81. Dandelion (Exchap Pipit)

1.7K 342 148
                                    

Hi readers Batavilove yang tersayang. Pipit in here ....
Part ini masih sekitar masa lalu. Di expart sebelumnya, target komen nggak mencapai sesuai ekspektasi Pipit. Kalau komen kali ini dibawah seratus, Exchap Pipit cukup sampai disini, hehehe😌.
Kalau dapet target, Exchap Pipit bakal lanjut, kalau nggak ya cukup sampai disini saja kita bertemu:*

See you ...

Enjoy this story'!
Penulis part: pipit_vie

Sebelum membaca, harap kalian memutar lagu berjudul Kamu dan Kenangan.

Asap yang berasal dari zat nikotin menguar dalam ruangan sunyi penuh debu, sedangkan pikiran sang penikmat zat nikotin melanglang buana ke masa lalu. Sebelumnya, dia tak pernah menikmati barang sedikitpun rokok yang dia peroleh dari Soekarno.

"Indonesia sudah merdeka, apakah kau akan terus mengurung diri disini?"

"Itu lebih baik. Semua akan baik-baik saja bila aku tak kemana-mana." Sahutnya dingin dengan mata menyorot tajam ke depan.

"Berhenti membuat dirimu lebih buruk, Supriyadi," Soekarno, presiden Indonesia pertama Indonesia itu menghela nafas lelah, "Aku tidak tahu efek Pipit akan membuatmu seperti ini."

Supriyadi membuang rokok di tangannya dengan kasar, dia menoleh menatap tak suka pada Soekarno, "Bukan hanya karena Pipit, tetapi karena banyak hal. Ada banyak alasan yang tak bisa ku ceritakan padamu. Ku harap kau tak melakukan hal yang macam-macam!"

"Sudah kulakukan." Soekarno ikut berdiri, "Bung, kau sendiri termasuk pelopor kemerdekaan. Aku sebagai pemimpin negara hanya ingin memberimu balas jasa. Jadi, keluarlah dan jadilah menteri untukku."

"Kau bertindak terlalu jauh, Bung Karno." Nada bicara Supriyadi kian dingin, "Aku hanya ingin hidup tenang tanpa terikat oleh siapapun termasuk kau sendiri. Ingat, bagaimana aku memperjuangkan hak asasi manusia saja sudah menjadi bukti, aku ingin bebas!"

Soekarno diam membisu. Sesaat keduanya saling diam, lalu kemudian Soekarno memilih melangkah pergi meninggalkan Supriyadi sendiri dalam rumah Belanda dimana Pipit dan ketiga temannya menghilang.

"Aku hanya berbagi kebahagiaan, kuharap kau datang untuk menjadi menteri. Menjadi bagian Indonesia." Ucap Soekarno sebelum benar-benar pergi.

Supriyadi berdiri dengan penuh kekakuan. Matanya menatap kosong kepergian Soekarno. Kembali sendiri, lagi-lagi semilir angin malam yang menemaninya.

"Bahkan darahku pun termasuk bagian Indonesia, Bung." Supriyadi berucap lirih. Setelahnya Supriyadi terduduk lemas. Dia ingin, ingin sekali berkelana kemanapun yang kakinya inginkan. Namun mengingat resiko, Supriyadi urung. Pasti akan ada banyak pihak yang akan memanfaatkannya setelah tahu dia masih hidup dari pemberontakan.

"Kemana kali ini isi hatiku harus kucurahkan?" Bulir-bulir air membentuk sungai di pipi Supriyadi.

Aku mengerti
Perjalanan hidup yang kini kau lalui
Ku berharap meski berat kau tak merasa sendiri

Kau tlah berjuang menaklukkan hari-harimu yang tak mudah
Biarku menemanimu
Membasuh lelahmu

Ijinkanku lukis senja
Mengukir namamu disana
Mendengar kamu bercerita
Menangis tertawa

Supriyadi ingat lagu itu. Terputar jelas di kepalanya, suara indah yang mengalun merdu seperti radio, menemani hari-harinya yang sepi. Lagu yang pernah dinyanyikan oleh Pipit tatkala di pinggir sungai Ciliwung.

BataviLoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang