60. Fakta Tersembunyi

3.3K 435 237
                                    

Vee dan Farah masih ujian, makanya update gak bisa 2 hari sekali kayak kemaren. Hehe, biasanya kalo 4 hari begini dah dapet 2 part yak. Wkwk, yang sabar.

Seperti biasa, Vote dulu biar gak lupa. Kadang sider udah diingetin buat VOTE, masih aja gak vote. Sering kami sindir macam gini biar mereka ingat, "Terima kasih atas komentarnya, jangan lupa Vote." Wkwk biarin-biarin😜

Okelah, happy reading & MERDEKA🇮🇩

°°°

1 Agustus 1944

Pagi itu Supriyadi berlatih fisik seperti biasanya bersama teman-temannya. Setiap pagi para perwira PETA akan berlatih fisik yang dipimpin oleh Kolonel Kamize juga Yataro.

Supriyadi yang telah selesai memilih istirahat menuju kamarnya. Namun sebelum itu, dia menuju dapur untuk mengambil minum untuk sekedar menghilangkan dahaganya.

Saat akan masuk ke pintu dapur, dia mendapati Soeharto juga Ahmad Yani yang tengah berdebat.

"Yan, kamu jangan macam-macam! Bukankah sudah cukup Jepang memberi kita makan, mengapa kamu masih saja mencuri roti?" Soeharto berdecak sebal pada Ahmad Yani yang tengah memasukkan beberapa roti gandum ke dalam kantung anyaman bambu.

"Dengarkan aku, Bung. Aku mencuri roti juga nantinya kamu nikmati, lantas kenapa masih saja protes?" Kini Ahmad Yani berkacak pinggang, "Kamu tahu, Bung? Roti yang kuambil ini adalah roti gandum yang paling enak!"

"Ehm," Supriyadi berdehem yang membuat kedua lelaki itu menyadari kehadiran Supriyadi.

"Ku kira Kolonel Kamize, ternyata kamu Supri. Mengagetkanku saja!" Ahmad Yani mengusap dadanya.

"Memangnya kenapa kalau aku Kolonel Kamize? Toh, kamu sudah kebal tempelengan Kolonel akibat ulahmu yang terus mencuri itu." Balas Supriyadi yang mulai mengambil air minum sedangkan Soeharto tertawa kencang menertawakan Ahmad Yani.

"Kamu sendiri? Dahulu sewaktu pelatihan di Bogor, kamu juga dihukum akibat diam-diam kabur mencari makan."

"Sayangnya aku tak ingat." acuh Supriyadi sembari menghabiskan minumnya.

"Heleh, tapi kamu yang paling sering, Yan. Sial! Setiap mengingat pelatihan dulu, aku ingin tertawa." Soeharto kembali tertawa.

"Apa yang kamu tertawakan?" Ahmad Yani benar-benar ingin menggampar wajah Soeharto.

"Tentu saja dirimu, hahaha .... Aku ingat betul wajahmu yang hampir menangis akibat tempelengan Kolonel, hahaa ..."

"Tertawalah sepuasmu!"

Supriyadi menggelengkan kepalanya melihat tingkah dua orang itu, "Kolonel Yataro ingin menyelidiki kasus terbakarnya rumah jugun ianfu."

Ahmad Yani yang hendak memukul Soeharto terhenti saat Supriyadi mengatakan itu, "Yang benar saja, Bung?"

"Semoga saja tidak jadi." Harap Soeharto, karena dia juga ikut dalam peristiwa itu.

"Yani, sebaiknya kamu segera simpan roti itu. Akan ada tentara Nippon rendahan memasuki dapur." Beritahu Supriyadi karena lelaki itu memang ingin pergi dari dapur.

°°°

"Ah lihatlah Supriyadi yang begitu tampan hari ini. Kutebak pasti hendak bertemu kekasih hatinya,"

Supriyadi mendengus mendengar ucapan Muradi, "Apa sopan menyapa seperti itu?"

"Hormat kami, Ndoro Agung Supriyadi ..." Kemal membungkukkan setengah badannya.

Supriyadi tertawa pelan sambil menepuk kencang punggung Kemal, "Awas saja kamu, Mal!"

Supriyadi melanjutkan langkahnya yang terhenti akibat teman-temannya. Memang hari ini dia berencana menemui Pipit di rumah Udin.

BataviLoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang