{ 01-23: Reflek: Sebuah pergerakan alami. }

43 4 0
                                    

—Karena reflek tubuhmu menunjukan itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

—Karena reflek tubuhmu menunjukan itu. Jangan khawatir, semua orang punya reflek berbeda.—

----

10 April 2020.

Angin bertiup sepoi dari Barat ke Timur. Pohon-pohon berdahan bergerak, dedauan meliuk dan beberapa yang sudah terseleksi jatuh melayang-layang sebelum mendarat ke tanah. Sensasi sejuk nggak terelak, menambah kemalasan orang-orang yang masih meringkuk di dalam selimut.

Daun-daun di jalanan berserakan, terbang sesekali ketika kendaraan melaju dengan kecepatan rata-rata, juga beberapa remuk ketika terlindas roda. Perumahan mewah itu masih tampak sepi. Hanya beberapa dari mereka sudah melajukan mobil meninggalkan garasi.

Dari sekian banyak rumah, hanya milik keluarga Adinata yang cukup menarik perhatian. Selain ukuran dan luasnya agak berbeda, bangunan itu juga memiliki pagar setinggi badan laki-laki dewasa. Dengan begitu, terbilang agak susah jika sekadar ingin menyaksikan bagaimana rumah itu dari luar.

Ketika berhasil melewati pagar, tamu akan diperiksa lebih dahulu oleh tim keamanan yang ada di pos jaga. Kemudian, taman luas beralaskan batu bata akan menyambut kaki-kaki. Di tengah-tengah taman, ada semacam patung yang dikelilingi kolam kecil.

Patung itu memancurkan air, jika malam akan mengeluarkan cahaya yang berkilau. Sejauh mata memandang, pohon-pohon hias dan juga tanaman tampak tersusun rapi. Bangunan itu bergaya klasik modern dengan empat pilar besar sebagai penyanggah.

Sial betul bagi si pemburu berita karena kesusahan hanya sekadar menengok ke dalam bangunan.

Di salah satu ruang di lantai atas, Andyra masih tampak bermimpi buruk. Ia kemudian dibangunkan oleh salah satu pekerja rumah tangga yang diketahui namanya Bi Mina. Bi Mina menepuk-nepuk pundak Andyra pelan dan berkali-kali. Sebangunnya ia, Bi Mina kemudian menyodorkan segelas minuman untuk anak majikannya itu.

''Non, baik-baik saja? Apa perlu bibi panggilkan nyonya?''

Andyra menggeleng, ia menjawab nggak apa-apa dengan tubuh di penuhi keringat dingin. Dan karena kepalanya berdenyut sakit, ia kembali meminum obat pereda nyeri sekaligus penenang. Kini, ia sudah bisa mengendalikan diri lebih baik dari sebelum-sebelum ini. Walau begitu, ia tetap merasa risih.

"Sial," gumamnya pelan, benar-benar berbisik. ''Saya baik-baik saja, Bi. Mama juga pasti sudah berangkat kerja.''

Setelah memastikan, Bi Mina berjalan memutar menuju ke samping kiri dari tempat tidur Andyra. ''Hari ini Nona mau pakai apa? Biar Bibi yang siapkan.''

Andyra menjawab pendek. ''Terserah, Bibi. Apa aja yang penting nyaman.''

Beruntunglah karena selera fassion Arum sama dengan style Andyra. Berat dan tinggi badan, serta look-nya juga sama, jadi Andyra nggak terlalu susah untuk menyesuaikan.

Si Penitisan!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang