75. Rindu.

6.4K 810 153
                                    

Maaf kalo aku ga bisa bales chatt kalian satu satu. 🙏🥺.
Aku bakalan update kalo udah tembus 600 vote.

Aku menunggu kalian mencaci maki.😁😭🙏🙏.. makanya banyak komen dongs. Hihi.

[MY SWEET CELINE]

Sara berjalan setengah berlari. Wajahnya begitu penuh semangat kala semakin mendekat pada pintu kamar sang anak yang setengah menutup. Sayu-sayup suara gaduh sudah mulai terdengar. Dari mulai lagu berbeda-beda dari sepeda, musik dari acara tv yang ditonton, dan juga banyak lainnya.

"Hai, kakak! Mau ikut mamih?" Ucap Sara berdiri merayu. Bibirnya tersenyum lebar. Dipeluknya mukena yang membalut seluruh tubuh. Sara tak jarang berkeliaran di rumah dengan mukena yang ia pakai karena merasa lebih mudah, tidak perlu memilih baju.

"Mamiiih! Aaaa! Bi Surti galaak!" Jerit Celine sontak melepaskan genggamannya pada badan sepeda hingga ambruk pada Surti.

"Aaaa! Mamih! Bi Surti tukang galak! Tukang maksa!" Teriak Celine semakin menjadi kala berhasil memeluk kedua kaki sang ibu. Wajahnya memerah marah, matanya menatap tajam mengadu.

"Ssut! Kenapa bi Surti bisa galak? Hmm? Setahu mamah, bi Surti itu baik. Bi Surti selalu jagain kakak kapan aja, tanpa lelah." Sara tersenyum manis seiring luruh berdiri dengan lututnya agar sedikit sejajar dengan sang anak.

Surti yang sedang mengusap pahanya yang sakit sontak terdia. Mata Surti mengedip lemah penuh haru kala mendengar kalimat manis itu. Nyonyanya ini memang wanita baik hati.

Lama Celine mendengar ucapan sang ibu, bibirnya semakin mengerucut saja. Matanya berkaca-kaca penuh ketidak terimaan.

"Umm? Kok, bibirnya monyong gitu? Anaknya mamih kenapa?" Ucap Sara dengan sengaja membuat suaranya manja.

"Sini, dengerin mamih! Tidak baik kalau kita berbicara tidak sesuai dengan fakta. Bi Surti galakin kakak kayak gimana? Hmm? Anak cantiknya mamah harus mulai belajar lebih sabar lagi. Kakak udah pinter banget, sekarang udah rajin sabar." Sara tersenyum tanpa mau mengalah untuk menggenggam tangan mungil sang anak yang sudah berusaha lolos dari genggamannya. Sara tahu Surti seperti apa, Sara juga lebih tahu anaknya berwatak bagaimana.

"Iihh! Ga mau! Mamih ga pilih kakak!" Bentak Celine begitu kencang penuh kemarahan. Kedua tangan mungilnya ia tarik dari genggaman sang ibu. Matanya melotot seolah akan memakan hidup-hidup.

"Papaaah! Mau papaaah! Huuuuu!"

"Hei! Akh! Anak mamah tunggu!" Teriak Sara dengan tubuh yang ambruk akibat tak seimbang. Untung saja di belakangnya ada laci.

Celine berlarian kencang dengan airmata yang mengucur. Sesekali dirinya berteriak emosi seperti orang tak normal. Matanya pula sesekali melotot garang, ditemani kedua kaki yang siap menendang benda apapun yang menghalangi.

Sara hanya bisa meringis lemas saja. Surti dan satu pelayan lainnya sigap membantu, tak lupa pula yang lainnya mengejar Celine. Sara hanya mampu menunduk lemas kala para pelayan melarang dirinya untuk bangkit mengejar Celine. Sebisa mungkin Sara mengatur napas seiring mengusap perutnya untuk merilekskan. Perutnya cukup terperngaruh dengan kejadian yang ia alami tadi.

"Ga papa, nyonya. Lain kali ga papa, neng Celine masih kecil. Yang penting nyonya tahu Surti ga jahat sama neng princess." Surti duduk bersimpuh dibawah sofa pendek yang diduduki Sara sekarang. Tangannya mengusap penuh kelembutan pada lutut sang majikan.

"Nyonya mau dibuka mukenanya? Biar ga gerah. Nyonya keringetan."

Sara hanya menggeleng saja sebagai jawaban. Matanya terpejam seiring menggumamkan sholawat yang ia tahu. Sara benar-benar harus pandai bersabar.

My Sweet CelineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang