7. Pelarian Bersama Supriyadi

3.6K 560 91
                                    

Ditulis oleh : pipit_vie

Pipit berlari kencang bersama seorang laki-laki yang dia tak tahu siapa namanya. Karena tentara Jepang itu masih mengejar dan terus menembakkan pelurunya membuat Pipit takut bukan main. Kejadian ini jauh lebih menegangkan daripada menjadi maling yang dikejar polisi sewaktu dia kecil dulu saat memainkan permainan tradisional maling-malingan.

"Gue nggak kuat lagi, hshshs ..." ucap Pipit dengan nafasnya yang putus-putus.

"Jangan menjadi lemah diwaktu yang tak tepat!" balas lelaki itu, kemudian dia menggandeng tangan Pipit dan menambah kecepatan berlari memasuki sebuah kebun.

Antara kesal, lelah dan lapar Pipit mencoba bertahan. Dia menguatkan kakinya yang sudah mati rasa karena terus berlari tanpa henti. Daripada berlari, dia lebih memilih mengepel ruangan Pak Bosnya saja yang ber-AC.

"YAMETE! (Berhenti kalian!)" salah satu tentara Jepang berteriak lalu memfokuskan untuk menembak Pipit yang tengah berlari.

Pipit yang sempat menoleh itu terbelalak saat melihat dia menjadi target. Sontak dia menjatuhkan diri ke tanah yang membuat lelaki itu juga ikut terjerembab jatuh.

Dor dor

"Sorera o kyatchi! (Tangkap mereka!)"

Kini Pipit juga lelaki yang bersamanya itu sudah terkepung oleh tiga tentara Jepang yang mengejarnya.

Pipit membelalakkan matanya saat keningnya bersentuhan langsung dengan senjata api yang kapan saja bisa membuat lubang kelereng di kepalanya.

AYO BERPIKIR PIT! GUNAIN KEJENIUSAN LO!

"Tachiagaru! (Berdiri!)" Perintah salah satu tentara Jepang.

Pipit tak mengerti bahasa yang diucapkan oleh tentara itu, tetapi lelaki di sebelahnya memberitahu bahwa Pipit dan lelaki itu disuruh berdiri.

"Tada akiramete, watashitachi to issho ni keimusho ni kite kudasai! (Menyerahlah dan ikut kami ke penjara!)"

"ARIGATO! ARIGATO!" pekik Pipit dengan panik.

Tentara Jepang juga lelaki disampingnya menatap terkejut Pipit.

Apakah gadis ini waras? Mengapa diajak ke penjara malah berterima kasih? Batin lelaki itu tak habis pikir.

Pipit meneguk ludah seketika, apa dia baru saja salah bicara? Niatnya kan hanya membalas ucapan tentara Jepang, dan bahasa Jepang yang dia tahu ya cuma 'arigato' dan itupun dia tak tahu artinya. Pipit mengetahui kata 'arigato' saat Pak Bosnya pernah berbincang dengan teman bisnisnya yang dari Jepang.

"Ī hanashi ga dekimasen ka? (Tidak bisakah kita bicara baik-baik?)" Lelaki di samping Pipit berbicara.

Salah satu tentara Jepang menyergah, "Sodancho Supriyadi, kono shūjin o tasukete uragiritaidesu ka? (Sodancho Supriyadi, apakah kau ingin berkhianat dengan membantu tawanan ini?")

"MASYAALLAH ADA AING MAUNG!!!" Pekik Pipit sambil menunjuk arah belakang tentara Jepang. Sontak saja tentara Jepang menoleh ke belakang.

Dan tepat saat itu Pipit mengambil dua genggam tanah di tangannya. Dan saat ketiga tentara itu menoleh, langsung saja Pipit melemparkan tanah itu ke ketiga tentara tepat ke matanya.

"Chikusō! (Sialan!)"

"BODOAMAT DASAR AJINOMOTO!"

Pipit langsung menarik tangan lelaki yang bersamanya berlari menjauh, soal kopernya yang tertinggal bisa dia ambil nanti. Untung saja dia melempar kopernya ke semak-semak sesaat sebelum memasuki kebun ini.

BataviLoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang