Sara berlarian kencang menuju dimana telfon rumah berada. Telfon rumahnya banyak, tapi tetap saja sulit ditemukan begitu saja, karena rumah ini sangatlah luas.
Teriakan Yuda yang sudah berhasil memasuki rumah benar-benar semaki membuat nyali Sara naik turun tak menentu. Sara takut, tapi dirinya juga harus berhasil menuntaskan semuanya.
'Dor!'
'Dor!'
"Aaakh!" Jerit Sara sontak segera membungkuk dalam keadaan berlari melewati sisa puluhan anak tangga. Kedua tangan Sara menekan telinganya dengan kuat.
'Brukh!'
"Aaaa!" Pekik Sara terjatuh ambruk akibat kakinya yang terselip sisi anak tangga, kebetulan karpet tangganya tidak full sampai ke samping.
"Hiks. Hiks. Toloong!" Teriak Sara bergerak mengesot berusaha menaiki tangga. Disana, disana ada meja bundar kecil dengan telfon rumah berdesain kuno diatasnya. Sara yakin telfon rumah itu berfungsi baik.
Yuda berlari secepat kilat melawati puluhan anak tangga, bahkan kaki panjangnya melewati 6 tangga setiap ia melangkah mengejar istrinya disana.
Sara menjerit histeris kala melihat suaminya yang bisa menghampirinya dalam hitungan detik saja, dirinya benar-benar buntu, bahkan telfon itu masih jauh darinya.
"Aa! Aargh!" Teriak Sara bangkit menekan kedua tangan pada lantai dengan kedua kaki yang berdiri segera menyesuaikan.
"Eergh!"
"Saraa!" Teriak Yuda melotot membengis tak terima kala tangannya yang akan meraih helai baju sang istri ternyata gagal, Sara sepersekian detik jauh lebih cepat darinya.
Sara melotot tak sabaran mencari nomor untuk dirinya menghubungi polisi di negara besar ini, Sara lupa lagi. Wajah cantiknya yang penuh keringat itu meringis frustasi, kakinya melangkah mundur tak sabar juga tentu arah, yang pasti dirinya harus menjauh dari Yuda.
"Hello! Hai! Hihi." Yuda menyeringai tanpa dosa, wajahnya maju mendesak pada wajah cantik yang jelas lebih pendek darinya.
"Hihi. Lagi nyari apa, cantik? Nomor polisi, iyaa? Hmm? Mau suami kamu bantu cariin?"
Sara tercekat, napasnya terjeda total, matanya membelalak lebar seiring menjauhkan wajah cantiknya akibat desakan dari wajah Yuda.
Satu sudut bibir Yuda mengangkat gemas kala matanya melihat tangan Sara yang bergetar menggenggam telfon rumah tanpa kabel ini. Perlahan pandangannya naik kembali, Yuda dibuat gemas dengan kedua mata indah itu yang membelalak tanpa henti.
'Bukh!'
"Hiks. Hiks. Hiks." Sara menyandar ambruk pada dinding, telfon rumah jatuh begitu saja dari tangannya. Sara benar-benar tak bisa berdiri tegap, nyalinya habis.
"Apa, sayang? Cantik! Istrinya siapa ini yaa? Hemm? Istrinya Yuda manja gini yaa."
"Gemes!" Lanjut Yuda mencubit dagu istrinya.
Sata sontak menggeleng terkejut serta menjauh dalam keadaan tubuh yang menggigil. Kini tak ada lagi celah tuk dirinya lolos, suaminya malah membungkuk sengaja mendongakkan wajah tuk mengejek dirinya yang menangis ini.
Sara membuang muka dengan lemah tak ingin melihat seringai menakutkan di wajah Yuda. Di belakangnya hanya ada dinding, punggungnya menyandar disana, kakinya hampir menekuk akibat tak mampu berdiri sempurna.
"Kamu pikir gampang, lepas dari tangan aku? Semudah itu? Adapun kita cerai, kamu tetep disini, hehe. Daan,.. kita ga bakalan cerai." Yuda dengan lembut menangkup wajah Sara, lalu memaksa wajah itu agar mendongak padanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Sweet Celine
General FictionKisah cinta Sara Kamelia (23) dan Yuda Pratama (35) yang secara tidak langsung diperasatukan oleh seorang gadis kecil menggemaskan bernama Celina Anggun Pratama (5). Yuda Pratama si pemilik hati sekeras batu itu berujung tersentuh dengan segala per...