71. Melukis Senja (Pipit & Supriyadi)

2.3K 417 219
                                    

Halo, kembali dengan Pit disini!!😚
Masih semangat untuk baca detik-detik terakhir Batavilove? Semangat nggak? Semangat nggak? SEMANGAT LAH! MASA ENGGAK! ADA MAS XAVERIUS NIH!

Jangan lupa jejak kalian, wokai! Tinggalkan sebanyak-banyaknya! MERDEKA!

Penulis part: pipit_vie

Lebaran sudah usai, dan Pipit tengah memandang kalender di depannya. Tanggal lima belas September, hampir mendekati hari lahirnya. Dan sebentar lagi akan memasuki bulan Oktober, dimana dia akan kembali ke masa depan.

Pipit teringat kejadian bulan lalu dimana beberapa pahlawan sudah mengetahui siapa dia dan ketiga temannya yang tentu menjadi buah pikirnya selama beberapa hari. Dia hanya tidak ingin lebih lama lagi di zaman ini. Dia hanya tidak ingin merasakan cinta yang lebih dalam lagi pada seseorang yang memang bukan untuknya sejak awal.

Dia Supriyadi.

Pipit tahu, perasaan cintanya adalah terlarang. Terlebih di masa depan, Pipit tak tahu jejak Supriyadi. Lelaki itu sampai di masa depan pun akan tetap misterius. Mungkin yang akan tetap diingat Pipit dari Supriyadi adalah kenangan meskipun Pipit tak akan bisa mendekap Supriyadi untuk selamanya. Dia sadar, melawan takdir bukanlah pilihan yang mudah.

"Kak Pipit,"

Pipit tersentak kaget saat mendapati Bathara sudah duduk disampingnya di kebun belakang rumah Soekarno.

Bathara tersenyum tipis memandang Pipit. Senyumannya manis, mungkin adik Pipit akan jatuh hati pada Bathara bila adik Pipit melihat Bathara.

"Menyadarinya, Kak?" Tanya Bathara yang matanya melirik ke kalender yang dipegang oleh Pipit.

Pipit mengangguk, dia paham maksud apa yang ditanyakan Bathara, "Mau gue usaha apapun, gue sama dia emang beda banget. Itu kenyataan pahitnya."

Bathara menghela nafas kemudian menepuk bahu Pipit, "Terima kasih untuk kesadaran Kak Pipit. Semoga Allah memberikan yang terbaik untuk Kakak di masa depan."

Pipit mengernyitkan dahinya, "Kenapa?"

Bathara menggeleng pelan, "Nggak apa-apa. Aku hanya inget beberapa orang pilihan yang gagal mengemban tugas dan memilih untuk tetap tinggal di masa lalu. Kak Pipit tahu alesannya?"

Pipit menggeleng, "Nggak tahu, kenapa tuh?"

Bathara tertawa pelan, "Cinta. Mereka jatuh cinta dan lebih memilih bersama orang yang dicintainya."

Pipit mengangguk paham, "Cinta emang nggak sesepele itu, Bath. Perlu lo tahu, gue tahu lo pasti belum pernah ngerasain jatuh cinta, makanya lo ngremehin orang yang jatuh cinta."

Bathara terdiam, jujur dia tertohok.

"Orang jatuh cinta itu emang selalu punya pilihan, Bath. Terlebih orang semacem gue sama temen-temen gue. Pilihannya, tinggal atau meninggalkan. Jujur, semua pilihan itu berat, terutama untuk kesehatan hati dan perasaan gue. Gue pengen milih tinggal, tapi gue nggak bisa karena gue inget orangtua gue. Gue pengen meninggalkan Supriyadi, tapi gue nggak bisa liat dia kesepian. Terlebih dia yang udah dianggep meninggal setelah melakukan pemberontakan Februari lalu." Bahu Pipit menurun.

"Inilah alasan kenapa kita hidup, Kak Pipit. Karena kita akan selalu diberi pilihan untuk kebaikan diri kita sesuai apa yang kita pilih. Aku yakin Kak Pipit paham apa yang aku katakan."

Ya, Pipit paham. Tetapi apakah ketiga temannya juga sepaham dengannya soal ini? Pipit tahu betul tingkatan perasaan orang berbeda-beda.

Tepukan di bahu kembali Pipit dapat dari Bathara membuat Pipit menoleh ke arah Bathara, "Bersenang-senanglah, Kak Pipit! Nikmati waktu yang tersisa dan tetaplah jaga rahasia Supriyadi dari teman-teman Kak Pipit."

BataviLoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang