{ 03-02: FLASHBACK 1: Ayuna. }

35 5 0
                                    

Tiga hari pasca kebakaran, 3 Maret 2016

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tiga hari pasca kebakaran, 3 Maret 2016. 

Rumah Sakit Cipto Husada, tiga hari setelah terjadinya kebakaran di SMP Negeri 1 Gemintang. Ayuna yang berhasil selamat dari kebakaran itu duduk termenung di ruang miliknya yang gelap. Sengaja ia menutup semua tirai jendela karena nggak mau melihat sekeliling di luar gedung. Ia nggak mau melihat cahaya Matahari, sinar rembulan, dan semua orang di luar sana termasuk sang nenek. Satu-satunya yang Ayuna mau adalah menghilang di bumi ini.

Benar, ia masih nggak bisa menerima jika dirinya yang selamat sementara sahabatnya tewas. Padahal ia yang harusnya mati akibat kebodohannya sendiri. Teringat kejadian itu lagi membuat Ayuna merasakan kesakitan luar biasa.

Setelah berhasil melewati lidah-lidah api. Ayuna bergerak secepat mungkin dengan jaketnya sebagai tameng pelindung hidung. Saat itu, ia nggak berpikir banyak selain mengambil gelangnya yang ketinggalan di dalam kelas. Padahal kelasnya hanya berjarak beberapa ruang dari sumber kebakaran. Serta ledakan yang kian menjadi meruntuhkan sebagian ruang lain termasuk atap sekolahnya walau cuman separuh.

Sesampainya di depan kelas, Ayuna sempat menelan ludah ketakutan karena di ruang itu juga sudah terdapat api yang menyala dan asap tebal menyulitkan Ayuna melihat ke segala arah.

Sekali lagi ia mencoba menguatkan diri ketika mengingat janjinya kembali. Cepat, tanpa pikir panjang. Ayuna memecahkan kaca jendela menggunakan alat damkar kecil yang tergantung di dinding. Karena posisinya pintu di kelas itu nggak bisa terbuka.

Butuh tiga kali pukulan sebelum kaca itu benar-benar koyak. Lantas nggak mau membuang waktu lama, Ayuna sekuat tenaga memanjat nggak peduli jika kedua tangan sudah berdarah akibat terkena serpihan kaca yang masih menempel dipinggiran jendela.

Ayuna sempat terbatuk, tubuhnya terasa terbakar akibat udara panas. Ia bergerak cepat menuju ke mejanya untuk mengambil gelang tersebut. Setelah dapat, ia bergegas ingin keluar, tetapi tiba-tiba saja ledakan terdengar lagi dan meruntuhkan langit-langit kelas kembali. Mau nggak mau Ayuna menghindar dengan merapatkan diri ke tembok yang masih aman dari kebakaran. Menggengam erat gelang pemberian Milly untuknya sebagai hadiah persahabatan.

Perlahan, ia berjalan menuntun tembok itu berusaha kembali ke jalur yang ia lewati masuk. Namun, jalur itu sudah di penuhi oleh beberapa api. Kayu dan sebagainya dari atap menutupi jalan ke sana. Dalam situasi panik dan mengerikan itu, entah kenapa nggak membuat Ayuna menangis. Padahal usianya masih terbilang anak-anak yang pada dasarnya akan menangis jika dihadapkan dengan situasi menegangkan atau menakutkan.

Ayuna kembali mencari cara agar keluar secepat mungkin, tetapi lagi-lagi pandangan Ayuna tertutupi asap. Terlebih pasokan oksigen di ruang itu kian menipis membuat Ayuna sangat kewalahan.

Ayuna melanjutkan langkah, ia meraba-raba dinding. Namun, langkahnya terhenti ketika kakinya tersandung kursi. Nggak berselang lama, kayu dari atap pun roboh tepat mengenai kaki Ayuna. Karena terjepit, barulah gadis itu menangis kencang berusaha mengeluarkan kakinya.

Sebagian kelas itu sudah di lalap api, dan si jago merah sebentar lagi akan sampai ke tempat gadis itu berada. Di tengah keputusasaan, suara teriakan terdengar memanggil namanya. Sosok itu entah dari mana langsung membantu Ayuna mengeluarkan kakinya. Pergerakan gadis itu begitu cepat, sedangkan energi Ayuna sudah hampir habis. Selepasnya, gadis itu membantu Ayuna berdiri dan menuju ke tempat ia masuk tadi.

Baru saja ia ingin sampai ke depan pintu belakang, ledakan terjadi lagi dan merobohkan semua atap kelas itu. Beruntung ia sempat mendorong tubuh Ayuna kuat sampai terpelanting ke luar. Sedang dirinya tertimbun pada reruntuhan. Melihat hal itu membuat Ayuna kembali histeris, tetapi karena sudah kehilangan tenaga banyak membuatnya pingsan nggak sadarkan diri.

Begitulah akhirnya ia bisa selamat, dan keselamatan itu membuat Milly tewas karena menyelamatkan dirinya yang nggak tahu diri. Setiap mengingat kejadian itu, Ayuna akan hiteris sambil memanggil-manggil nama Milly berulang kali, bahkan sampai terbawa mimpi. 

Benar-benar kejadian itu membuatnya terpukul.

-----

-----

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Si Penitisan!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang