90. It's You (Last Extra Chapter Vee)

1.9K 292 218
                                    

Halooo!

Because this is Vee's last chapter, so Vee mau kalian baca sambil dengerin beberapa lagu. Nanti, lagunya diputer sesuai instruksi Vee yaa. Bisa lewat link yang Vee kasih, pake Spotify, or any digital platform musik yang kalian punya. Just make yourself comfort, guys.

Ok, happy reading. Jangan lupa ramein. Ayo kita seru-seruan! Enjoy!

°°

Waktu merayap dengan cepat. Tak terasa, udah sebulan Vee mengenal Robert. Semakin lama Vee kenal, semakin kesal Vee dengannya.

Orang tuanya sudah sibuk mendiskusikan rencana pernikahan. Masalah gedung, cattering, berapa tamu yang harus diundang, dan sebagainya. Padahal lamaran saja belum.

Mendengar itu sudah membuat Vee pusing, ditambah lagi tante-tante rese yang membuatnya ingin menghilang saja dari rumah. Gimana enggak? Gerombolan tante rese itu sibuk sekali memberi Vee wejangan. Bilang, supaya Vee nurut sama suami nanti. Terus, cepat hamil. Minum jamu inilah, itulah. Dih.

"Gue setres, Far."

Di waktu senggangnya, Vee menelepon Farah. Mencurahkan isi hatinya.

"Setres kenapa lo?" Tanya Farah. Di latar belakang, suara ketikkan komputer dan mesin percetakkan mendominasi.

"Masa gue dijodohin?" Vee menggeram. "Rese banget emang keluarga gue."

"Hah?" Ketikkan Farah terhenti.

"Iyaaa!" Vee menyibak jendela di hadapannya. "Lo tahu? Tu cowok belagu amat. Nurut bet sama ortu. Ampun, bisa edan gue."

"Tapi, kok bisa sih?" Farah masih tak paham. "Gue kaget loh, Vee."

"Apa lagi gue!" Vee menjerit. "Gak tau lah Far, kolot banget emang tu para ortu. Mereka yang sahabatan, anaknya yang jadi korban."

"Oh, jadi ortu lo dan ortu calon suami lo itu bestie ceritanya?" Vee tebak, dari nada bicaranya, Farah di sana manggut-manggut sok paham.

"Yaaa, gitu lah," Vee berucap lelah. Kakinya digoyang-goyang. "Kayaknya, mereka berjiwa sinetron banget deh, Far."

"Eeeh, tapi doi good looking gak?" Farah bertanya melenceng dari topik.

"Siapa? Ortu gue?"

"Ya kaliii!" Farah berseru menahan tawa. "Calon lo lah, Vee. Kuker bet gue nanyain ortu."

"Kirain, hihi," Vee nyengir bebek. "Gak sih, b aja. Malah mirip tukang tagih utang orangnya."

"Yeee, kalau lo ngomong gitu, pasti cogan. Curiga gue."

"Ih, mana ada!" Vee refleks memekik.

"Udaah, sini buat gue aja kalau lo gak mau. Mayan, dapet cogan," Vee bergidik mendengar Farah yang menawarkan diri begitu.

"Eh btw, dah dulu ye Vee. Redaktur api neraka manggil! Bye! Assalamualaikum!"

Baru juga hendak Vee tanggapi, Farah sudah keburu memutus sambungan.

°°°

Seminggu berlalu cepat. Setiap hari, Robert selalu menemani Vee. Merecoki lebih tepatnya.

Ikut repot melihat bahan skripsi Vee, ikutan pusing saat skripsi itu mentok. Aneh memang.

Lebih aneh lagi melihat ekspresinya setiap Vee selesai bimbingan dengan Profesor Azka.

"Vee, emangnya kamu harus dibimbing sama Profesor itu ya?" Tanyanya di suatu hari yang panas.

BataviLoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang