8. Pelarian Bersama Chairil Anwar

3.2K 546 87
                                    

Penulis part: dhiladhsan

•••

Pasar itu ricuh. Jerit panik dan ketakutan terdengar di mana-mana, namun yang paling memprihatinkan toko bahan pangan beras yang disinggahi Vee, Pipit, Farah dan Nafla.

DOR! DOR!

Suara tembakan makin banyak terdengar. Farah menjerit panik. Matanya melihat kanan dan kiri waspada, sambil berlari kencang. Menyibak kerumunan orang yang juga ingin menyelamatkan nyawa.

Farah terus berlari kencang, hingga todongan pistol menghentikannya.

"Astaghfirulllah halaziim!" Farah menatap horor pistol yang terlalu dekat dengan wajahnya. Sekali pelatup di tarik, habis sudah.

"Ini temen-temen gue mana, ya? Kok gue ditinggal sendiri, emang bener-bener ish mereka!" Farah membatin kesal

"Dokoheikuno? Mhashirenai (Mau ke mana? Anda tidak bisa lari lagi!)" ancam seorang bermata sipit garang.

"Ganteng, dong! Tapi dia ngomong apaan yak?" otak Farah mogok memproses bahasa Doraemon itu. "Susyi, ramen, bubur ayam, pecel lele, wih makanannya mantul semua. Masnya nawarin saya yang mana?" celoteh Farah kemudian, sama sekali tidak nyambung.

"Kare ga nani o itta no? Sono shōjo wa watashitachi ni jikan o katte iru yōdatta (Apa yang dia katakan? Gadis itu sepertinya mengulur waktu kita.)" bisik salah satu pasukan Nippon yang diangguki temannya.

"Hah? Jikan-jikan? Makanan apaan tuh? Halal gak mas?" Farah mengoceh lagi sambil diam-diam mencari celah untuk kabur.

"Sono on'nanoko wa watashitachi no jikan o muda ni muda ni shite iru. Kyatchi suru dake! Keimusho ni irero (Gadis itu membuang waktu kita sia-sia! Tangkap saja! Masukkan ke dalam penjara!)"

Orang bermata sipit itu membalas ucapan tidak berfaedah Farah bernada memerintah.

"Astagaa! Farah mengetuk jidat frustrasi.

"Ngomong apa, mas? Saya paham Anda orang Jepang, Tapi enggak usah pamer juga. Bahasa sehari-harinya, pasti bisa, lah," Farah mengomel, nadanya sewot.

"Saya enggak bisa bahasa Jepang, mas. Mau belajar belum sempet. Males sih," Omelannya malah berlanjut curhat. "Dulu sih sempet ada---aaa!"

Curcol Farah terhenti tatkala matanya tidak sengaja melihat pergerakan samar pelatup yang bersiap ditarik.

"Astaga astaga! Ya Allah, tolong hambamu ini! Duh Tuhanku!" Farah ngeri membayangkan peluru yang merobek wajahnya hanya dengan sekali tarikan pelatup berjarak dekat.

"Ugokanaide kudasai,-sa mo nai to anata no me ga kizutsukimasu (Jangan bergerak, atau matamu akan rusak!)" ancam orang itu, menunjuk mata Farah  masih dengan menggunakan bahasa Jepang fasih. Nampaknya dia belum bisa menggunakan bahasa pribumi.

Farah tidak paham apa yang orang itu katakan. Yang dia tahu, mata dan wajahnya sedang terdesak, harus segera diselamatkan jika tidak ingin minimal kehilangan fungsinya.

Farah bergerak pelan mundur selangkah. Matanya mencari-cari sesuatu untuk mengelabuhi orang-orang itu.

"Eh mana, ya? Gak ada obat tidur apa di mari? O, gebuk aja, deh. Tapi pake ap---"

DOR!

"Aaaa! Oooomegaad! astaghfirullah! Ya Allah Tuhanku toloong!" Farah menjerit, tapi suaranya tak bisa keluar saking kagetnya.

"Mata! Mata guee! Muka guee!" Farah meratapi nasip wajah dan matanya. "Ya Allah jangan, Gak mau sekarang. Engkau selalu menolong hambamu ya Allah. Kali ini, tolong lagi ya Allah." Pintanya dari hati terdalam. Sudah begini baru dia mengingat Tuhan.

BataviLoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang