48. Painfully Reality

2.7K 476 372
                                    

Sebelum baca, biasakan VOTE dulu ya. Ini udah diingetin pakek capslock loh, masih juga. Readers baru annoying sekali... Comment tapi gak VOTE. Kami yang baca ketar ketir nahan emosi. Pengen langsung diingetin, tapi kek gimana gitu. Sayang banget sama readers yang VOTE juga COMMENT. Bukan apa-apa ya. VOTE & COMMENT bagi kami itu kayak bayaran rasa lelah. Bayangin. Kami 2 hari sekali update. Ada gak, penulis yang begitu? Sedikit... Sayang. Sedikit... Pukul online juga nih😘.

Semisal masih ada typo yang ditemukan, kami mohon maaf karena manusia tidak luput dari kesalahan. Happy reading & MERDEKA🇮🇩

Penulis part: Nafla080803 & coklatastor

°°°

"Istriku. Aku merindukanmu," kata Chaerul dalam.

Vee cengo. Istriku?

"Loh! Apa apaan nih?" Tanya Vee keras.

Barulah Chaerul menoleh dengan ekspresi super kaget. "Ve... vee?" Serunya.

Vee berdiri sembari bersidekap. "Jelasin ke gue, sekarang!

"Vee, ini..."

"So, ini istri gue, Vee. I come to see her because she's my beloved wife, (aku datang menengoknya karena dia istri tercintaku). Iya? Lo mau bilang gitu, hah?" Vee memotong emosi.

"Ini kamar rumah sakit! Jangan membuat keributan di sini!" Chaerul menarik Vee menjauh.

"No, no, no! Gue butuh penjelasan! Istri lo, Mbak-Mbak itu?" Vee menunjuk si wanita dengan mata menyala.

Chaerul menghela nafas kasar. Setelahnya priya itu mengangguk. "Ya. Yohana adalah istriku."

"Oh, jadi namanya Mbak Yohana." Vee menggeremeng. "Sejak kapan?"

"Kami sudah lama menikah. Sejak tahun seribu sembilan ratus empat puluh, tapi..."

"Sesante itu lo ngomong? Heh! Bini lo lagi koma gitu, lo enak-enakkan ama cewek lain!" Vee melayangkan tamparan keras ke pipi Chaerul. "Ngotak dong, lo!"

Chaerul mengusap pipinya sekilas. Senyum sinis terbit di sudut bibirnya.

"Aku hanya mengikuti rencana Babe. Bukankah perjuangan menghalalkan segala cara untuk mencapai hasil yang maksimal?"

Chaerul mengucapkan itu biasa saja. Namun, seketika itu juga Vee bisa mendengar bunyi krek dari hatinya yang patah.

Tamparan kedua Vee daratkan. "Jahat banget lo jadi cowok! Perjuangan sih perjuangan, tapi gak gini juga kaleee! Kasian bini lo."

Chaerul diam saja. Vee semakin gencar berbicara. "Eh! Untung ya, gue gak suka sama lo. Amit-amit! Gue gak mau dikira orang pelakor. Satu rumah sama lo aja, gue terpaksa."

"Kau pikir aku tidak?!" Bentak Chaerul. "Sudah ku bilang, ini semua demi kemerdekaan. Itu rencana terbaik Babe, apa yang bisa kulakukan selain menyetujui?"

"Lo kan bisa nolaakk!"

Sumpah, Vee kesel sama spesies priya satu ini. "Lo pura-puranya kebangetan. Jadi sepasang kekasih, lagi. Gimana kalau hati gue terlanjur lo curi?"

Chaerul mengunci mata Vee sebelum menjawab. "Apa yang salah denganku? Sedari awal, ini memang pura-pura. Seharusnya Nona Vee sadar. Perkara hati, risikonya kau tanggung sendiri. Tidak ada yang menyuruhmu jatuh cinta di sini."

Tuhan, rupanya inilah definisi sakit tapi tak berdarah.

Selanjutnya, Chaerul mendekatkan wajahnya ke wajah putih Vee yang membara sepenuhnya. Vee bahkan bisa merasakan hembusan nafas Chaerul di pipinya. Bisikkan rendah Chaerul jelas mengalun dan ditangkap baik oleh telinga Vee yang mendadak peka.

BataviLoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang