{ 04-60: Utopia: Impian berjubah hitam. }

34 5 0
                                    

—Ruang di luar batas tertutupi oleh cahaya kesedihan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

—Ruang di luar batas tertutupi oleh cahaya kesedihan. Kebohongan dan kejujuran tampak nggak masuk akal, menerbitkan pemikiran tentang kapan semua akan berakhir. Seolah mengikuti bayangan, keinginan memudar sedikit demi sedikit.—

----

Ayuna berhenti ketika melihat Arum, sialnya Arum juga melihat Ayuna, jadilah mereka sempat melempar tatapan lekat sebelum salah satunya mengalah dan pergi. Entahlah, gadis gila itu sudah masuk ke sekolah kembali.

Kecelakaan yang minimpanya menggemparkan seluruh sekolah, tetapi walau begitu, Ayuna lagi-lagi nggak tertarik dengan gadis sombong itu. Ia lebih memilih berlalu masuk ke dalam kelas daripada melihatnya.

Sungguh Ayuna masih nggak habis pikir dengan Arum. Namun, entah kenapa ia seperti melihat sebuah bayangan transparan yang berdiri di dekat gadis itu. Jika memang bayangan itu adalah hantu, maka itu menjadi hal baru yang pernah Ayuna lihat.

Dalam hati Ayuna bertanya, ''Dia itu apa? Hantu atau bukan?'' Sambil terus melangkah.

———————————————————————

Sehari setelah Arum kecelakaan dan perudungan terhadap Melani. 1 Maret 2020.

Cairan infus tampak menetes, di layar monitor menunjukkan tanda-tanda vital seorang gadis yang dirawat dengan luka memar dan patah tulang sinistra bagian ekstremitas atas. Gadis itu, Melani tampak tertidur pulas di atas ranjang. Wajah cantik piasnya tertutupi beberapa verband.

Sesaat, gadis itu membuka mata sejenak. Walau awalnya tampak kesusahan karena bengkak di kedua mata pun akhirnya berhasil juga walau sedikit. Sakit kepala mendera ketika ia mencoba melihat sekeliling. Tangannya pun tampak bergerak walau sedikit. Beruntung nggak ditemukan kekerasan seksual lainnya, jadi itu agak melegahkan.

Di meja bundar tepat di samping masih tersimpan lipatan seragam Melani. Seragamnya yang koyak masih belum juga disingkirkan. Sengaja Ayuna meminta untuk semua yang melekat di tubuh Melani saat penyerangan nggak boleh dibuang. Karena benda tersebut akan dijadikan bukti pendukung bagaimana teman sekelasnya mendapat tekanan oleh Arum selain rekaman dan juga bukti fisik. Omong-omong soal bukti, ia jadi teringat ketika bertemu dengan Pak Gandi saat ia kesusahan untuk memapah Melani.

Ayuna nggak tahu bagaimana kepsek itu bisa sampai di sana, yang jelas pria tua itu sangat mencurigakan melihat dari bagaimana ia melarang Ayuna untuk melaporkan kejadian ini pada polisi. Tentu Ayuna nggak terima, bagaimana pun kekerasan yang berlebihan apalagi sampai menciderai itu bukan tindakan yang patut dilindungi. Sebaliknya mereka yang menyandang status si pelaku harus mendapat ganjaran dan dihukum seberat-beratnya.

''Ini nggak bisa dibiarin. Bagaimana pun Arum harus dilaporkan, Pak.'' Ayuna masih nggak habis pikir dengan isi kepala Pak Gandi.

''Jangan membuat masalah. Semua ini bukan menjadi tanggungjawabmu, berhenti ikut campur dan tutup mulut. Biarkan pihak sekolah yang menanganinya.''

Si Penitisan!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang