Sara dan Yuda baru saja sarapan, dan makananya masih banyak. Kali ini tak ada Celine, anak mereka tiba-tiba ingin bermain bersama teman yang ia temui di sekitaran hotel, hotel lelas atas pastinya. Sara dan Yuda tak keberatan, anak mereka harus bersosialisai.
Yuda duduk di bagian sisi lebar meja makan, sedangkan Sara di sisi panjang. Keduanya tak bisa duduk berjauhan.
"Mas Yuda tahu,..? Ternyata malem itu Alex bawa perempuan baru, bukan pacarnya yang udah satu tahun pacaran." Sara menyicikan air dari botol minum kaca dengan merek dan tampilan yang sangat berkelas.
"Kamu tahu darimana?" Tanya Yuda menyimpan paha ayam yang baru saja akan dimakan.
"Aku dari Jessy. Terus katanya, mamah marah-marah," jawab Sara membenarkan duduk.
"Papah juga katanya marah serius, cuman langsung tenang lagi." Sara turun, lalu menarik kursi, membuat mereka hanya berjarak sedikit.
"Mas Yuda tahu? Hmm?"
"Enggak, aku ga tahu." Yuda membuang, menatap lurus kedepan. Tatapannya sulit diartikan.
"Mamah marah, lho, mas. Belum lagi kita yang pulang tiba-tiba tanpa pamit. Kita telfon sama-sama nanti."
Yuda tak sedikitpun menatap pada sang istri. Sara menggenggam tangannya dengan erat, begitu sabar menunggu dirinya.
"Aku syok denger mamah marah. Katanya mamah ga suka sama pacar baru Alex. Terus beliau juga sampe usir-usir perempuan itu."
"Hmpt! Apa? Beliau? Hahaha!"
"A-aakh!" Ringis Sara menahan sakit kala dicubit serius oleh sang suami.
"Haha. Hmm? Siapa beliau itu, nyonya Sara?" Goda Yuda, memajukan wajah tampannya hingga kening mereka saling beradu.
"Ya mamah, dong, mas. Mamah, kan, ibunya aku juga."
"Ya terus? Kamu mau gimana?"
"Mau pulang ke Jakarta? Berenang di laut bebas menuju pantai, lalu menaiki mobil, lalu menaiki pesawat untuk berhasil pulang. Betul, bukan, begitu?"
Sara dibuat membeku ditengah rasa gemas dan pusing yang melanda. Sara pusing mendengar ucapan suaminya yang selalu benar secara logika, dan sulit untuk dijawab.
"Ck. Mmaaas, ga gitu konsepnyaa."
"Lagian, ada helikopter disini. Wlee!" Kesal Sara melotot memeletkan lidahnya dengan berani pada sang suami.
"Jadi sekarang?"
"Ya aku penasaran, mamah gimana aja sekarang. Aku juga telat tahunya. Kita udah dua minggu disini." Sara mulai menatap lurus pada meja makan, hembusan napasnya cukup berat.
"Kat-katanyaa,.. perempuan itu hamil."
"Huufh. Dan alesan mamah marah, karena perempuan itu dibawah umur, terus juga perempuannya yang,.. "
"Yang apa?" Desak Yuda seiring menyelipkan rambut coklat sang istri. Sara begitu fokus, sangat penuh penghayatan.
"Yang jual diri."
"Masya Allah, jangan ya Allah. Ssuut."
Yuda membeku kala Sara menengadah memohon doa pada Tuhan dengan perut yang Sara usap begitu tak tenang. Sara seperti sedang memberi jampi-jampi agar tidak terkena kutukan. Yuda dibuat gemas melihatnya.
"Ssst." Sara terpejam mengusap kedua bahunya yang menciut. Ternyata wanita penjual diri itu bisa dekat dengan kehidupannya, Sara kira itu untuk orang-orang di kehidupan sana saja.
'Cuup.'
Sara terpejam lembut, Yuda mengecup ujung kepalanya begitu penuh cinta. Pelukan Yuda membuatnya nyaman.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Sweet Celine
General FictionKisah cinta Sara Kamelia (23) dan Yuda Pratama (35) yang secara tidak langsung diperasatukan oleh seorang gadis kecil menggemaskan bernama Celina Anggun Pratama (5). Yuda Pratama si pemilik hati sekeras batu itu berujung tersentuh dengan segala per...