Pagi hari.."Mmh! Eungh! Ck!"
Sara mengedi lembut seadanya kala melihat suaminya yang merubah posisi tidurnya itu sekarang. Suaminya terlihat tak nyaman, entah kenapa.
Perlahan mata Sara beralih menatap tangannya yang Yuda genggam erat dalam kondisi Yuda yang tidur membelakangi. Sungguh Sara tak tahu harus bagaimana. Sara ingin sekali diskusi dengan benar, tapi suaminya malah sengaja menolak secara tidak langsung. Bukankah jika diskusinya jelas akan membuat hubungan mereka harmonis lagi. Setidaknya menemukan titik terang.
"Ssst. Ck!" Decak Yuda gelisah. Tubuhnya kembali berputar menjadi menghadap pada tubuh sang istri yang hanya mampu telentang saja.
"Mas Yuda kenapa, mas? Tidurnya ga nyaman?" Ucap Sara begitu lembut perlahan agar tak mengusik.
Sara untuk malam ini tidur dengan dua bantal yang kepalanya tindih. Itu membuat Sara lebih mudah menelisik suaminya sekarang.
"Maas? Tidurnya ga enak? Hmm?"
Tak ada jawaban secara lisan dari suami Sara ini. Namun terlihat Yuda yang menggerakkan alisnya naik turun sebagai respon.
"Pinggang kamu sakit? Aku minta maaf, aku lupa." Yuda membuka mata dengan tatapan kecewa yang tersirat jelas juga tulus.
Perlahan senyuman Sara terbit begitu tipis namun penuh arti. Sungguh Sara tak menyangka suaminya begitu tenang, tidak memusuhi dirinya.
"Kebetulan enggak, mas. Lagian cuman sebentar, kan, ngangkatnya."
"Sukur kalo gitu. Aku bener-bener ga maksud." Yuda dengan lembut menangkup punggung tangan Sara yang setia mengusap disisi wajahnya.
Sara tersenyum juga mengedip penuh kelembutan kala suaminya menatap gelisah tanpa mengedip. Sara pun merasa lega tulangnya tidak ada yang terganggu atas ulah suaminya yang hanya sebentar menggendong.
"Mungkin emang karena hari ini juga udah jadwal aku latihan gerakin pinggang sama belajar jalan. Dokternya udah perhitungin juga." Sara mengusap sisi wajah suaminya yang membuat ia tergugah ini. Sara sendiri heran dengan kepribadian suaminya.
'Cuup.'
"I love you." Yuda terpejam mengecup punggung tangan Sara bertubi-tubi tanpa henti.
"Coba kamu miring posisinya, bisa?" Ujar Yuda mengusap perut dan pinggang Sara naik turun berulang kali.
"Enggak ah, mas, takut. Kalo maju mundur naik turun, ya bisa dari kemarin juga, kan. Kalo buat muter badan, ga berani." Sara menggeleng dengan bibir cemberut lembut. Sara ngeri terhadap kondisinya sendiri, takut ada sesuatu yang fatal terjadi.
"Haha. Iya, nanti aja pas ke rumah sakit. Biar arahannya sesuai." Yuda tersenyum mencubit hidung istrinya, lalu lanjut memberi kecupan pada bibir Sara.
"Ngeri banget bayanginnya. Sst. Emang pas dulu, pinggang aku ngebentur apa?" Ringis Sara merinding sekujur tubuh. Matanya menyipit miris kala bertanya.
"Ngebentur batu yang diameternya dua puluh senti."
Yuda sendiri sangat tidak ingin mengingatnya lagi. Bagaimana darah bercucuran, posisi Sara yang begitu tragis, lalu anaknya yang sama-sama terpejam tanpa bisa berkutik.
"Makanya aku ga mau langsung punya anak, Sara. Untuk anak kita yang gugur, jelas aku bahagia. Tapi untuk sekarang kita berencana punya anak dengan kondisi kamu yang parah sebelumnya,.."
"Aku ga berani!" Ucap Yuda menggeleng tegas tak terbantahkan. Yuda tak ingin istrinya tersiksa. Hamil tidaklah semudah dan senikmat itu.
"Jadi itu alesannya?" Ucap Sara mengusap dagu Yuda seiring mereka bertatap dalam satu sama lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Sweet Celine
General FictionKisah cinta Sara Kamelia (23) dan Yuda Pratama (35) yang secara tidak langsung diperasatukan oleh seorang gadis kecil menggemaskan bernama Celina Anggun Pratama (5). Yuda Pratama si pemilik hati sekeras batu itu berujung tersentuh dengan segala per...