— Nggak peduli seberapa keras kamu mencoba, jika hanya menurutmu tanpa pembuktian, kamu akan dianggap gila. Hanya ada dua fase di bumi ini, waras atau menjadi gila. Nggak ada jalan tengah.—
----
02 April 2020.
Di sebuah mobil yang bergerak, dua orang perempuan duduk berdampingan tengah melangsungkan pembicaraan. Sebenarnya hanya satu yang sibuk berceloteh membicarakan hal-hal nggak penting, satunya hanya diam mendengarkan. Dua orang itu adalah Andyra dan juga Maria.
''Mama sangat senang kamu akhirnya bisa pulang ke rumah lagi. Saking senangnya seperti jantung Mama mau copot.''
Andyra nggak tertarik, tetapi karena masih punya sopan santun, ia menjawab gamang. ''Saya juga senang.'' Ia tersenyum walau bukan dalam arti sebenarnya.
Maria masih sibuk menyetir. ''Syukurlah, mama senang mendengarnya. Ah, ya, soal tadi, mama harap kamu mempertimbangkannya, Rum.''
Andyra nggak lantas menjawab, ia memilih memperhatikan jalan dengan seksama. Maria kemudian memberikan sebuah kertas yang Jihan tadi berikan padanya. Mau nggak mau Andyra meraih itu dan mengamatinya dengan seksama. Di sana tertulis sebuah nama seseorang beserta nomor teleponnya.
''Jadi kalian benar-benar menganggap saya gila?'' Andyra bergumam, tanpa sepengatahuan Maria, satu tangan gadis itu sudah terkepal kuat.
Maria melihat Andyra sesaat. ''Mama juga berat menerimanya, tapi mau bagaimana lagi, hanya itu pilihan mama, Nak.'' Kemudian kembali fokus ke arah jalan.
''Hah!''
''Jika masalah tidur dan halusinamu kian berlanjut, maka dengan berat hati mama terpaksa harus menerima saran Dokter Jihan.''
''Apa salahnya jika saya mengalami itu. Bukankah semua orang pernah mengalaminya?''
''Iya, semua orang pernah mengalaminya. Tapi dalam kasusmu itu berbeda. Selain gangguan itu, kamu juga sering menganggap diri kamu orang lain. Mama tak tahan mendengarnya.''
Akhirnya Maria terisak, kedua perempuan itu masih berdebat.
''Karena saya memang bukan Arum. Banyak hal yang terjadi di bumi ini dan itu nggak selalu punya alasan 'kan?''
Maria mengusap air mata. ''Maksud kamu Reinkarnasi? Jangan bercanda. Semua itu hanya dongeng. Jadi mama sudah putuskan untuk kamu berkonsultasi ke psikiater itu.''
Walau hatinya sakit, tetapi Maria harus bersikap tegas demi kesembuhan anaknya. Ia nggak mau kalau penyakit itu semakin membuat Arum menderita. Setidaknya ia harus mendapat perawatan yang baik. Apalagi melihat luka-luka yang Andyra dapatkan.
Sedang Andyra mendesah lelah, wajahnya memerah saking kesalnya. Rahang gadis itu mengeras. Andyra kecewa, benar-benar nggak ada yang bisa mempercayainya. Mereka semua menganggap dia gila dan itu nggak disukai Andyra.
KAMU SEDANG MEMBACA
Si Penitisan!
Fantasy[ Masuk daftar pendek Watty's 2021 ] ''Percayahkah kalian, jika kukatakan bahwa kematian adalah jawaban yang diberikan oleh Tuhan sebagai tahapan yang pasti dialami semua makhluk hidup. Jika iya, berarti selamat, karena kalian sudah menyadari jika k...