35. Rintik Pilu (Hatta & Nafla)

2.9K 526 199
                                    

Nafla update lagi di part kali iniii! Banyak readers yang bertanya, kenapa saya gak update MTAL, sementara di sini lancar mulu update. Saya itu banyak PR gaes, cius deh. Cuma karena di lapak ini saya sadar, kalau saya sedang berada dalam suatu organisasi. Jadi, saya harus profesional. Tidak boleh mencampur adukkan masalah pribadi ke dalam kelompok, kecuali penting banget. Sampe sini paham kan gaes. Wkwkwk, saya cuma gak mau ada yang salah paham, makanya saya rasa saya perlu menjelaskan.

Oke lah, sebelum baca, sebagai readers budiman biasakan VOTE & Spam COMMENT yok nanti. Karena di part ini akan ada sebuah kejutan. Kalian akan dibuat syock! Wkwkwk terlalu lebay kayaknya. Entah lah, kalian saja yang menilai sendiri.

Putar mulmed di atas untuk pengalaman membaca yang lebih baik. Karena isi part Hatta & Nafla ini nyambung banget sama lagu yang sudah saya cantumkan di mulmed. Happy reading dan merdeka🇮🇩

Penulis part: Nafla080803

°°°

Nafla sampai di rumah Hatta dalam keadaan basah. Saat sebentar lagi sampai di rumah, hujan turun tiba-tiba. Payung tidak Nafla bawa pula. Alhasil, mau tidak mau Nafla harus menerobos hujan. Jika menunggu hujan hingga reda, akan memakan waktu lama. Tetapi, ada untungnya ia hujan-hujanan. Air matanya jadi tertutupi oleh air hujan.

"Dari mana saja?"

Nafla yang membalikkan badan tengah menutup pintu, tersentak mendengar bariton seorang pria. Nafla berbalik, sosok tegap Hatta sudah berdiri di depannya. Hatta menatapnya seperti biasa dengan wajah tenang nihil ekspresi.

Melihat sosok Hatta sudah berada di rumah, Nafla tersenyum manis menanggapi. "Hatta sudah pulang?"

"Kenapa baru pulang?"

Senyuman Nafla langsung menghilang. Hatta menyela ucapannya, dan malah balik bertanya. Nada bicara pria itu terdengar dingin. Mendadak Nafla jadi gugup.

"Jam berapa ini?"

Belum lagi Nafla menjawab pertanyaan Hatta tadi, Hatta sudah melontar pertanyaan lain. Sekilas Nafla melirik jam tangan dari masa depan tempat asalnya. Jam itu sudah ia sesuaikan dengan waktu di sini. Jarum jam menunjukkan pukul sepuluh malam.

Nafla terbelalak. Sungguh, ia tidak sadar pulang-pulang sudah jam segini. Pantas aura Hatta suram. Sepertinya pria itu marah karena Nafla pulang telat.

Agar Hatta tidak salah paham, Nafla pun coba memberi penjelasan.

"Hatta, tadi saya itu--"

"Habis bertemu Sodancho Yani? Itu yang mau kamu bilang?"

Deg!

Nafla tersentak. Dari mana Hatta tahu? Padahal ia belum memberi tahu. Ini saja baru mau ia beri tahu.

"Iya, Hatta, tapi--"

"Bagaimana pertemuannya? Menyenangkan? Sampai lupa pulang begini,"

Sekali lagi, Hatta memotong ucapannya. Terlihat, Hatta tersenyum. Jenis senyuman kecut. Sementara Nafla menggigit bibir bawah dengan tangan menggenggam erat tali tas yang menggantung di pundak.

Hatta berjalan menuju pintu melewati Nafla. Pintu ia buka. Kemudian Hatta mengeluarkan satu kata yang mampu menyentak Nafla dan Des Alwi yang sedang mengintip dari balik tirai.

"Keluar,"

"Apa?" cengo Nafla tidak mengerti situasi yang menimpanya.

"Saya rasa hujan tidak ayal membuat pendengaran kamu terganggu. Cepat keluar. Pintu menunggu, kamu."

BataviLoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang