83. Jennifer 🔥

5.1K 550 23
                                    

"Apa, cayaang? Hmm? Mau nenen yaa? Kangen digendong lama sama mamih, ya? Hehe. Cup cup cup. Pinteer. Yuza paling pinteer. Hehe." Sara berdiri menggendong bayinya dengan tanpa henti menggoyangkan tubuhnya agar sang anak semakin terlelap nyaman.

'Cuup.'

"Boboo, jangan buka mata teluus. Ssut ssut ssut! Bismika dulu. Hehe. Bismika Allahumma ahyaa wa bismika amuut. Gituh."

'Cuup.'

Bayi tampan itu menggeliat penuh rasa nyaman, membuat bibir sang ibu melengkung manis. Betapa Sara bahagia bisa mengandung dan melahirkan dua bayi kembar. Sara merasa sempurna secara lahir sebagai perempuan, walau orang yang tidak mampu hamil dan melahirkan pun tetap sempurna, tak ada cacat. Ini hanyalah tolak ukur Sara terhadap diri pribadinya sendiri.

"Maafin mami ga bisa lama-lama yaa. Maafin juga telat kesini. Tadi kakak Celine nangis, mau ditemenin sampe bobo. Ga papa ya? Kak Celine emang lucu, gemesin! Makanya Yuza ganteng cepet bisa bicara, jalan, nyanyi. Hehe. Jadi temen-temennya kak Celine." Sara terkekeh merdu. Dengan gemas dirinya menoel hidung, pipi, dagu, hingga kening sang anak. Bayi mungilnya ini sangatlah tampan.

Berhasil sudah Sara membuat dua bayinya tertidur pulas. Kini Sara sudah tiba di ruang menonton khusus dimana suaminya menunggu sejak tadi.

"Satu jam setengah. Ck! Good!" Sindir Yuda mendelik pongah.

"Maaf, maas. Anak kita ada tiga. Urus Celine itu sama kayak urus dua anak. Jadinya empat." Sara cemberut menyesal. Ditangkupnya punggung tangan besar sang suami seiring didinya duduk.

"Harusnya kembar bawa aja kesini. Papih kangen, mih."

"Enggak, ah, mas. Aku takut kembar rewel." Sara menggeleng seiring tangan suaminya mengusap disisi wajah.

"Kamu kayak anak kuliahan. Kalo pake celana jeans , rambut dicepol, kemeja, aku berasa lagi pacaran sama sugar baby." Yuda mendengus sesaat. Ditatapnya wajah sang istri bagai Maha Karya nan indah.

"Hehe. Aku kan masih dua enam. Ga papa, dong ya? Bagus, dong, ya, kalo aku sering pake celana plus kemeja kayak tadi?" Desak Sara merayu.

"No! Ga ada bagus-bagus."

"Haha. Kan biar kayak anak kuliahan. Hmm?" Ujar Sara memancing suaminya sekaligus menatap gemas.

"Ga! Entar orang-orang mikir kamu belum nikah. Kamu udah jadi ibu anak tiga, you know?" Timpal Yuda menolak dengan tanpa ragu melotot melarang.

"Iya, iyaa, he'eem, anak tigaaa."

Keduanya terus mengobrol tanpa henti. Sesekali Yuda menjahili istrinya dengan sengaja menutup mata kala istrinya berbicara tanpa henti. Lalu disanalah keduanya tertawa bersama. Sara yang cemberut dan memberikan celotehan marah, dan Yuda yang menenangkan sang istri dengan caranya sendiri.

"So,.. mas Yuda kemarin naik mobil mau kemana?" Ucap Sara membenarkan posisi tubuhnya menjadi meringkuk diatas kursi luas dengan bahan hampir serupa dengan sofa, bahan kulitnya pun sama.

"Interview tadi belum cukup? Haa?" Timpal Yuda mencubit dagu istrinya hingga Sara menengadah.

"Maas. Jawab ajaa. Kecelakaan mas Yuda masuk berita, lho. Aku lihat tadi."

"Ya biarin. Emang kenapa? Lumayan, penghasilan buat wartawan." Yuda mengedik ringan. Matanya mendelik tanpa ingin lama-lama menatap Sara. Sara begitu sabar menunggu dirinya. Dan Yuda lemah akan itu.

Kedua mata Sara terus menatap pada Yuda tanpa bosan. Sara biarkan suaminya terus berusaha mengabaikan dirinya walaupun Sara tahu suaminya hampir tak tahan. Suaminya sudah hampir salah tingkah sekarang.

My Sweet CelineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang