—Orang yang memiliki kuasa atas dirinya adalah mereka yang berkuasa penuh terhadap musuh terbesarnya.—
----
Beberapa saat sebelum penyerangan Melani.
Ruangan berbentuk trapesium itu dipenuhi oleh warna putih yang mendominasi, adalah sebuah Studio berukuran 15 x 10 meter. Sengaja tak disatukan dengan bangunan utama karena si pemilik tidak suka dengan kebisingan. Jadilah Studio itu dibuat terpisah dengan rumah.
Nggak jauh dari Studio, ada sebuah kolam renang yang diapit oleh taman kecil. Jika bosan dan untuk menyegarkan pikiran, si pemilik langsung keluar mendekati kolam. Terduduk di bangku panjang barpayung sambil memandang dinding beton yang berada di bagian depan atau hanya sekadar berenang.
Jika sudah seperti itu, maka perasaan tenang seketika memenuhi hati si pemilik.
Di Studio itu sendiri terdapat sebuah meja persegi panjang dengan berbagai alat lukis di atasnya. Kemudian di sisi kiri dan kanan ada troli yang bisa digunakan dengan mudah. Agak ke samping lagi terdapat beberapa easel yang diatur sedemikian rupa agar menarik dan tak berantakan.
Satu dari beberapa papan penjepit kanvas itu, kini digunakan oleh si pemilik.
Dinding-dinding tempat itu terpajang beberapa karya lukis dari yang abstrak sampai berbentuk. Dari hanya berupa penggabungan warna, atau hanya menggunakan satu saja. Dari cat air sampai ke cat pilos. Sama, semua itu memiliki makna yang sama besar bagi si pemilik.
Nggak hanya meja, di ruang itu juga terdapat satu buah sofa besar dan panjang yang difungsikan sebagai tempat istirahat. Beberapa kursi kecil yang diduduki oleh tamu yang datang berkunjung. Di dekatnya ada pot-pot berisi bunga yang bermekaran.
Di sudut satu meter dari pintu geser, terdapat beberapa kaleng kosong bekas cat yang disusun rapi. Nggak hanya di sana, tetapi di lemari dekat dengan kaca persegi itu juga ada.
Di langit-langit ruang dipasangi Plane Truss sebagai penyanggah. Selain mengokohkan, juga memberikan kesan estetika pada ruangan. Nggak lupa, atap itu dibiarkan semi terbuka pada dindingnya sehinga sirkulasi bisa masuk dan keluar secara teratur. Di tengah-tengahnya dipasangi lampu sorot yang semakin menambah pencahayaan.
Ayuna, gadis si pemilik studio tersebut baru saja selesai mandi dan beres-beres, pertemuannya dengan Alenta hari itu sangat amat melelahkan dan juga mengembirakan. Setelah menyesap teh hangat, ia kemudian meraih ponselnya yang di charger lalu menghidupkannya.
Nggak berselang lama, puluhan telepon dan notifikasi pesan pun masuk secara beruntun. Ayuna kemudian memeriksa benda pipih tersebut dan menemukan kalau orang yang menelpon dan mengiriminya pesan sebanyak itu adalah Sania. Ayuna pun menghubungi balik Sania, tetapi gadis itu lebih dulu menghubunginya lagi dan mengatakan kalau dia ada di luar bersama dengan Keyko.
KAMU SEDANG MEMBACA
Si Penitisan!
Fantasy[ Masuk daftar pendek Watty's 2021 ] ''Percayahkah kalian, jika kukatakan bahwa kematian adalah jawaban yang diberikan oleh Tuhan sebagai tahapan yang pasti dialami semua makhluk hidup. Jika iya, berarti selamat, karena kalian sudah menyadari jika k...