{ 02-10: Lukisan: Makna yang tersirat. }

59 5 0
                                    

—Jangan gunakan otakmu, tapi gunakan perasaan dan instingmu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

—Jangan gunakan otakmu, tapi gunakan perasaan dan instingmu. Jika sudah begitu, maka kau akan menemukan makna dibalik lukisan tersebut.—

----

Setelah menunjukkan tempat-tempat penting seperti ruang olahraga, ruang ekskul, kelas peminatan, ruang siaran, perpustakaan, lab, ruang musik, aula, dan kantin. Akhirnya tinggal satu tempat yang tersisah dan sekarang mereka berdua sudah berdiri tepat di depan bangunan itu. Sebuah bangunan tua yang terletak tepat di belakang gedung utama sekolah. Tempatnya agak sempit dan di belakang terdapat lahan kosong yang nggak terpakai dengan satu dinding besar sebagai pembatas.

Sania bercerita kalau bangunan itu dulunya digunakan sebagai penyimpanan barang. Semacam gudang. Namun, karena suatu insiden, maka bangunan itu ditutup seperti sekarang. Semua murid juga dilarang masuk ke sana apa pun alasannya. Konon, penutupannya disebabkan karena setiap siswa yang ke sana pasti akan mengalami gangguan. Kata Sania lagi, di sana pernah ada insiden besar yang terjadi.

Insiden itu di awali oleh pertengkaran dua orang sahabat. Sialnya, salah satu dari mereka meninggal terbunuh dan si pembunuh dikabarkan mendekam di penjara dan mengidap gangguan jiwa sampai sekarang. Gilanya lagi, si korban ini katanya meninggal dengan kandungan berusia satu Minggu.

''Aku nggak tahu apakah cerita itu benar atau hanya bualan, tapi satu sekolah sudah mempercayai cerita tersebut, bahkan sampai para alumnus. Semacam kepercayaan turun temurun yang diceritakan dari generasi ke generasi. Kejadiannya juga udah lama sekitar sembilan tahun lalu, jadi entahlah ... intinya ruangan itu kosong dan guru-guru melarang semua siswa untuk masuk ke sana,'' akhir Sania menceritakan.

Wajahnya berubah senduh ketika mencoba membayangkan masa-masa mengerikan itu, walau ia nggak tahu kejadian persisnya bagaimana. Cuman jika saja cerita itu benar, maka sungguh malang nasib siswa yang mengadung itu harus terbunuh di tangan sahabat sendiri.

Sedangkan Ayuna benar-benar nggak tertarik dengan cerita itu, ia memilih untuk meninggalkan tempat tersebut.

Namun, ketika Ayuna berbalik, sosok gadis yang ia temui tadi pagi tiba-tiba berdiri di depannya. Lagi-lagi Ayuna terkejut bukan main, angin pun berembus kencang dan Ayuna sadar kalau ia sudah melakukan kesalahan.

Benar, sosok itu tahu kalau Ayuna bisa melihat dan merasakan kehadiarannya.

''Aku tahu kamu bisa melihat dan mendengarku!'' ucapnya, suara yang dihasilkan keluar dari bibir pucat gadis itu benar-benar kelam.

Ayuna menelan ludah, ia mencoba setenang mungkin dan bersikap abai, ia pun memilih melangkah mengikuti Sania yang sudah dari dulu berjalan.

Namun, sosok itu pun sama, ia mengikuti Ayuna dengan langkah yang terseok. Berdenging, telinga Ayuna sakit karena suara yang dihasilkan sosok itu. Sekali lagi gadis itu berbisik, dan nadanya lebih muram daripada yang tadi.

Si Penitisan!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang