{ 02-46: Semesta: Meluaskan pandangan. }

30 5 0
                                    

—Satu-satunya hal yang memungkinkan untuk memotivasi seseorang adalah komunikasi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

—Satu-satunya hal yang memungkinkan untuk memotivasi seseorang adalah komunikasi. Maka bukalah matamu lalu kau akan melihat.—

----

Sekarang, Ayuna tiba-tiba berada di suatu ruang. Ruang itu begitu gelap, hanya kilatan petir yang sesekali menyambar sebagai pencahayaan. Ayuna mengucek mata perih, dari tempat terang berubah jadi gelap tentu membuat penglihatannya sedikit terganggu. Lalu di rasa cukup baik, ia mengedarkan pandangan ke segala arah.

Di sana, salah satu ruang, Ayuna melihat dua orang perempuan yang salah satunya menggeliat menahan sakit tergeletak di lantai. Tubuhnya di tindih oleh gadis satunya yang tampak mengelap keringat dengan tangan kanan, sedang kirinya memegang sebuah benda tajam, pisau.

Sial, benda itu tertancap pas tepat di tengah-tengah perut gadis itu. Ayuna memucat seketika, ia terkejut bukan main. Di cobanya untuk menghampiri dua orang itu untuk mengidentifikasi, tetapi wajah keduanya mengabur menyulitkan Ayuna mengenali mereka.

Lalu di satu sisi, Ayuna diperlihatkan lagi satu kejadian di mana dua perempuan tadi sedang terduduk di kursi yang di depannya ada sebuah Piano besar terbuka. Salah satunya kemudian menekan tuts dan membawakan sebuah lagu Selamat Ulang Tahun. Merdu, alunan itu membuat pendengarnya merasakan ketenangan tanpa tekecuali termasuk Ayuna.

Temannya tampak sangat mengagumi si pemain itu. Nggak berselang lama, permainan itu berhenti dikarenakan gadis tersebut memeriksa salah satu saku seragamnya. Kemudian, ia meminta gadis di samping mengulurkan kedua tangan. Gadis itu pun memberikan sebuah benda kecil kotak yang dibungkus cantik. Ayuna menyadari kalau itu adalah hadiah berupa kado.

Sigap, gadis yang mendapatkan hadiah itu membuka kado tersebut dan melihat sebuah Gelang perak yang amat cantik di dalamnya. Ayuna nggak tahu bagaimana ekspresi kedua gadis itu karena lagi-lagi wajahnya memburam. Namun, Ayuna tahu kalau mereka berdua pasti senang bukan kepalang.

Si gadis Piano pun meraih Gelang itu dan memasangkannya. Ternyata Gelang itu ada dua. Semacam Gelang persahabatan di mana keduanya mendapat masing-masing dan saling memakaikan. Keduanya pun berpelukan sebelum salah satunya melanjutkan permainan.

Sejenak karena penasaran, Ayuna menajamkan mata dan berusaha melihat name tag keduanya. Namun, hanya gadis yang diberi kado yang Ayuna tahu. Dia adalah Maya, sedang di sebelahnya Ayuna nggak tahu.

Omong-omong soal Gelang itu, Ayuna teringat tentang penerawangannya pada Freya. Guru itu mencari Gelang di kantor Pak Gandi. Menimbulkan pertanyaan, apakah Gelang itu adalah benda sama yang dipakai dua gadis tersebut?

Ayuna menggeleng, sekuat tenaga ia mencoba agar nggak terperankap dengan muslihat hantu tersebut. Karena ia tahu, yang namanya hantu pasti akan melakukan segala cara untuk mengoda orang-orang sepertinya. Dan sekali terjebak, maka nggak ada cara lain selain menuntaskan keinginan si hantu tersebut sampai selesai.

Si Penitisan!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang