44. Pembebasan Jugun Ianfu (Supriyadi & Pipit)

2.6K 449 133
                                    

TAPI BOONG!

HAYUU LANGSUNG BACA AJA, VOTE DAN HARUS COMMENT. LUV YU! MERDEKA🇮🇩

Penulis part: pipit_vie

°°°

Aroma tumis kangkung yang dimasak oleh Pipit begitu menguar di rumah Soekarno. Semenjak hadirnya Pipit, tugas Bi Sarinah memasak digantikan oleh Pipit.

"Kamu pandai sekali memasaknya, Pit. Mertuamu pasti akan sangat menyayangimu nanti." Bu Fatma memandang kagum Pipit sembari menggoreng tempe di sebelah Pipit.

Pipit tertawa pelan, "Ah Bu Fatma ini, terlalu memuji saya hehe ... Awalnya saya nggak bisa masak, Bu. Saya disuruh belajar masak sama Emak, tapi saya nggak mau karena takut sama minyak. Tapi abis lulus sekolah, di rumah kedatengan sama nenek, saya dimarahi nenek karena nggak bisa masak sampe nangis. Baru deh, abis kejadian itu saya mau belajar masak ke Emak." cerita Pipit panjang lebar sembari menaburkan garam ke tumis kangkungnya.

"Begitu ya, tapi memasak memang sudah keharusan bagi setiap orang menurut saya. Entah perempuan entah laki-laki, semuanya harus punya kemampuan untuk memasak."

"Betul tuh, Bu. Oh iya, sore nanti saya mau pergi sama Supriyadi, Bu. Kemungkinan sampe malem, tapi nggak malem-malem banget."

Bu Fatma memandang heran Pipit, "Supriyadi mengajakmu berkencan?"

Pipit menggelengkan kepalanya cepat, "Nggak, Bu, nggak! Kalo kencan mah nggak mungkin, hehe ..."

Bu Fatma menahan senyum, "Hm ... Darah muda yang sedang dimabuk cinta,"

Pipit tertawa kencang, "Apaan sih, Bu? Kata-kata Bu Fatma berlebihan deh. Tapi ya, Bu, saya sama Supriyadi nggak ada hubungan apa-apa."

"Sayang sekali, padahal saya berharap kamu adalah kekasih Supriyadi. Lelaki itu dari yang saya lihat, dia orang yang setia. Kamu dapatkan hatinya, Pit!" Bu Fatma menyuruh dengan suara yang bersemangat.

"Hati siapa?" tiba-tiba Soekarno datang sambil menggendong Guntur.

"Hati orang, Pak!" sahut Pipit.

"Kukira hati sapi," Soekarno terkekeh pelan. Sejujurnya dia sudah tahu hati siapa yang ingin didapat oleh Pipit, siapa lagi kalau bukan Supriyadi.

"Kalau kamu ingin tahu, Supriyadi menunggumu didepan."

"Ha?" Pipit menatap Soekarno sangsi, "Seriusan, Pak? Masa iya ada Supriyadi? Bukannya dia harus berjaga, ya?"

"Setiap laki-laki selalu ada cara agar bisa bertemu dengan orang yang dicintainya. Temuilah dia!" Bu Fatma menyuruh Pipit.

Pipit mengangguk, dia bergegas keluar rumah dan dia mendapati Supriyadi yang tengah duduk di kursi teras depan rumah sembari memijit pelipisnya.

"Xaverius,"

Supriyadi menoleh dan mendapati Pipit tersenyum manis ke arahnya. Seakan tertular, dia pun ikut tersenyum tipis, "Kemarilah, duduk di sebelahku."

Pipit menurut saja, dia duduk di kursi panjang itu dan bersebelahan dengan Supriyadi yang tak terlalu dekat sekali dengan lelaki itu.

"Kok cepet banget kesininya? Bukannya janjian yang lo kirim disurat masih sore nanti? Ini baru jam satu siang loh!"

Supriyadi tiba-tiba menghela nafas lelah, "Malam ini."

Pipit mengernyitkan dahinya, "Malam ini kenapa? Terang bulan? Purnama?"

Sejujurnya Pipit khawatir dengan Supriyadi. Meskipun dia adalah perwira PETA, tapi tak seharusnya dia keluar terus untuk menemuinya.

BataviLoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang