Pagi hari.Sara meringkuk dalam dekapan Yuda. Air mata mengalir tanpa henti. Ia tak bisa bergerak lebih sama sekali sekarang. Selain tubuhnya terasa pegal, ia juga terlalu jijik didekap. Sepulang dari Lina saja badannya lelah, lalu lari sejauh itu tuk bisa mencapai rumah, dan akhirnya dirinya disini, di kamar Yuda, bekas semalam hal berharga di hidupnya direnggut paksa.
"Hiks. Hiks." Sara terpejam membekap kuat bibirnya. Ia sangat ingin pergi sejauh mungkin. Tapi fisiknya teramat lemas, terasa sangat sakit di sekujur tubuh.
"Akh!"
Suara ringisan hadir dari wanita yang berusaha beringsut lepas dari dekapan sosok lelaki besar berotot gagah yang membelenggu, bahkan tak ragu menelusupkan wajah di ceruk lehernya.
Sara menggeleng, ia terpejam pedih. Sesekali kalimat istigfar dan takbir keluar dari bibir. Suaranya gemetar.
"Hiks. Hiks." Sara semakin menangis histeris, wajahnya ia tutup dengan erat. Dengan kuat ia berusaha mendorong tangan besar yang melingkar di perut. Sara meraung pedih, ia kecewa pada dirinya yang lemah. Tangan Yuda bahkan tak bergerak sama sekali.
"Mmmh! Ck." Yuda terganggu. Ia tak terima dekapannya dilepas.
"Eungh! Ssstt! Saraa?" Gumamnya menjauhkan tubuh. Sosok tak berpakaian di dekapannya membeku setia membelakangi.
Sara membeku, matanya menatap ke satu titik. Hatinya terasa ditusuk ribuan jarum. Sara tak mau mendengar suara itu, tidak!
"Hmm? Masih disini? Haha." Yuda beringsut membenarkan pelukannya menjadi semakin erat. Sara sontak ambruk meringkuk. Selimut nyaris tersingkap, namun segera Sara tarik. Gigi Sara saling bergemelatuk, selimut itu ia cengkram sekuat tenaga.
"Lepas, tuan. Hiks. Hiks."
"Ei-ei-eii! Syuuut! Jangan berisik, okay? Suuut. Nanti Cèline tahu." Yuda terpejam menyimpan dagunya diatas bahu Sara yang terekspose bebas. Ia usap naik turun sisi kepala Sara bak porselen rapuh.
"Kira-kira Celine punya adik, ga, ya? Hmm? Hehe." Yuda membelai pipi Sara, mengajak Sara bicara.
"Hiks. Hiks. Enggak. Hiks," lirih Sara dengan tatapan nanar.
"Kayaknya iya, Cèline mau punya adik. Makasih." Yuda tersenyum lebar, ia mencuri pandang pada wajah cantik menyedihkan itu. Segera ia beri kecupan pada pipi Sara, membuat sang empunya menggigil mulai berontak berusaha menjauh. Segera ia kunci pergerakan Sara.
"Aku bakal bahagia banget kalo sampe punya anak dari kamu, Sara," ucapnya merenung. Ia mengedip lemah, sangat berharap.
"Badan kamu sakit?"
Sara menutup wajah kala terasa Yuda yang bergerak dan berakhir duduk di belakang, menyandar pada sandaran ranjang. Sara hanya bisa berdo'a tolong beri dirinya kekuatan.
"Bicara, Sara," ujar Yuda meminta. Tangan Yuda dengan lembut mengusap rambut panjang itu, menggenggam dan memainkannya dengan penuh kelembutan. Perlahan ia membungkuk, ia cium bau wangi rambut kecoklatan di genggamannya.
"Kemarin kamu kemana? Aku nyari kamu. Aku juga sempet ke rumah kamu, tapi ga lama."
"Aku ga bisa lama-lama karena Cèline yang susah diatur kalo ga ada aku sama sekali." Yuda berucap dengan mata menerawang.
"Kita bakal nikah, pasti nikah," ucapnya bagai perintah.
Sara membeku. Menikah? Sara mencebik sedih, ia menggeleng. Apalagi ini? Kenapa Yuda semakin menjadi? Mendengar suara Yuda pun Sara tak mau.
Yuda terpejam kala mengingat bagaimana perasaannya terasa dibolak-balik.
Yuda menunduk perlahan, bibirnya mengecup lembut pada bahu Sara. Terasa jelas kulit Sara berkeringat dingin, bahunya gemetar dan berusaha menghindari kecupan.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Sweet Celine
General FictionKisah cinta Sara Kamelia (23) dan Yuda Pratama (35) yang secara tidak langsung diperasatukan oleh seorang gadis kecil menggemaskan bernama Celina Anggun Pratama (5). Yuda Pratama si pemilik hati sekeras batu itu berujung tersentuh dengan segala per...