72. Sebelum Senja Terbenam (Hatta & Nafla)

3.1K 451 347
                                    

PERHATIAN!

Sebelum baca, saya mau kasih tau sedikit rules untuk part ini. Di part ini, ada 3 buah lagu yang saya siapkan untuk kalian putar. Lagu itu memang tidak memungkinkan untuk di putar, tapi yang penting saya sudah kasih tahu kalian lagu apa yang mengiringi part ini. Mohon kalo bisa diikuti rules tersebut, supaya semakin dapat feel dari part ini. Sekian, terima kasih.

JANGAN LUPA UNTUK VOTE & COMMENT. HARGAI KERJA KERAS PENULIS! HAPPY READING❤🇮🇩

Penulis part: Nafla080803

°°°

Sehari sebelum Nafla pulang ke zamannya, Hatta menyempatkan diri membawa Nafla ke suatu tempat. Tempat itu adalah tempat yang pernah Hatta janjikan kepada Nafla. Sore harinya, janji Hatta pun lunas, yaitu membawa Nafla ke pelabuhan.

"Tempat ini rasanya tidak asing bagi saya. Seperti saya pernah ke sini." Nafla menatap sekitar, sambil terus mengingat-ingat.

"Katanya kamu belum pernah kemari, makanya saya ajak." ucap Hatta sebal. Jika Nafla pernah kemari, percuma Hatta ajak. Hatta jadi gagal memberi kesan indah di moment-moment terakhirnya bersama Nafla.

Nafla diam belum menyahut. Ia masih sibuk berkutat dengan pikirannya. Terus menggali memori, apakah benar ia pernah kemari.

"Ah, saya ingat. Pelabuhan ini Tanjung Priok kan, namanya?"

"Ya, tapi masyarakat setempat sering menyebutnya Si Denok Bandarwati."

"Serius? Unik sekali namanya. Terkesan membuat orang penasaran, dan ingin mengunjungi tempat ini." Nafla tersenyum lebar kepada Hatta, menampilkan deretan giginya yang putih.

Senyuman Nafla itu sempat mengalihkan dunia Hatta beberapa saat, sebelum Hatta tersadar dan coba mengalihkan suasana agar tak canggung.

"Betul kamu pernah kemari?"

"Tidak, saya hanya sekadar lewat di masa depan." jawab Nafla menggeleng kecil.

"Tapi, kenapa tidak mampir?"

"Untuk apa? Saya tidak punya keperluan di sini."

"Agak mustahil tidak punya keperluan, karena Tanjung Priok adalah tempat yang sering orang kunjungi untuk bepergian ke daerah jauh. Pelabuhan tempat yang amat sangat dibutuhkan orang."

"Hatta, orang masa depan sering menggunakan jalur udara ketimbang laut. Masa depan sudah pakai pesawat. Lagipula perjalanan yang saya tempuh selalu jauh di luar negeri. Jadi saya seringnya mampir di Bandara Soekarno-Hatta."

Nafla tercengang luar biasa mendengar statemen Hatta. Tapi, balik lagi kepada realita. Hatta hidup pada peradaban, di mana dunianya belum se-modern masa depan.

Kala Nafla menyebutkan nama Bandara Soekarno-Hatta, Hatta spontan tertawa samar. Entah lah, ia belum terbiasa mendengar namanya dipakai untuk sebuah tempat. Nafla sudah menceritakan hal ini kepada Hatta, jadi Hatta tidak terlalu kaget.

"Tadi, kamu bilang sering ke Bandara karena selalu pergi jauh di luar negeri?" tanya Hatta yang dibenarkan Nafla.

"Yaps, karena saya seringnya liburan dan jalan-jalan ke luar negeri. Jalan-jalan di sana bisa menghilangkan stres karena pemandangan alamnya yang indah."

"Tapi, kenapa?" Hatta bertanya lagi, dan yang kali ini membuat Nafla tertegun bingung. "Kenapa jalan-jalannya justru kamu pilih ke luar negeri? Kenapa tidak dalam negeri, di Indonesia? Padahal pemandangan alam Indonesia lebih menarik dan mudah dijangkau. Bepergian di dalam negeri juga membantu mutu dan kualitas negeri kita sendiri."

BataviLoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang