Halooo!
Yuk ramein kolom komentar. Kalau sepi, Vee nangis nih.
Ok deh, happy reading!
°°°
"What! Perjodohan!" Vee spontan berteriak kencang.
"Iya. Pulang sekarang ya, Nak," jawab Papa sellow. Papa gak tau aja di sini jantung anaknya hampir loncat.
"Tapi, Pa, Vee gak mau. Papa pasti lagi ngadi-ngadi kan?" Vee mengecilkan suaranya. Nanti kalau Pujangga Cinta denger dia teriak-teriak kan, malu.
"Kita bicarakan di rumah aja ya, sayang?" Putus papa final. Setelahnya telepon itu dimatikan tanpa memberi kesempatan Vee membantah.
°°°
Waktu menunjukkan pukul 7 malam. Dari awal Vee nyampe rumah, mamanya udah semangat banget bercerita ini itu. Vee sih hmm hmm aja, padahal gak ngedengerin sama sekali. Headset terpasang nyaman di kuping. Mendengarkan acara dangdut lebih enak ketimbang ngebahas perjodohan.
Asli, ya, Vee jadi pengen muntah mikirinnya.
"Dia bentar lagi nyampe, sayang. Yuk, keluar dulu, kita tunggu suamimu di luar."
Suara mamanya bikin Vee melotot. "Mama bilang apa tadi?"
"Maksudnya, calon suamimu, Vee sayangnya mama. Udah ah, jangan ditekuk gitu mukanya!" Mama merapikan tatanan rambut sang anak yang sedikit berantakkan. "Ini lagi. Tadi kan rambutnya udah bagus, kamu sengaja berantakin ya?"
"Yeee, suuzon mulu mama tuh," Vee cuek melanjutkan menonton. "Vee turunnya ntaran aja deh, ma."
Mamanya menghela nafas panjang. Memilih beranjak keluar menemani papa menunggu calon suami anaknya yang sebentar lagi tiba.
Setengah jam kemudian, saat Vee sedang asyik melamunkan belahan jiwanya yang berada di masa lain, Vee dikejutkan dengan mama yang mendadak menariknya keluar. "Apaan nih! Vee gak mau, Ma!" Gadis itu menjerit-jerit.
"Ssst, jangan teriak-teriak dong. Calonmu udah dateng, tuh. Ayuk kenalan dulu!" Bisik mama setengah memaksa.
"Kasih minumnya ke calon suamimu!" Perintah mama lagi, memberikan sebuah nampan besar ke tangan Vee.
"Ih, ogah! Vee bukan pembantu," si cewek langsung menolak mentah-mentah.
"Sebentar lagi kamu itu jadi seorang istri loh, Vee. Makanya, sekarang kamu harus..."
"Yayaya!" Vee memotong ucapan mama. Berjalan barbar ke ruang tamu. Tak mempedulikan mama yang menyuruh jalan di tata. Dih. Emangnya si cowok itu Pangeran keraton? Gak perlu sopan-sopan amat, lah. Malah bagus kalau tu cowok ilfil. Batal deh Vee chostplay jadi Siti Nurbaya.
"Silakan dinikmati, Mas. Abis itu jan lupa bayar," Vee meletakkan nampan itu di atas meja tanpa melihat ke arah si cowok. Setelahnya si gadis memutar langkah, berniat kembali ke kamar. Namun, dress yang mamanya pilih membuat Vee kesusahan.
"Vee, duduk!" Papanya berucap tegas. Vee melengos. Benar-benar malas duduk seruangan dengan si orang gaje.
"Veronica!" Papanya menekan. Menatap Vee mengintimidasi.
Vee mendengus sebal. Kalau namanya sudah dipanggil begini, papa bisa ngamuk kalau tidak dituruti.
Mama membimbing Vee duduk di seberang sang priya. Vee menunduk. Enggan menatap ke depan.
"Maafkan sikap Putri kami ya, nak Robert," mamanya tersenyum tidak enak.
"Enggak apa-apa, tante," si cowok buka suara. Vee jadi halu kalau itu adalah Pujangga Cinta. Iseng Vee melirik.
KAMU SEDANG MEMBACA
BataviLove
Adventure🚫DILARANG KERAS MENJIPLAK KARYA KAMI!!! NEKAT MELANGGAR, AKAN KAMI KASUSKAN KE POLISI!!! KAMI TIDAK SEGAN-SEGAN MEMBAWA KE JALUR HUKUM!!! Cerita dibuat oleh 4 penulis: @nafla080803 @dhiladhsan @pipit_vie @coklatastor 🎖Rank 1 in Merdeka (25 Novembe...