{ 04-73: Seribu Purnama: Hiduplah untuk waktu yang lama. }

12 4 0
                                    

—Langit bertabur bintang nan bermandikan kembang api

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Langit bertabur bintang nan bermandikan kembang api. Lihat sisi kanan dan kiri, udara malam dan es krim menjadi saksi. Bertanya-tanya untuk berapa dekade, apakah bisa saling bertahan seperti dulu?

Meski seribu purnama berlalu, apakah masih bisa saling merindu? Dunia memang lucu, mereka saling mencinta, tapi harus bersikap seolah nggak pernah mengenal karena satu alasan. Dan alasan itu hanya Tuhan yang tahu.

----

Andyra terjebak di antara kemacetan siang itu. Di sampingnya, Athala harap-harap cemas sembari sesekali memperingati Andyra untuk bersabar dengan berhenti membunyikan klakson.

''Tenang, Dyr. Tenang. Kalau kamu nggak tenang, aku takutkan sakit kepalamu kambuh lagi. Nggak ingat pas di sekolah tadi, kamu hampir pingsan.''

Walau dia pemandu dalam artian bukan manusia, tetap saja telinganya sakit mendengar hal tersebut. Di tambah lagi pengendara-pengendara lain yang melakukan hal serupa. Sungguh, gendang telinga Athala serasa mau pecah.

''Saya nggak bisa tenang sebelum kita sampai. Lagipula kamu sendiri yang bilang kalau saya hanya punya waktu tiga bulan dan hari ini sisa lima hari lagi. Saya nggak mau menyiakan waktu barang sedetik pun, ngerti?''

''Iya, paham, tapi ...''

''Udah diem, saya nggak mau denger kamu lagi.''

Andyra kian mumet, ia nggak punya banyak waktu sekarang. Ia pun mematikan layar LED yang menampilkan bagaimana Faizal berdiri gagah di acara pers tersebut.

Andyra mengumpat, ''Ah, sial! Kenapa harus macet, kek, gini kalau sedang buru-buru coba?''

''Ya, nggak tahu. Makanya tenang dulu.'''

''Kalau, kek, gini kapan sampainya?''

Mengabaikan Athala, Andyra mengeluarkan kepala dari jendela dan melihat ke belakang lalu ke depan. Nggak ada cara lain, ia meraup ransel dan bergegas turun. Nggak lupa membawa Music Box milik Pak Jino. Bagimana pun mainan itu sangat berharga untuk si supir pribadi, jadi meninggalkannya di dalam mobil rasanya nggak etis.

Melihat itu, Athala meneriaki Andyra yang tiba-tiba bertindak bodoh, mau nggak mau ia pun ikut turun dari mobil. Beruntung ia bukan manusia jadi bisa sangat mudah dalam hal berpindah tempat.

Sedangkan Andyra sibuk berlari menembus barisan panjang besi berisik, sampai akhirnya menemukan satu tukang ojek yang terparkir nggak jauh di bawah pohon pinggir trotoar. Walau harus menyebrang dulu baginya itu nggak masalah. Intinya sampai ke tujuan adalah prioritas utama.

Keringat mengucur, Andyra buru-buru.

''Bang, anterin saya ke Komplek Melati Blok A1. Cepetan, Bang. Saya buru-buru.''

Si Penitisan!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang