33. Permaisuri Kedua Syahrir (Farah)

3K 492 178
                                    

Haloo. Assalamualaikum.

Apa kabar apa kabar?

Udah siap buat komen dan vote? Sebelum baca, pastikan dulu kalian putar mulmed yang dtelah disediakan ya. Karena ada hubungannya dengan part ini.

Oke, deh. Semisal terdapat tipo, bisa langsung koreksi. Karena kami tak luput dari kesalahan.

Salam merdeka.

Penulis part: dhiladhsan

***

"Hujan, gue rindu," gumam Farah di kamarnya dengan mata menerawang. Rintik hujan di luar sore itu mengingatkan Farah akan orang-orang di zaman ia hidup.

"Pada kangen gue gak ya di sana? Pada ngerti gak ya, kalo gue di sini sedih menyaksikan banyak kesengsaraan?"

Wajah Farah mendadak muram. Hujan membuatnya jadi bersedih. Menyaksikan langsung bagaimana Indonesia dijajah Jepang, Farah sama sekali tidak pernah bermimpi. Jepang yang mempekerjakan rakyat dengan sama sekali tidak memanusiakan manusia, Farah benci melihatnya secara langsung tanpa bisa berbuat apa-apa.

"Bahkan, gue bukan Dokter yang seenggaknya masih bisa nolong orang,"

Pipi Farah basah, sebab air matanya perlahan menetes. Ingatan tentang para pekerja romusha yang ditembak kepalanya, yang dibiarkan bekerja terus tanpa terisi energi, yang ... Farah menggeleng-geleng.

"Apa yang bisa gue lakuin buat Indonesia sekarang?" Farah melangkah pelan menuju jendela. Berdiri memandang tetesan hujan yang baginya selalu menyenangkan. Tanya yang Farah gumamkan, disahuti bulir hujan yang terus jatuh ke bumi.

Satu pemahaman menghinggapi kepalanya.

"Gue harus bisa ngelakuin sesuatu." bisiknya kemudian pada hujan yang tidak terlalu deras di luar sana.

"Tapi-tapi, ngelakuin apa ya? Gue kan, seringnya ngelakuin hal gak berfaedah ya?" Cengirnya tersadar.

"Mending gue doa aja, deh," putusnya ditemani melodi hujan yang syahdu. "Kata Pak Ustadz, waktu hujan adalah saat yang mustajab buat memanjadkan doa. Jadi, gue harus doa biar salah satunya, dapet petunjuk buat balik ke tahun gue."

Dan setelah itu, Farah yang sedang dalam mode tobat benar-benar merangkai doa untuk banyak hal. Selang lima menit, kakinya melangkah kembali ke tempat tidur.

Matanya menyapu seisi kamar kemudian berhenti pada barang-barangnya yang telah rapi. Tangannya pelan-pelan membuka tas, mengeluarkan ponselnya yang tidak sebikin ngiler ponsel punya Vee.

"Enaknya gue ngapain, ya?" Farah melirik presentase baterai yang bertahan diangka 89%. Jemarinya menggulir-gulir ponsel, barangkali ada lagu tersimpan yang belum sempat diputar. Nyatanya,lagu tersimpan di ponselnya sudah diputarnya semua.

Jadi, apa yang harus dia lakukan sekarang?

Ketenangan hidupnya hari ini yang tidak disuruh-suruh Mimi dan Lili serta Sutan Syahrir, nyatanya mendatangkan rasa bosan.

Tidur bukan solusi yang baik karena dia baru bangun tidur. Itu hanya akan membuatnya semakin pusing dan bosan berkepanjangan.

"Serba salah banget ya hidup gue," monolognya pada kesunyian.

Bersyukur akan membuatmu bahagia. Sepotong kalimat pak Ustadz yang rajin didengarkan sepupunya setiap hari melalui youtube mendadak terputar di kepalanya.

"Jadi, gue harus bersyukur, ya?" Farah mengangguk-angguk atas pencerahan yang baru saja ia terima.

Lalu, setelahnya ingatan percakapan soal sekolah kusus tempo hari membuat matanya bersinar-sinar. Dia mulai membayangkan jadi seorang guru.

BataviLoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang