44. Cinta...❌

11.6K 1K 113
                                    


"Udah cantik." Yuda tersenyum lebar dengan retsleting gaun sang istri yang ia benarkan.

Mereka malam ini mengadakan acara pertemuan keluarga di hotel. Kebetulan Sara memang sengaja mengganti bajunya dengan dress mewah di hotel saja. Untung saja ada kamar VVIP yang kebetulan kosong disini.

'Cuup.'

Sara terpejam lesu membiarkan bibirnya Yuda kecup. Rasa hatinya tak nyaman kala tahu anaknya sedang bersedih karena mereka. Sara jelas gelisah.

"Céline udah sama Kenan katanya. Lagi main dulu." Yuda dengan gagah berdiri dibelakang sang istri. Lengannya dengan mudah merengkuh bahu mungil Sara.

"Aku bener-bener ga tenang Céline dingin ke kita. Pasti ada yang ga beres, ini ga kayak biasanya, mas."

"Emang iya. But kita juga diem disini bukan ga peduli, kan?" Timpal Yuda membuat dagunya bertumpu pada bahu Sara.

"Maas." Sara terpejam menengadah dengan sekeliling leher yang terus diberi kecupan lembut.

"Justru kita kasih Céline ruang. Céline ga bisa dikekang. Belum lagi penyakit di-."

"Céline punya penyakit? Penyakit apa?" Ujar Sara dengan secepat kilat membuat tubuhnya keluar dari rengkuhan sang suami.

"Penyakit? No, Céline ga punya penyakit."

"Aku cuman salah bicara aja, sayang." Yuda tersenyum dengan bahu sang istri yang ia cengkeram lembut.

"Aku mau ketemu bibi aku."

Yuda membeku menunduk, Sara mengusap dada bidangnya dengan teramat penuh kelembutan. Sungguh ekspresi memelas lembut istrinya membuat Yuda kehabisan akal. 

"Mas Yuda punya apapun, mas Yuda punya uang. Mas Yuda bisa bantu aku, kan?" Desak Sara membuat suaminya melangkah mundur.

"Kamu rayu aku?"

"Iya, mas. Aku mau, aku mau ketemu bibi aku." Sara semakin menatap dalam pada mata sang suami. Kepalanya menengadah membuat sang suami tak bisa beralih.

'Cuup.'

"Hmpt." Sara meringis kala dengan setengah hati membalas ciuman sang suami yang begitu dalam. Sungguh Sara tak tahu harus bagaimana lagi, Sara kuatir pada Lina.

"Mmh, .. aku juga mau beli handphone."

"Pake uang aku, kok." Sara menengadah dengan lengan sang suami yang ia paksa diam. Sara sedang serius.

"Kamu mikirnya aku ga mau kasih handphone? Hmm?"

"Enggak, Sara. Haha. Aku cuman lupa. Kamu juga ga pernah minta. So? I'm sorry kalo aku ga peka." Yuda setia berbisik dengan terus memberi kecupan ringan disana.

"Mungkin karena kamu kelihatan fine-fine aja tanpa handphone."

"Iya, mas. Aku juga emang ga terlalu gimana-mana sama handphone. Tapi sekarang, keperluan hidup aku berbeda. Aku butuh buat berkomunikasi, menjaga silaturahmi."  Sara mengangguk lembut dengan pipi sang suami yang ia usap. 

"You're great! Kamu bisa tanpa smartphone selama 3 bulan penuh. I like it."

"Hehe. Ya karena nontonnya dari Tv, main game bisa di play zone rumah, belum lagi aku bisa main game pake tab milik Céline yang ga kepake." Sara tersipu gemas kala menekan kening mereka. Dirinya memang bukan pribadi gemar bersosial lewat hal semacam itu.

"Aku juga enggak suntuk karena biasa main lihat hewan peliharan mas Yuda."

Yuda mengangguk-angguk paham dengan punggung sang istri yang terus ia usap penuh kelembutan. Ucapan Sara benar adanya, juga sangat logis.

My Sweet CelineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang