—Lebih mudah diucapkandaripada dilakukan, jika terburu-buru maka semua hanya sia-sia.—
----
Rion memijat pelipisnya yang sakit. Bergelut di kemacetan kota sama sekali nggak baik, terlebih untuknya yang baru saja menghadiri sebuah acara. Setelah hampir memakan waktu dua jam lebih, kini tinggal beberapa menit lagi untuk sampai ke tujuan. Sesaat, Rion kembali mendesah lelah sambil menambah kecepatan benda beroda empat itu ketika lolos dari kemacetan.
Nggak lama berselang, ponselnya kembali mendapat sebuah notifikasi pesan dari seseorang yang menghubunginya tadi sebelum ke tempat pers. Setelah melalui banyak pertimbangan, Rion pun akhirnya mau bekerjasama dengan si penelpon dan memutuskan untuk bertemu di tempat itu. Awalnya Rion ragu, tetapi karena menyangkut Andyra, maka nggak ada pilihan lain selain mencobanya.
Sebuah tempat di mana seorang anak remaja dipaksa menerima tuduhan atas kasus yang nggak pernah ia lakukan. Tentu hanya Rion dan pihak-pihaknya yang tahu soal kebenaran itu walau sudah bertahun-tahun terkubur. Kasus itu juga yang akhirnya membuat Andyra mengalami kecelakaan empat tahun lalu.
Selepas dari tempat pers di adakan, Rion bergerak lagi menuju ke sebuah Lapas di mana Amel menghabiskan masa mudanya selama sembilan tahun terakhir ini atas kasus pembunuhan yang menjeratnya. Ada banyak keanehan di kasus tersebut terutama pihak sekolah yang terkesan menutup-nutupi. Kurang bekerjasama pada petugas terlebih ke wartawan yang ingin meliput. Dan pengakuan mengejutkan Amel membuat semuanya lebih jelas kalau dibalik kasus tersebut memang ada hal lain yang nggak boleh diketahui orang, terkhusus bagi Andyra.
Mengingat hal tersebut mengantarkan Rion kembali ke masa-masa awal ketika ia dan Andyra diminta untuk meliput kasus tersebut secara langsung oleh Brian selaku Pimpinan Redaksi di Globe News salah satu station televisi terkemuka. Rion sendiri adalah seorang Reporter yang sudah bekerja di sana selama hampir lima tahun. Sedangkan Andyra masih memasuki bulan keenamnya magang di station itu.
Sebelum diberikan tugas mendadak oleh Brian, Rion lebih dahulu berdiri memandang jalannya acara yang dibawakan oleh salah satu senior yang menjadi panutannya selama ini, bisa dibilang dia adalah mentor Rion dahulu saat masa magang. Jadi ia sangat mengagumi pria berusia tiga puluh lima tahun itu.
Adjie nama pria itu tengah membacakan berita tentang sebuah pencurian sepeda motor dan juga tindak kekerasan yang terjadi beberapa hari lalu yang kemudian tersangkanya baru ditangkap hari itu. Walau sekarang sudah menunjukkan pukul dua belas lewat sepuluh menit, terkadang beberapa orang masih betah di depan televisi menonton berbagai acara yang mungkin salah satunya tentang berita itu.
Rion nggak berkedip sebelum akhirnya kedatangan Brian yang langsung meminta semuanya berkumpul di ruangan dan mengadakan rapat mendadak. Mau nggak mau yang bertugas pada malam itu pun menghadiri rapat tersebut tanpa terkecuali.
KAMU SEDANG MEMBACA
Si Penitisan!
Fantasy[ Masuk daftar pendek Watty's 2021 ] ''Percayahkah kalian, jika kukatakan bahwa kematian adalah jawaban yang diberikan oleh Tuhan sebagai tahapan yang pasti dialami semua makhluk hidup. Jika iya, berarti selamat, karena kalian sudah menyadari jika k...