34. Ibu Guru Mengetik (Nafla)

3K 477 172
                                    

Sebelum baca, biasakan VOTE dulu yok. Hargai lah penulis yang sudah menyempatkan waktu menulis cerita BataviLove 2 hari sekali bisa update. Spam comment jangan lupa. Semisal masih menemukan typo, saya mohon maaf karena manusia tidak luput dari kesalahan. Happy reading dan Merdeka🇮🇩

Penulis part: Nafla080803

°°°

Di dalam kamarnya, Hatta sedang khusyuk melaksanakan sholat sunnah Duha. Gerakannya memasuki takbir rakaat kedua. Terlahir di keluarga yang agamis, membuat Hatta berat untuk meninggalkan sholat-sholat sunnah seperti Tahajud dan Duha. Mungkin karena sudah terbiasa.

Kepala Hatta menoleh ke kanan dan ke kiri, diikuti oleh salam. Berakhirlah sholat duha yang Hatta kerjakan, setelah salam terucap. Selesai sholat, tidak pernah lupa Hatta memanjatkan doa. Meminta kepada Tuhan Yang Maha Esa, untuk selalu menyertai langkahnya dalam perebutan kemerdekaan.

"Hai, Des Alwi brondong sugar ku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Hai, Des Alwi brondong sugar ku. Sini, salim dulu sama Tante."

"Astaghfirullah, berdosa banget. Ini alasan gue gak mau dipanggil Tante. Serasa Tante girang."

"Heh, mulut lo Naf, minta disekolahin lagi!"

Doa Hatta sedikit terusik, sebab samar-samar pendengarannya menangkap suara. Suara dua orang wanita dari arah luar. Orang itu juga menyertai nama Des di dalam percakapan mereka. Hatta menebak, Des turut hadir juga di sana. Walau terusik, sebisa mungkin Hatta fokus memanjatkan semua doanya sampai tuntas.

"Nasib lo sama Farah enak banget. Tinggal ama brondong."

"Jangan yang nggak-nggak deh, lo Pit. Sebegitu jones-nya kah elo, sampe brondong pun diembat?"

"Kan, gak ada undang-undang di Indonesia yang ngelarang mepet berondong. Asal udah sah aja. Emang, lo doang yang boleh deket ama sugar daddy? Gue juga mau kali, deket sama brondong sugar."

"Brondong sugar mata lo salto! Sugar daddy saha, anjir?"

"Itu, Pak Hatta! Hahaha!"

Hatta mengusap kedua telapak tangannya yang sedari tadi menangkup ke atas. Doanya sudah selesai. Hatta pun berdiri mengambil sajadah, lantas melipatnya rapih. Kopiah yang ia kenakan, ia lepas dan taruh bersebelahan dengan sajadah.

"Sembarangan aja, lo! Kalo umur gue sekitar tujuh belas atau dua puluh, baru lo bisa bilang Hatta itu sugar daddy gue. Ini umur gue dua puluh tujuh!"

"Aishh, tapi kan tetap aja jarak lo dan Pak Hatta jauh. Sebenarnya umur Pak Hatta berapa sih, hari in--"

Ceklek!

Ucapan Pipit terhenti, kala salah satu pintu kamar di dekat ruang tamu terbuka. Beruntung Pipit belum sempat menyelesaikan ucapannya. Sebab, pintu yang baru saja terbuka adalah pintu kamar Hatta. Pemilik kamar sekaligus rumah ini keluar dengan wajah datar. Ekspresi Hatta yang normal bagi Nafla, karena wanita itu sudah terbiasa. Sedangkan menurut Pipit, ekspresi Hatta itu jauh dari kata biasa. Ekspresi Hatta sangat tidak bersahabat bila dilihat.

BataviLoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang