Bunga yang jadi redakturnya. Pasalnya, dia tidak mau disuruh mengejar Nafla setiap hari.

Kecuali, bu Bunga menyuruhnya meliput seleb. Kalau itu mah, dia pasti langsung cus laksanakan.

"Diganti Ariel, Far," jawab Warta, seketika memutus lamunan Farah.

"Hah?! Siapa tadi, Kak Warta?"

Farah yakin, telinganya pasti tadi salah dengar.

"Ariel, Far," ulang Warta. Farah menggeleng tak percaya. Pasti, dia lagi konslet gara-gara baper.

"Siapa, Kak Warta?" Tanya Farah untuk yang ketiga kali.

"Ariel Anwar, Farah," jawab Warta dengan suara lebih keras.

"Gak mau, Kak Wartaa!" Farah berseru menolak.

"Lo pikir gue mau, HAH?!" Ariel menyahut ngegas.

"Sejak kapan lo ada di sini juga? Kayak hantu." Gadis itu bergumam samar, heran kenapa tadi dia tidak melihat kedatangan Ariel.

Ariel malas menyahuti pertanyaan tidak berfaedah macam itu. Tidak penting dijawab.

"Kalau bukan perintah dari atasan langsung, ogah banget gue kerja sama reporter gak mutu."

"Udah, ya. Mulai hari ini, redakturmu adalah Ariel, Far." Warta berucap tak terbantahkan.

"Lo gak minta pendapat gue dulu, Ta." Ariel mendesis kesal.

Warta tidak peduli. Redaktur lain saling berpandangan, kemudian kompak tersenyum aneh.

"Kuat-kuatin hati aja ya, Far," ucap Kiara. Farah memandang bertanya.

BataviLoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang