29 Februari 2011 pukul 24:30.
Dalam satu kisah, diceritakan seekor Burung Gagak di Mitologi Yunani. Burung gagak awalnya memiliki bulu putih halus nan indah. Mereka adalah pembawa pesan Apollo. Namun, pada suatu hari, salah satu dari kawanan pulang terlambat karena enggak fokus pada tugasnya. Apollo bertanya tentang alasan si burung gagak yang terlambat, si gagak pun mengatakan kalau istri Apollo, Coronis tengah berselingkuh.
Apollo marah besar karena percaya pada si Gagak. Apollo pun berangkat menemui Coronis yang tengah hamil dan membunuhnya. Namun, setelah membunuh, Apollo mengetahui bahwa gagak itu telah berbohong. Apollo menjadi sangat geram, dan membakar gagak itu sampai mati.
Itulah awal mula kenapa bulu Burung Gagak berubah hitam pekat.
Omong-omong soal si Gagak, satu ekornya hinggap dan berkaok-kaok di atap sebuah sekolah yang tampak lengang. Angin menderu dan bergulung di atasnya, menerbangkan beberapa helai daun, meliuk, sampai ke dasar tanah. Walau gerimis, satu dua kendaraan melintas perlahan.
Hawa dingin menyelimuti bangunan tinggi itu. Sebuah bangunan kukuh yang di kenal dengan penyebutan SMA JIAS. Pada satu ruang gelap, pukul dua puluh empat ke atas terhitung jelas. Bersamaan, petir pun menyambar, memekakkan telinga satu gadis yang tampak sedang menancapkan sesuatu pada gadis di bawahnya. Nggak berselang lama, gerimis berubah bentuk jadi guyuran hujan deras.
Gadis itu mengelap keringat, sedang di bawah merintih kesakitan.
Matanya merah, memancarkan sinar ketakutan yang beberapa saat lalu telah pudar tergantikan kekosongan. Namanya Amel, berbibir pucat gemetar. Kedua tangan pun nggak jauh beda, masih sibuk mencengkram benda tajam tersebut.
Sedang gadis yang tertusuk bernama Maya, ia memilih memejamkan mata merasakan detik-detik menegangkan yang luar biasa dasyat sakitnya sebelum menemui ajal. Darah merembes di sekitar tubuh, beraroma amis yang nggak mengenakkan hidung. Di otaknya memutar kilas balik tentang dirinya dan juga Amel.
Saat di mana mereka selalu menghabiskan waktu berdua.
Perlahan, kedua tangan yang tadinya mencengkram rok miliknya beralih memegang kedua tangan Amel. Bibirnya yang berlumuran darah tampak mencoba membisikkan sesuatu. Namun, bukan suara yang keluar melainkan darah kembali. Benar, gadis itu muntah lagi dan lebih banyak dari yang tadi.
Ketika Amel ingin mendekatkan telinga di bibir Maya, terdengar suara dobrakan pintu dari luar. Bukannya merasa takut, Amel justeru semakin mengeratkan pegangan pada pisau tersebut. Polisi datang dan langsung menarik Amel untuk menjauh dari Maya. Namun, Amel memberontak sekuat tenaga. Ia ingin bersama dengan Maya dan memastikan semuanya.
Percuma, perlawanan yang diberikan Amel harus terhenti karena tubuhnya langsung digiring keluar dengan tangan terborgol. Sebelum menghilang di balik pintu, Amel sempat berteriak memanggil nama Maya berulang kali. Dan orang yang dipanggil nggak memberikan respons apa-apa karena sudah terlambat.
Benar, seditangkapnya Amel, kesadaran Maya perlahan-lahan turun dan tak sadarkan diri. Sebelum benar-benar pergi, bayangan sang ayah yang sedang tersenyum bahagia sambil mengulurkan tangan berputar di otak. Kemudian, Maya meninggal, benar-benar mati dengan cara mengenaskan di tangan Amel.
Skenario menarik, benar-benar apik.
-----
KAMU SEDANG MEMBACA
Si Penitisan!
Fantasía[ Masuk daftar pendek Watty's 2021 ] ''Percayahkah kalian, jika kukatakan bahwa kematian adalah jawaban yang diberikan oleh Tuhan sebagai tahapan yang pasti dialami semua makhluk hidup. Jika iya, berarti selamat, karena kalian sudah menyadari jika k...