42. Duka Penjara Bawah Tanah

2.8K 498 218
                                    

Sebelum baca, vote dulu yok. Pastikan dah vote yak. Comment juga yang banyak sebagai bentuk apresiasi kalian. Semisal masih menemukan typo di part ini, kami mohon maaf. Sudah dikoreksi, tapi kan manusia tidak luput dari kesalahan. Putar mulmed di atas untuk pengalaman membaca yang lebih baik. Itu lagu kesukaan Sutan Syahrir loh😁

Happy reading, MERDEKA🇮🇩

°°°

Keempat wanita itu dibawa Tentara Nippon ke sebuah bangunan yang mereka yakini adalah penjara. Tidak perlu dipertanyakan lagi. Setiap orang yang melakukan perbuatan menyimpang dari aparatur, pasti berakhir di penjara. Benar adanya begitu, tatkala mereka mulai masuk di sebuah ruangan bawah tanah.

Mata Farah menyipit menatap lorong bawah tanah yang tengah mereka lewati. Ingatan Farah diuji di sini. Ia seperti ingat pernah melintasi lorong ini di suatu masa.

"Museum Fatahilah!" seru Farah di batinnya setelah bisa mengingat. Farah mengamati lebih detail tempat yang ia lewati sekarang.

Farah ingin mencocokkan, apakah betul ia sedang berada di Museum Fatahilah jaman dulu. Dilihat lamat-lamat, Farah tidak bisa menampik jika yang ia lewati sekarang bukanlah Museum Fatahilah. Meski beda zaman, interior ruangan tidak banyak berubah.

"Ternyata museum Fatahilah emang bener dulunya penjara. Gue pikir hoax."

Farah menyesal, dulu saat mengunjungi museum ini, ia pernah mengira kalau desas-desus yang mengatakan museum Fatahilah adalah penjara bawah tanah era Jepang itu merupakan kebohongan.

"Ohairikudasai! (Masuk!)"

Prajurit Nippon yang menahan masing-masing lengan keempat wanita itu, mendorong mereka masuk secara kasar ke dalam sel tahanan. Mereka berempat hampir saja tersungkur, andai kata tidak menyeimbangkan tubuh.

"Anata no hōteki tetsudzuki ga tsudzuku made, kono danjon de no seikatsu o tanoshinde kudasai! (Nikmatilah hidup di penjara bawah tanah ini, sampai proses hukum kalian berjalan!)" kata salah satu Tentara Jepang dari balik jeruji besi. Dari tatapan Tentara Jepang itu, ia tidak main-main atas ucapannya.

"Keluarin kami! Woi, Nippon biadab! Tolong hati nuraninya itu dipakek! Empatinya di pakek, ya Allah!" teriak Pipit menggila, melihat Tentara-tentara Nippon itu yang sudah menjauh.

Selain berteriak, Pipit juga mendorong-dorong sel penjara. Sengaja menciptakan keributan. Dikiranya dengan cara itu bisa membuat Nippon risih, lantas lelah dan berujung membebaskan mereka.

"Pit, udah, stop! Ini penjara Pit, jangan teriak-teriak!" amuk Vee risih. Teriakan Pipit hanya akan memancing amarah Nippon. Bisa-bisa Jepang tidak memenjarakan mereka, tapi langsung menjatuhkan hukuman mati.

Pipit menoleh. Ia berjalan selangkah mendekat. "Apa lo bilang? Jangan teriak-teriak? HEH! Yang menyebabkan kita di penjara ini, siapa gue tanya? Elo! Kericuhan yang terjadi itu semua gara-gara elo!"

"Kok gara-gara gue?! Enak banget mulut lo asal nuduh!" balas Vee tidak terima

"Nuduh mata lo jebol! Kalo aja lo gak ngerancang ide gila lo itu, upacara Bendera Indonesia bakalan lancar! Gak akan kejadian kayak gini! Ini semua gara-gara lo, Vee! Kita di penjara gara-gara lo! Orang Indonesia yang mati sia-sia di lapangan itu, mereka mati juga gara-gara lo!" Pipit mendorong tubuh Vee.

"Kenapa cuma gue aja yang lo salahin, hah?! Nafla juga dukung ide gue, kenapa lo gak salahin dia juga?!" Vee menunjuk Nafla sekilas yang duduk diam melamun.

Nafla tampak seperti mayat hidup. Sejak ia tak sengaja menusuk Tentara Jepang di lapangan upacara, Nafla belum bicara satu patah kata pun.

"Halaahh, kalian berdua sama aja! Sama-sama tolol! Udah gue bilang, jangan! Masih juga kalian lakuin! Bego lo pada!" bentak Pipit tepat di depan wajah Vee. Vee dibuat terkisap. Ia semakin emosi tatkala Pipit menoyor kepalanya.

BataviLoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang