18. Cubit

16.2K 1.3K 91
                                    


*

*******

Terdapat meja khusus di sisi ranjang dengan bubur dan kotak alat rawat yang siap sedia. Sara duduk di pojokan sandaran ranjang, sedangkan Celine di sampingnya menyandar pada tumpukan bantal agar tidak telentang.

Suapan demi suapan kecil diterima oleh bocah manis itu. Wajahnya menyamping lemah, tatapan manja manisnya membuat wanita di sampingnya luluh.

"Cèline makannya hebat, mamah seneeng sekali."

"Kan disuapin mamah. Hihi." Cèline tersenyum lebar hingga matanya menyipit. Ia tak mengindahkan dua perawat yang selesai memeriksa.

"Iyaa. Hehe. Anak paling pinter."

"Hihihi."

Sara dengan manis menunduk, menekan keningnya pada kening Cèline, memberi kecupan hangat pada hidung mungil itu. Sara melakukan ini secara spontan. Ia memuji dan berterima kasih atas keberanian Celine yang semalam mau meminum obat dan tidur nyenyak.

"Celine udah pinteer. Tinggal mamnya yang makin pinter." Sara tersenyum bangga seiring menyendok bubur.

"Maaf, mbak, sudah waktunya ganti kompres."

Ucapan satu perawat membuat Celine memusatkan pandangan, lalu mendelik dingin tak ingin mengindahkan.

Segala interaksi antara Sara dan Celine tak luput dari perhatian Yuda yang berdiri di kejauhan, menempelkan ponsel di telinga dengan raut wajah yang begitu mengintimidasi.

"Boleh mamah ambil alat kompresnya? Mamah pelan-pelan, kok."

"Emm .. ini? Bandana dingin?" ucap manis Cèline menepuk keningnya penuh percaya diri.

"Bukan, sayang. Ini bukan bandana." Sara menggeleng menahan tawa hingga matanya menyipit cantik.

"Tapi kata oma sama tante Jess, ini bandana ajaib, biar Cèline makin cantik sama pusing di kepala bisa hilang."

"Bukan, sayang. Ini disebutnya alat kompres."

"Apa? Al ... alat kompres?" ucap Cèline menatap meyakinkan pada Sara. Tangan mungilnya menekan ragu pada alat kompres yang sedikit mengelupas dibagian sisi.

"Betul, pinteer. Ini namanya alat kompres, bukan bandana."

Cèline tersenyum membeku kala mendapat usapan penuh kasih dari Sara. Senyuman Sara pula semakin membuat dirinya bahagia.

"Boleeh? Gimanaa?" desak Sara penuh kesabaran. Bibirnya setia melengkung kala menunggu persetujuan. Inilah Sara yang penuh kesabaran dan kelembutan.

Anggukan Celine membuat Sara tersenyum manis. Ia perlahan melepas alat kompres tersebut, tak lupa mengucap basmallah. Tiba-tiba saja pipinya ditoel oleh Celine yang jahil. Sara terkekeh manis dibuatnya.

"Sudah, alhamdu-. Lillaaah."

"Ga sakit, kan?" ujar Sara sembari mengusap kening bekas dimana alat kompres terpasang.

"I'm ok, it's a piece of cake!"

"Heem, anak cantik, anak pinter." Sara terpejam mendekap Cèline di pelukannya. Jeritan manja Cèline begitu manis juga menggemaskan. Balasan pelukan Céline pula semakin membuat Sara bahagia.

"I love youu!" cicit Celine tampak sangat bahagia.

'Cuup.'

Sara terpejam menerima kecupan dalam di pipinya. Cèline begitu penuh tenaga memberi kecupan hingga kepala Celine bergerak ke kanan ke kiri. Pelukan Cèline semakin erat saja, bahkan hingga baju Sara tertarik kuat.

My Sweet CelineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang